Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Doktor UIN Malang. Ketua Umum JATMAN Banyuwangi. Dosen UIMSYA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Lembah Para Firaun

23 September 2010   21:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:01 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_267434" align="alignnone" width="500" caption=""Valley of the Kings". Lembah gunung yang dibuat 'mainan' oleh para fir'aun. Minimal 100 meter di bawah gunung-gunung itu ada puluhan makam fir'aun dan keluarganya (Foto : beautifulegypt.net)"][/caption] Valley Of The Kings yang dalam bahasa arab disebut dengan Wadi el Muluk adalah lembah gunung yang digunakan oleh para fir'aun untuk pemakaman mereka. Lembah yang terletak di tepi sebelah barat sungai nil di Luxor ini telah dipakai selama 500 tahun sejak abad ke 16 sampai 11 Sebelum Masehi. Valley of the kings telah ditempati oleh fir'aun dari generasi ke delapan belas hingga generasi ke dua puluh. Sebelum turun dari bus pariwisata yang kami tumpangi, Mr. 'Ala, sang guide yang kami bawa sudah menerangkan kalau ketika hendak memasuki pintu gerbang menuju Valley of the kings dilarang membawa kamera. Benar saja, di depan gerbang sudah tertulis larangan untuk membawa jenis kamera memasuki kawasan makam dan polisi juga sudah banyak berjaga di sana yang akan memeriksa para turis yang membawa kamera dan akan dititipkan di bagian pembelian tiket. Satu alasan yang menyebabkan kamera dilarang memasuki kawasan pemakaman adalah karena semua huruf herogliph yang tertera di semua makam hanya menggunakan cat dan tidak dipahat sama sekali, sehingga cahaya yang timbul dari kamera bisa menyebabkan rusak dan pudarnya cat huruf herogliph yang telah berumur ribuan tahun itu. Hanya yang mendapat izin dari negara saja yang bisa mengambil gambar ataupun video dari makam-makam di Valley of the Kings. Sejak abad 18 Masehi, kawasan valley of the kings yang terletak di Luxor menjadi tempat penelitian para arkeolog dunia. Sejak 1800-an hingga tahun 2006, telah ditemukan sebanyak 63 makam yang ada di bawah pegunungan Deir El Bahri tempat para fir'aun disemayamkan. Salah satu yang paling fenomenal dari semua pemakaman yang ada adalah makan Tuthankhamun yang sarkofagusnya terbuat dari emas dan banyak ditemukan perhiasan di sekitar makamnya. Lebih tepatnya, lembah digunakan untuk penguburan primer para fir'aun dari sekitar 1539 SM sampai 1075 SM, dan memiliki sedikitnya 63 makam, dimulai dengan Thutmose I (atau mungkin sebelumnya, selama pemerintahan Amenhotep I), dan berakhir dengan Ramses X atau XI. Howard Carter menjadi orang sangat terkenal dari penemuan-penemuan yang telah terjadi di sana. Dialah yang mendapat izin resmi dari pemerintah Mesir sebagai ketua dari para arkeolog yang mengelola pencarian makam di valley of the Kings. Ketika pertama kali memasuki pintu gerbang setelah melewati pembelian tiket, Mr. 'Ala memberi tahu dan menerangkan kepada kami sambil menunjukkan peta yang tertera dalam ruangan tunggu. Dia menunjukkan gunung yang sangat luas dari replika yang ada di dalam gedung dan menyuruh kami untuk mengintip apa yang ada di bawah gunung. Ada banyak tangga yang menjorok ke dalam sekali di bawah tanah di gunung. Semakin dalam tempat makam di lembah, bisa menunjukkan semakin tinggi kekuasan sang fir'aun pada waktu itu. Valley of the kings dibagi atas dua bagian, east valley dan west valley, dari semua bagian itu, hampir kebanyakan makam berada di bagian timur, hanya beberapa yang ditemukan di bagian barat. Penamaan dalam makam ditentukan oleh kapan pertama kali ditemukan oleh para arkeolog. Simbol yang gunakan adalah "KV" yang berarti "King Valley". Karena ada 63 makam yang telah ditemukan, maka KV yang kami lihat di dalam ruangan juga ada 63 KV, ada beberapa makam yang menggunakan nama "WV" yang berarti "West Valley", nama ini digunakan untuk makam fir'aun yang ditemukan di lembah bagian barat, termasuk makam miliknya Hatshepshut, fir'aun perempuan yang terkenal paling sukses dalam memimpin Mesir kuno. Kami keluar ruangan tunggu dan langsung disambut oleh kereta yang akan mengantarkan kami ke makam. Jarak antara tempat pembelian tiket dan tempat parkir kendaraan menuju makam lumayan jauh dan pihak pengelola menyediakan kereta untuk menuju ke sana dengan membayar tiap orang 10 pound saja. Kami melewati jalanan dengan tepi kiri dan kanan berupa tebing batu dan banyak penjaga dari polisi yang membawa senjata. Ada pintu gerbang lagi yang di sampingnya ada pembelian tiket untuk tempat yang istimewa yakni makamnya Tutankhamun. Untuk bisa melihat makam Tuthankhamun harus membeli tiket seharga 100 pound (sekitar 200 ribu). Kelebihan makam Tuthankhamun dengan makam fir'aun yang lain adalah mumi dengan sarkofagus yang terbuat dari bahan emas. Hampir semua mumi yang saat ini tersebar di seluruh museum yang terkenal di dunia berasal dari pemakaman valley of the kings ini, entah mengambilnya dengan cara resmi atau lewat pencurian saat Mesir mengalami banyak kekalahan dan penjajahan pada saat perang dunia pertama dan kedua. Mumi Ramsis II yang saat ini diabadikan di museum Cairo yang terletak di Tahrir dulunya juga berasal dari Valley of the kings. Kami hanya memasuki tiga makam, salah satunya adalah makam Ramsis IX. Suhu udara yang sangat panas sekitar 35 derajat celcius membuat kami sangat lelah untuk mengelilinginya. Satu makam dengan kedalaman minimal 100 meter yang berada di bawah gunung membuat badan terasa lelah dan gerah. Banyak teman-teman yang membeli tiket dan mengunjungi makam Tuthankhamun, tetapi saya tidak mengunjunginya dan memilih untuk beristirahat bersama para turis lain. Setiap makam selalu dijaga oleh beberapa orang, mulai dari yang memeriksa tiket ketika hendak memasuki pintu utama makam hingga yang menjaga di sekitar gambar-gambar huruf herogliph. Banyak makam yang sudah ditinggalkan oleh muminya karena sudah diambil dan disemayamkan di  museum yang tersebar di dunia. Ketika kami memasuki pemakaman yang pernah digunakan oleh Ramsis IX, saya mencoba untuk memegang beberapa gambar yang tersebar di tembok yang mengelilingi makam dan secara tiba-tiba seorang penjaga mendekati saya dan dengan sopan mengatakan dalam bahasa arab, "mamnu' ya akhi", yang berarti dilarang untuk memegangnya karena takut kalau cat yang telah berumur ribuan tahun itu rusak dan pudar. Semua dari kami termasuk banyak turis yang berasal dari berbagai negara tidak ada yang memiliki kenang-kenangan foto ketika berada di kawasan Valley of the king ini. Banyaknya penjaga yang tersebar di sudut-sudut tempat wisata yang membuat  kami tidak berani untuk mencuri mengambil gambar. Anehnya tidak seperti di makam-makam yang ada di Indonesia, ketika memasuki setiap makam yang dalamnya minimal 100 meter di bawah tanah itu, saya sama sekali tidak menemukan hawa angker di sana, termasuk beberapa pengalaman yang pernah saya rasakan ketika memasuki kawasan pemakaman fir'aun yang ada di piramida dan pemakaman Mesir lain. Entahlah, apa yang menyebabkan semua makam di Mesir tidak ada hawa angkernya. Parahnya, di beberapa tempat pemakaman di Cairo kuno, banyak makam yang digunakan sebagai tempat tinggal oleh para orang Mesir miskin yang tidak memiliki tempat tinggal. Mereka menjadikan rumah di kuburan-kuburan yang desain bangunannya memang seperti rumah. Kawasan Du'aia menjadi tempat paling favorit dan paling banyak dari pemakaman Mesir yang menjadi pemukiman orang hidup. Dibutuhkan waktu sekitar dua jam bagi kami untuk berputar di tiga makam di Valley of the kings dengan kedalaman makam yang lumayan dalam dari setiap makam di bawah tanah gunung dan menunggu yang lumayan lama dari teman-teman yang penasaran dengan muminya Tuthankhamun dan sarkofagusnya yang terbuat dari emas yang ditemukan oleh Howard Carter, sang penemu dari eropa. Itulah sedikit pengalaman yang saya dapatkan ketika mengunjungi tempat wisata kuburan yang ada di valley of the kings. Kalau di Valley of the kings, para fir'aun menunjukkan kekuasaannya dengan melobangi bawah gunung sedalam-dalamnya, di piramida menunjukkan kekuasaannya dengan membuat gunung kuburan setinggi-tingginya, dua hal yang menurut saya jarang difikirkan dan dilakukan oleh para raja di dunia pada masanya. --------------------------------------- Catatan sederhana yang tertinggal dari perjalanan wisata di Luxor dan Aswan. [caption id="attachment_267437" align="alignnone" width="500" caption="Hiasan dinding yang menerangkan tentang proses perjalanan setelah kematian yang tergambar di makam fir'aun di Valley of the Kings (Foto : medj.com.au)"][/caption] [caption id="attachment_267440" align="alignnone" width="500" caption="Sarkofagus yang ada di salah satu makam di Valley of the Kings (Foto : menatraveleg.com)"][/caption] Salam Kompasiana Bisyri Ichwan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun