Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Hajar Jahanam dari Neraka (38)

4 Januari 2012   05:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:21 2168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1325654589162809339

[caption id="attachment_161105" align="alignnone" width="640" caption="Narsis dulu di belakang jabal rahmah yang sepi. :-) (foto : bisyri)"][/caption] Kami masih berada di jalan raya keluar dari goa tsur dan di dalam kendaraan yang kami sewa untuk mengantarkan ke kawasan masya'irul haj (tempat-tempat haji) yang ada di kawasan Arafah, Mudzdalifah dan Mina. Sopirnya gendeng-gendengan saat mengemudi. Ternyata selidik punya sedilik dia adalah orang Mesir. Kalo yang pernah ke Saudi pasti tau, siapa sopir paling ngawur di sana, jawabannya ya orang Mesir. Saya sendiri duduk paling belakang dan ketika melihat keluar jendela, rasanya seperti naik kereta api, hamparan padang pasir di kanan kiri jalan raya sudah hampir tidak kelihatan, saking cepetnya mobil jalan. Karena kami semua masih muda-muda semua, teman-teman malah rame dan asyik ngobrol dengan sopirnya. Di Saudi kecepatan 160 Km/jam sudah bukan hal yang asing lagi, karena jalan-jalan di sana memang lebar dan luas. Hanya selang beberapa menit saja kami sudah sampai di kawasan Arafah. Sepi. Di sebelah kiri kami ada banyak sekali toilet-toilet yang gak terurus. Jumlahnya entah ada berapa, saya gak sempat menghitungnya. hehe. Karena ramadhan masih musim panas, jadi pohon-pohonnya juga banyak yang daunnya sedikit. Sopirnya cerdas, saat sampai di depan Jabal Rahmah, gunung utama tempat wukuf arafah tanggal 9 Dzulhijjah saat haji, dia tidak langsung menurunkan kami. Dia memutar dan mencari tempat yang sepi. Karena ketika kami sampai, di sana banyak sekali bus-bus travel dan para pedagang yang hampir semuanya adalah orang-orang Bangladesh yang suka nyebelin kalo nawarin barang dagangannya, apalagi para pemotret yang suka bawa onta, dia kadang suka memaksa. Kami oleh sopir orang Mesir diberhentikan di balik gunung jabal rahmah. Di sini sepi tapi kami harus melewati jalan menanjak. Rata-rata pengunjung melewati jalur depan gunung yang sudah dibuat rapi tapi agak jauh, sementara di balik gunung dekat sekali tapi menanjaknya lumayan, tapi namanya para pemuda, hantam saja, nekat, mendaki batu-batu di sana. Di gunung inilah nabi adam dan siti hawa dipertemukan kembali setelah oleh Allah dipisahkan di surga gara-gara terbujuk rayuan setan untuk memakan buah terlarang. Sehingga ketika kami sampai di sini, orang-orang pada sibuk mengabadikan namanya. Bahkan beberapa teman saya menulis nama dia dan ceweknya di dinding di atas jabal rahmah, katanya berharap bisa jodoh dan langgeng seperti nabi adam dan siti hawa. Orang-orang juga banyak yang melakukan itu, dan saya hanya menonton mereka saja. Tidak hanya ramai dibuat untuk menulis di dinding, banyak juga yang khusyu' berdoa di tengah keramaian orang-orang yang sedang berdagang. Memang benar, tempat inilah yang paling mustajab sedunia khusus pada tanggal 9 bulan Dzulhijjah ketika seluruh jama'ah haji dari seluruh dunia berkumpul jadi satu. Tidak lama kami di jabal rahmah, karena si sopir buru-buru banget. Kami langsung tancap gas menuju Mina tempat melempar jumroh. Saat perjalanan ini kami melewati kawasan monorel yang menghubungkan antara tempat-tempat haji. Kosong dan sepi, hanya tampak para pekerja yang sedang asyik mengerjakan proyeknya. Tapi ada yang menarik. Ketika saya melihat dari jarak dekat, eh, ternyata semua dari mereka adalah China. Ya, China, gak ada yang lain. Mulai dari mandor sampai kuli-kulinya yang bekerja matanya sipit semua. Ketika saya tanya sama si sopir, dia kasih penjelasan, mereka para pekerja proyek monorel ini memang mendapatkan izin khusus untuk bisa memasuki tanah haram. Karena secara hukum termasuk yang sudah ada dalam al-qur'an, orang non muslim tidak boleh memasuki tanah haram Makkah dan Madinah, mereka dapat izin khusus dari kerajaan Arab saudi karena proyeknya emang satu paket. Ada lagi. Saat kami hampir tiba di kawasan tempat pelemparan jumroh. Kami melewati kawasan pegunungan panjang di sekitar Mina. Mas Faiq tiba-tiba bercerita, kalo gunung-gunung itu memiliki sejarah yang luar biasa. Mereka adalah saksi bisu tempat pembinasaan para tentara Abrahah dari Yaman yang sebelum kelahiran Nabi Muhammad hendak menghancurkan ka'bah dan ingin memindahkan ka'bah ke Yaman. Tetapi oleh Allah mereka dihancur leburkan dengan mengirimkan burung ababil yang membawa batu mendidih dari neraka. Dan burung-burung ababil itu menjatuhkan batu-batu neraka kepada seluruh pasukan raja Abrahah yang semuanya menunggangi gajah. Mereka binasa di kawasan ini. Nah, konon, ini juga menjadi sejarah adanya hajar jahanam yang saat ini terkenal dengan obat kuat yang asli Mesir itu. Mas Faiq mulai mengguyoni kami, ngomongnya ngasal saja, bahwa Hajar Jahanam itu ya batu yang dibawa burung ababil itu. Itu adalah batu yang tersisa dari sejarah penghancuran para tentara pasukan Abrahah. "Coba difikir, hajar artinya kan batu, jahanam adalah nama neraka, jadi hajar jahanam adalah batu neraka dan batu neraka yang diturunkan di dunia ini yang masih tersisa ya ini", kata dia sambil ngakak. hehe. Si sopir tidak faham apa yang kami omongkan, padahal dia orang Mesir. Dia hanya senyum-senyum sendiri saat kami bolak balik mengatakan hajar jahanam. Kami melewati kawasan padat tenda perkemahan yang sudah permanen di Mina. Terlihat tidak terawat. Di sana sini dipenuhi oleh debu, bahkan banyak tenda-tenda yang berada di pojok yang sobek. Tapi tenda-tenda ini saat musim haji akan rapi dan bagus, tiap tenda selalu ada ACnya, di pinggir jalan di sekitar tenda juga terlihat banyak air minum umum yang saat ini ketika kami lewat terlihat kering. Ya, saat bukan musim haji, tempat-tempat ini adalah seperti kota mati, hanya menjadi kawasan wisata orang-orang yang sedang umroh agar mereka bisa melihat, ini loh tempat-tempat haji dan mereka akhirnya juga ingin menunaikan ibadah haji, termasuk kategori ini adalah saya dan teman-teman. Sungguh megah sekali tempat pelemparan jumroh. Ada lima lantai. Katanya sih sejak pembangungan besar-besaran yang dilakukan oleh raja Abdullah, korban desak-desakan akibat melempar jumroh sudah tidak ada lagi. Sekarang jama'ah haji sudah bisa enjoy dan memilih dimana dia bisa memilih tempat untuk melempar setan, melempar jumroh adalah simbol melempari setan dengan batu. Lagi-lagi kami tidak lama. Kami hanya bisa narsis sejenak di bawah bangunan megah itu. Sopir sudah memencet terus belnya. Rupanya si sopir takut kena damprat oleh para jama'ah yang dia tinggal di jabal tsur. Dia takut para jama'ah komplain karena ketika mereka turun dari goa tsur ternyata mobil dan sopir yang membawa mereka sudah tidak ada dan hilang padahal mereka menyewa sudah paket. Kami dibawa kebut-kebutan melewati jalan-jalan yang ada di bawah gunung di sekitar Makkah. Kota Makkah menjadi salah satu kota terbanyak terowongan jalannya. Saya tidak tau persis berapa, karena tidak pernah menghitungnya. Yang jelas, buanyak sekali tunel (jalan bawah tanah) di kota suci ini. Kami diantar sampai ke asrama Rubbath kembali dan satu hal yang membuat kami tertawa lagi adalah cerita konyol mas faiq yang mengatakan kalau Hajar Jahanam itu ceritanya dari kisah tentara abrahah yang dihancurkan oleh burung ababil yang membawa batu dari neraka itu. Jelas ada ada saja. Bersambung dulu, Berlanjut ke catatan berikutnya yaa.. Salam Kompasiana Bisyri Ichwan **Mau bermitra dg kami?, keuntungan laba bersih minimal 200 % dan cepat balik modal atau fee Rp. 500 ribu tunai selamanya ? #call me for info.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun