[caption id="attachment_261626" align="alignnone" width="500" caption="Sedang berpesta malam di atas perahu di sungai nil (Ilustrasi/foto : Bisyri)"][/caption] Aneh. Baru kali ini aku menemukan banyak sekali pesta, pesta perkawinan. Setelah lebaran ternyata bagi para bujangan Mesir yang memiliki "ba'ah", kecukupan entah materi ataupun yang lainnya untuk melakukan resepsi pernikahan. Perjalanan singkat Jum'at malam tadi mengiming-ngimiku dengan pemandangan yang indah, apalagi kalau bukan di Nil, sungai yang selalu ku lewati di sela-sela kerja dan sudah sering menjadi saksi hidup manusia yang dilewatinya. Pertama kali ku temukan pesta di Nadi Sikkah, satu kawasan yang menghubungkan antara Nasr City dan Abbasea juga dekat kampus Universitas Al-Azhar untuk jurusan umum. Banyak sekali keriuhan di dalam sana. Banyak orang yang membunyikan "wlu..wlu..wlu" sebagai bukti bahwa mereka sedang bahagia. Itulah adat orang Mesir dan arab lainnya, ketika ada golongan mereka yang menikah, para perempuan akan berteriak-teriak dengan "wlu..wlu", sepuasnya. Aku dan kedua sahabatku ketika hendak melewati masjid di jalan Shalah Salim, jalan utama yang menghubungkan antara benteng perang Shalahuddin Al-Ayyubi, Masyikhah Al-Azhar (tempat berkumpulnya para grand Syeikh Al-Azhar), jalan bawah tanah Al-Azhar yang menghubungkan ke Down Town sebagai jantungnya kota Cairo, ada dua masjid besar milik syurtoh (militer) yang juga sedang berpesta. Macet, itulah yang terjadi di jalan raya besar Shalah Salim yang juga berada dekat Buuts, asrama untuk para mahasiswa asing Al-Azhar, akibat pesta di dua masjid syurtoh tadi, aku tidak tahu secara pasti nama masjidnya, tetapi semua orang di sini menyebutnya dengan masjid syurtoh, itu sudah cukup terkenal. Tidak hanya saat ini saja, hampir tiap hari di kedua masjid itu sering sekali selalu ada pesta, pesta pernikahan. Tujuan kami adalah restoran apung nil bernama Fussion dan Americana, keduanya khas Asia yang berada tepat di depan hotel Four Season yang ada di Giza. Aku bertanya kepada Omar kenapa tidak lewat nafaq (jalan bawah tanah) saja dan tetap melewati jalur padat dekat dengan hadiqoh (taman di gunung) Al-Azhar. Katanya, "asyan fi down town wa midan tahrir zahmah awi", "karena di down town dan kawasan tahrir pasti macet". Kami mengambil jalur alternatif melewati jalur masjid tertua di afrika yang bersebelahan dengan gereja tua, masjid Amr bin Ash dan gereja Mar Girgis. Jalan di daerah sana tidak terlalu ramai. Omar yang duduk di sampingku sebagai supir bisa leluasa untuk menyupir agak kencang. Sesekali ada pemandangan aneh, sepeda-sepeda motor "khidmah tausil", pengantar makanan KFC nekat lewat jalur trotoar milik pejalan kaki ketika terjadi kemacetan. Setelah melewati jalur bersejarah yang dulunya pernah menjadi lewatnya aliran nil untuk pasokan air di Fustat, Cairo lama, kami bisa memasuki kawasan pulau Zamalek. Lagi-lagi ada pesta, pesta pernikahan juga. Aku kadang heran, apa istimewanya nil buat mereka. Selama satu tahun aku berada di Mesir, aku sering mengamati, orang Mesir kalau menikah bisa dipastikan harus menyambangi nil pada malam harinya. Mereka tidak ngapa-ngapain, hanya ingin berpesta saja bersama para keluarga dan kerabatnya. Mobil di parkir di pinggir jembatan, dua mempelai keluar dari mobil dan menikmati panorama nil, beberapa dari mereka sudah siap dengan shoot video dan kameranya untuk mengabadikan pesta. Aku hanya memandang dari dalam mobil saja. Di pinggiran nil sudah banyak para lelaki dan perempuan yang memojok bersama. Malam ini malam sabtu dan menjadi hari libur nasional untuk mereka, sehingga wajar kalau mereka menikmatinya berdua dengan pasangan yang mungkin juga halal baginya, terbukti banyak juga membawa serta anaknya yang dibiarkan berlarian di taman yang ayah dan ibunya dengan bernostalgia duduk bersama sambil tertawa-tawa. Itu yang ku lihat dari dalam mobil di sungai nil Giza. Tepat sekali, di depan hotel Four Season di sungai nil dekat dengan restoran Fussion dan Americana, ada tiga pesta pernikahan sekaligus. Aku dan sahabatku turun dari mobil sambil mengeluarkan beberapa barang dagangan untuk suplai kedua restoran itu. Omar mencari tempat parkir entah di mana, kawasan di sini tempatku berdiri sudah penuh sesak, jika ngeyel parkir di sini, alamat, mobil polisi yang berada tepat di depanku akan setia untuk menderek dan mendendanya. Di sela-sela penantianku menunggu Omar datang. Aku menonton pemandangan yang berada persis di depan mata, lebih suka ku sebut pemandangan itu dengan pesta sungai nil. Dua orang sejoli, cewek Mesir dan cowok Mesir sedang bergandeng tangan. Dengan diiringi para keluarga yang laki-laki memakai jas resmi yang perempuan memakai pakaian elegan. Ditemani musik tradisional, aku menyebutnya dengan kendang kempul atau sejenis kuntulan sambil menabuh-nabuh gendang dan seruling. Baru beberapa detik aku menonton mereka, semuanya asyik berjoget di pinggir nil, lagi-lagi suara "wlu..wlu.." keluar dari mulut para perempuan Mesir itu. Aku berdiri sambil memegangi pagar nil, dekat sekali dengan tempatku berdiri seorang cewek dengan kameranya mulai men-shoot acaranya. Aha, ternyata seorang turis China, sepertinya, aku menebak setelah melihat gaya dan matanya yang sipit. Seorang temannya berada di belakang tepat aku berdiri, keduanya membawa kamera dan mengabadikan situasi pesta yang mungkin dirasa unik baginya, yang bagiku sudah tampak biasa saja, karena sudah sering melihatnya. Ada yang lupa. Saat turun dari mobil tadi, aku tergesa-gesa. tangan kiriku memegang kwitansi untuk restoran Americana dan Fussion dan tangan kananku membawa barang dagangan, sehingga handpone bercamera yang berada di depan tempatku duduk lupa ku bawa, sehingga aku tidak bisa menyaingi orang China yang dari tadi mengambil gambar dari kameranya. Akhirnya aku hanya punya ceritanya saja, bukan gambar adegan pestanya. Satu acara hampir selesai dan Omar mengajak kami untuk mensetorkan barang ke restoran apung terlebih dahulu. Ku ucapkan salam kepada ketiga petugas yang ada di depan restoran, dua cowok dan yang satu cewek, semuanya orang Mesir. Kami masuk di dek kapal di lantai dua di dapurnya Fussion restoran dan aku menyalami salah seorang koki restoran yang bernama Muhammad sambil cipika cipiki, seperti biasa adatnya orang Mesir ketika kenalan. Kwitansi ku berikan kepada Omar dan aku langsung turun untuk menonton kembali adegan sungai nil dari pesta yang lain. Kalau tadi dua mempelainya sudah agak tua, adegan kedua, kedua mempelainya masih sangat muda, aku menduga untuk wanitanya masih seumuranku, yang pasti dia cantik sekali. Menyesal rasanya, tadi aku kelupaan untuk memegang kamera yang ada di dalam mobil dan Omar sudah memarkirnya sangat jauh dari sini, di belakang kebun binatang dekat Universitas Cairo. Aku hanya bisa menikmati pesta nil ini saja. Mereka turun dari kapal pesiar bersama para tamu undangan dan keluarganya dengan suka cita. Tidak ada yang tidak tersenyum dan sesekali tertawa. Aku semakin mendekat untuk melihat langsung kedua mempelainya. Tukang shooting untuk mengabadikan videonya juga mendekat. Tiba-tiba wanita yang sedang berpesta sambil melihat ke arahku dan membelakangi para tamu undangan yang ada melemparkan bunga yang ada di tangannya dan mereka bersorak, ada seorang perempuan yang mampu menangkap bunganya. Aku bertanya pada Omar, "mal maqsud dul?", "itu tadi apa maksudnya?". Katanya, orang yang bisa menangkap bunga yang dilempar si wanita yang berpesta akan menikah setelahnya. Budaya yang ada-ada saja. Dari arah sana, sekitar dua puluh meter pesta nil, juga sedang ada pesta, pesta pernikahan orang Mesir juga. Aneh. Baru kali ini aku menemukan banyak pesta. Di Nadi Sikkah, di Nadi dekat Buuts putri ketika aku menunggu seseorang tadi, di kedua masjid Syurtoh, di jembatan Nil Al-Munib sebelum ke Giza, di depan hotel Four Season yang jumlahnya langsung ada tiga. Rupanya setelah lebaran ini banyak sekali orang berpesta. Nil memang sedang berpesta. --------------------------------------------- Catatan sederhana malam tadi ketika seperti biasa, Omar mengajak saya untuk bekerja mensuplai barang di restoran Jepang Fussion dan Americana di Giza. Kamera tertinggal di dalam mobil, sehingga saya hanya punya ceritanya saja. [caption id="attachment_261660" align="alignnone" width="500" caption="Ilustrasi tentang kemeriahan pestanya (Foto : Bisyri)"][/caption] Salam Kompasiana Bisyri Ichwan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H