Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Doktor UIN Malang. Ketua Umum JATMAN Banyuwangi. Dosen UIMSYA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Komombo Penjaga Nil

21 Juni 2010   12:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:23 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_173499" align="alignnone" width="500" caption="Reruntuhan Kuil Komombo (doc. pribadi)"][/caption] Siang ini cuaca Cairo mencapai 39 derajat. Saya tertarik untuk menulis tentang sebuah candi yang menjadi salah satu penjaga nil, paling tidak bisa sedikit mendinginkan kepala di suhu yang sangat panas. Candi ini bernama Komombo. Komombo adalah sebuah kuil atau candi yang pertama kali dibangun oleh Tuhmosis III, fir'aun ke enam dari dinasti ke delapan belas. Selama dua puluh dua tahun sebelumnya, Thutmosis memimpin sebagai bupati dari satu wilayah yang dikuasai oleh ibu tirinya; Hatshepshut. Komombo saat ini disamping sebagai nama sebuah kuil, juga menjadi nama daerah tempat kuil Komombo berdiri. Letak daerah ini sekitar 29 kilometer dari arah kota Aswan, wilayah selatan Mesir yang sangat dekat dengan negara Sudan. Perjalanan kami menuju kuil tepat saat matahari sangat terik. Itulah anehnya Mesir, wilayah Aswan adalah satu wilayah di Mesir yang dilewati oleh aliran sungai nil, tetapi cuaca di kota ini selalu hanya ada dua yakni panas dan panas sekali, tidak ada musim dingin. Kami termasuk beruntung, karena memasuki wilayah ini saat musim panas, jika musim panas sekali, cuaca bisa mencapai 45 hingga 48 derajat celcius. Komombo pada zaman Yunai-Romawi adalah pemukiman orang-orang Yunani yang menjadi kawasan pertanian. Satu bagian dari wilayah Aswan, Komombo dibangun pada abad ke 2 SM. Pembangunan kuil di sana bertujuan untuk menghormati salah satu dewa yang bernama Sobek, dewa yang berbadan manusia dan berkepala buaya. Sobek sering dikaitkan dengan dewa keburukan. Ada keunikan dalam bentuk bangunan kuil Komombo dibanding kuil-kuil lain yang tersebar di aliran sungai Nil yang ada di Aswan dan Luxor. Pintu masuk di kuil Komombo dibagi menjadi dua bagian; bagian selatan dan bagian utara. Pintu masuk bagian selatan kuil didedikasikan untuk dewa buaya Sobek, dewa kesuburan Hathor dan dewa pencipta dunia Khonsu, konon keduanya merupakan anak dari dewa Sobek. Sementara pintu masuk bagian utara didedikasikan untuk dewa elang Haroeris, juga dikenal sebagai "Horus the Elder" bersama dengan Tasenetnofret dan Panebtawy (Lord of the Two Lands). Bentuk bangunan ini juga simetris alias sama sepanjang sumbu utama. Letak candi Komombo tepat di gundukan tanah depan sungai nil. Saat ini terdapat beberapa cafe yang disediakan untuk para turis yang mengunjungi, juga ada kapal pesiar yang selalu parkir di sungai nil, sehingga disamping seorang pengunjung dimanjakan dengan wisata sejarah kuil peninggalan Yunani Romawi juga dimanjakan dengan "cleopatra-cleopatra" baru yang ada di restoran. Sayangnya, sebagaimana semua candi yang tersebar di Mesir. Candi Komombo juga menjadi korban dari gempa bumi dan meluapnya sungai nil tahunan sebelum dibangunnya danau buatan Annasr yang ada di Aswan oleh badan PBB; UNESCO. Bahkan bekas reruntuhan relief batu dari kuil, pada masa itu diambil oleh orang-orang koptik setempat untuk membangun sebuah  gereja. Pemulihan candi pertama kali dilakukan oleh Jacques de Morgan pada 1893. Semakin masuk ke dalam lokasi candi, kami menemukan ukiran di batu-batu dinding yang menggambarkan kemajuan teknologi pada masa itu. Ada beberapa gambar alat-alat kedokteran yang digunakan orang Yunani. Ada gambar gunting, alat-alat operasi, pisau bedah, tang dan botol-botol obat yang biasa digunakan sebagai instrumen medis. Juga ditemukan dua dewi duduk yang sedang melaksanakan persalinan. Ketika saya mencoba keluar dari candi bagian belakang, saya merasa heran dengan sarkofagus yang biasa digunakan untuk mumi, pasalnya, sarkofagus yang ada di candi ini termasuk kecil, tidak sebanding dengan sarkofagus yang ada di peninggalan candi lain seperti yang ada di Valley of the kings (makam para raja) di Darul Bahri. Saya belum menemukan jawaban kenapa tempat mumi di candi ini kecil. Bagian candi yang paling dekat dengan sungai nil juga terdapat sumur besar yang disebut sebagai Nilometer. Pembangunan sumur ini bertujuan untuk mengukur tingkat kadar air sungai nil yang ada di dekatnya. Ketika debit air sumur semakin meningkat, berarti ada peningkatan debit air yang berada di sungai nil. Pembangunan sumur ini juga bertujuan untuk menyelamatkan kuil dari banjir tahunan yang terjadi di wilayah-wilayah yang dilewati oleh sungai nil. itulah Komombo yang dalam beberapa bahasa disebut Kom Ombo (كوم أمبو) (Koptik: ⲉ ⲙ ⲃ ⲱ Embo; Yunani: Ὄμβοι Omboi atau Ombos atau Latin: Ambo.  Awalnya sebuah kota Mesir bernama Nubt, berarti Kota Emas. Hingga saat ini, kuil di kota ini masih tetap lestari dan dipertahankan keasliannya dan menjadi warisan budaya Mesir kuno yang ilmunya banyak diminati oleh sejahrawan dunia. Semoga bangsa kita bisa belajar sedikit dari Mesir dalam menjaga semua peninggalan masa lalu yang begitu banyak sekali. [caption id="attachment_173501" align="alignnone" width="500" caption="Komombo megah di usia tuanya (doc. pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_173502" align="alignnone" width="500" caption="Tiang-tiang yang sudah tidak simetris (doc. pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_173504" align="alignnone" width="500" caption="Guide yang menerangkan tentang kunci kehidupan yang dipegang oleh dewa (doc. pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_173506" align="alignnone" width="480" caption="Pintu masuk Kuil Komombo (doc. pribadi)"][/caption] Salam Kompasiana Bisyri Ichwan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun