Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Nil Hotel Sarah

25 September 2010   10:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:58 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_269113" align="alignnone" width="500" caption="Sungai Nil terlihat kecil tepat di samping hotel Sarah di Aswan, satu daerah dekat dengan negara Sudan. Dari jauh kelihatan satu perkampungan suku Nubian. (Foto : Bisyri)"][/caption] Sarah Hotel yang berada persis di dekat sungai nil yang masih natural menjadi pilihan kami untuk menginap setelah melalui perjalanan panjang dari Luxor ke Aswan yang menghabiskan waktu sekitar empat jam. Letak hotel Sarah dari pusat kota Aswan lumayan jauh. Bangunannya berada di tepi tebing tinggi dengan view tepat di bawah adalah sungai nil dan pemandangan jauh berupa perkampungan para orang Nubian dan tentunya padang pasir yang sangat luas. Suhu panas yang selalu melanda Aswan bisa terobati dengan pemandangan yang didapatkan di semua sisi hotel. Sungai nil yang dari jarak dekat terlihat begitu luas, ketika sampai hotel dari balkon kamarnya terlihat begitu kecil, sekecil bangunan yang berdiri kokoh yang ada di sekitarnya. Bebatuan sungai masih banyak menghiasi di setiap sudut sungai. Kejernihannya juga masih begitu terasa dan belum terkontaminasi oleh buangan minyak dari kapal besar di restoran-restoran apung yang sudah banyak berdiri di nil kota Cairo. Melewati jalan berkelok-kelok di gunung. Entah gunung apa namanya, juga melewati banyak villa yang banyak berdiri di tebing-tebing gunung yang mengingatkan saya dengan kondisi puncak kebun teh Cisarua Bogor, hanya saja perbedaannya di sini hanya nil saja yang dipamerkan dan padang pasir yang luas, sementara di "puncak" dengan panorama alam kebun teh dan villa yang terlihat hijau dan rindang semua, sampailah kami di hotel megah yang kami cari; Sarah hotel. Nama wilayah yang menjadi tempat berdirinya hotel sarah hampir sama dengan nama tempat yang ada di Cairo. Nama wilayahnya adalah Madinat Nasir, sementara di Cairo bernama Madinat Nasr. Hanya berbeda dalam katanya saja, di Aswan menggunakan "isim fa'il" sedangkan di Cairo menggunakan "Mashdar", itu ditinjau dari proses kata dari gramatikal arabic. Dalam bahasa inggris disebut Nasir City dan Nasr City. Setiap kamar di hotel di isi empat orang, dengan dua kasur tambahan yang tiap kasurnya seharga 15 euro permalam. Kami tidak mau ambil pusing, karena semua yang membayar kebutuhan kami adalah negara Mesir dibawah kementrian pendidikan, kami hanya membayar registrasi saja saat sebelum pemberangkatan senilai 100 dollar. Turun ke bawah di ruang makan, menu yang disajikan berupa ayam bakar, tetapi khas Mesir dan yang pasti yang  tidak bakal ketinggalan adalah isy, sebagai makanan pokok orang Mesir. Saya mencoba memegang isy yang tersedia dan merasakannya, ternyata beda antara isy yang disajikan di hotel dengan isy yang dibeli di jalanan. Yang pasti isy yang ada di hotel lebih gurih. Ada yang tidak beres dari apa yang saya rasakan. Di tengah-tengah makan, saya merasakan mual yang sangat dan memaksa saya untuk pergi ke toilet dan muntah. Baru saya tahu kalau ternyata terkena masuk angin akibat jalan-jalan tadi malam di pasar Luxor hingga tengah malam dan kurangnya istirahat membuat badan tidak kuat, padahal perjalanan masih panjang. Namun, bagaimanapun juga saya memilih untuk tetap makan setelah muntah agar perut tetap ada isinya. Sejak awal sudah dipersiapkan minyak angin untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Sore hari hingga malam, kami menghabiskan waktu di hotel. Dari balkon pemandangan nil sungguh menakjubkan, ada juga beberapa teman yang memilih untuk mandi di kolam renang yang tepat berada di sisi sungai nil, ketika dari mereka selesai menuntaskan mandinya, saya bertanya kepadanya dan katanya airnya sangat dingin dan memaksa saya untuk mengurungkan niat mandi akibat badan yang belum benar-benar fit. Kamera mungil saya shootkan ketika senja hendak menyapa dari balik balkon. Berbekal hp pinjaman, musik juga saya putar. Kamar sebelah ditempati oleh cewek dan cowok Rusia. Sesekali mereka keluar kamar dan sama-sama di balkon. Yang laki-laki saya mengenalnya dan mengobrol sebentar sekedar basa-basi. Dia kuliah di universitar Cairo dan mengambil jurusan Ekonomi. Semakin sore dari balkon hotel sarah, suasana terlihat semakin menggoda. Pandangan mata yang bisa melihat sejauh mata bisa melihat, membuat semakin betah untuk berlama-lama duduk di balkon. Dalam hati saya hanya membatin, maklum kalau harganya dipatok 85 euro permalam dengan view yang hadirkan seperti ini dan jarang dimiliki hotel lain dengan sungai nil yang mengalir dengan naturalnya, juga dengan perkampungan Nubi jauh di sana dan padang pasir yang membentang luas. Ketika waktu maghrib hendak tiba, mega merah di langit juga mulai menyapa. Lampu-lampu jauh mulai kelihatan. Teman saya yang dari tadi berada di dalam kamar sambil mengupdate berita lewat hp-nya mulai menghampiri. Dia diam melihat sesuatu dari arah kejauhan di perkampungan Nubi. Dia memberi tahu saya dengan pemandangan agak aneh berupa benda kecil yang berjalan seperti lambat sekali. Kami dengan jeli terus melihatnya dan ternyata benda banyak yang bergerak itu adalah onta. Saya mencoba men-shootnya dengan kamera dan tetap saja tidak mampu. Pemandangan sore yang indah dan damai, tidak ada suara ramai kendaraan. Semua tampak tenang dengan kehidupannya sendiri-sendiri. Hotel Sarah ini memang pas kalau dibuat untuk menrilekskan fikiran dari masalah-masalah yang menimpa dan berwisata. Rencananya tidak ada acara resmi yang diadakan oleh panitia malam harinya. Satu hari suntuk hari ini memang khusus untuk beristirahat dan menikmati keindahan di hotel Sarah, baru besok pagi kami akan jalan-jalan yang lumayan jauh menuju peninggalan situs yang berada 40 kilometer dari batas negara antara Mesir dan Sudan di Abu Simbel yang berbentuk empat patung besar Ramsis II yang menghadap ke bendungan besar sungai nil, Lake Nasser. Malam hari ketika banyak teman-teman menghabiskan waktu di hotel, saya bersama kedua sahabat nekat keluar hotel dan mencari taksi sambil bertanya dimana letak pusat kota Aswan dan yang paling ramai. Kami hanya membayar tujuh pound saja untuk bisa ke kota. Benar kata Omar sahabat Mesir saya ketika kami hendak berangkat berwisata, orang Aswan termasuk Luxor masih banyak yang baik-baik dan jujur. Jarak antara hotel dan pusat kota lumayan jauh dan kami hanya membayar 7 pound saja. Pulang dari jalan-jalan di kota dan memasuki kembali hotel, kami disambut dengan pesta yang ada di lantai dua hotel, rupanya sedang ada keluarga Mesir yang menyewa tempat di hotel untuk acara pernikahan anaknya. Sebagaimana biasa, suara "wlu..wlu" dari para wanita banyak terdengar diiringi musik kendang dari para cowok Mesir yang ada. Kami menonton sejenak dan setelahnya istirahat di kamar hotel untuk membugarkan tenaga kembali untuk perjalanan panjang esok hari. ---------------------------------------------- Kenangan dari perjalanan satu minggu melintasi peninggalan sejarah di sepanjang sungai nil Luxor - Aswan. [caption id="attachment_269120" align="alignnone" width="500" caption="Suasana dari balkon kamar hotel Sarah dikala senja (Foto : Bisyri)"][/caption] [caption id="attachment_269124" align="alignnone" width="500" caption="Ketika waktu magrib menyapa (Foto : Bisyri)"][/caption] [caption id="attachment_269128" align="alignnone" width="500" caption="Kamar yang kami huni selama dua hari tiga malam di hotel Sarah. Tarif permalamnya 85 euro. Lumayan mahal! (Foto : Bisyri)"][/caption] [caption id="attachment_269131" align="alignnone" width="500" caption="Kerlap kerlip lampu dari arah jauh adalah sinar dari perkampungan Nubian disorot dari hotel Sarah di Aswan (Foto : Bisyri)"][/caption] Salam Kompasiana Bisyri Ichwan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun