Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

12 Sumur Musa di Mesir

27 Januari 2010   22:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:13 5683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_62790" align="alignnone" width="500" caption="Sumur Mata Air Musa, Mesir"][/caption] Kisah nabi Musa banyak disebutkan di dalam kitab-kitab agama samawi mulai dari yahudi, kristen dan islam. Dalam al-qur'an sendiri ayat-ayat yang menerangkan tentang perjuangan nabi musa mulai dari lahir hingga melawan fir'uan dikisahkan sangat rinci. Diantara kisah yang disebutkan dalam surat al-baqarah adalah tentang fenomena 12 sumur mata air Musa di Mesir. 12 sumur mata air nabi musa hingga kini masih terjaga kelestariannya dan dijadikan sebagai salah satu objek wisata Mesir. Wisata 12 sumur musa menjadi salah satu paket wisata tujuan gunung sinai, sarm sheikh dan pantai dahab, karena jaraknya yang tidak terlalu jauh. Aku dan rombongan jawa timur tiba di 12 sumur musa ini tepat pukul 12 siang. Jalan dari cairo menuju sumur ini lumayan sepi dan tidak terlalu ramai kendaraan, hanya terlihat padang pasir di kanan kiri bahu jalan layaknya sebuah samudra. Turun dari bus, kami langsung merasakan hawa panasnya desa ini. Entah berapa derajat celcius, kebetulan aku tidak membawa hp yang ada internetnya sehingga tidak bisa mengecek langsung, tapi yang pasti rasa panas itu benar-benar menyengat dan seketika kulitku yang sudah hitam semakin bertambah kehitamannya. Aku lihat di samping bus, bocah-bocah Mesir sedang asyik bermain sepak bola dengan pakaian jalabeya khas orang-orang desa Mesir. Anak Mesir yang berasal dari desa memang sering terlihat kotor, kusam dan kumal. Maklumlah, kawasan tempat sumur musa berada ini memang lumayan jauh dari sungai nil, jadi bisa jadi mereka jarang membersihkan diri. Padang pasir juga semakin membuat kulit mereka terlihat tebal karena dibantu oleh debu-debu yang beterbangan dibawa angin dan menempel di kulit. Berjalan mendekati sumur, kami sudah disuguhi pemandangan lumayan. Di sekitar sumur ada beberapa toko-toko souvenir kecil yang berjajar dan menjual aneka souvenir khas Egypt. Kami mulai hunting melihat-lihat kalung model fir'aun, ada gelang model nefertiti, ada juga ahram alias piramid dan si singa yang berkepala orang itu (spinx) Setelah melihat-lihat agak teliti aneka souvenir itu, aku dan teman-teman tertawa geli lagi, karena ternyata dipojo setiap souvenir ada tulisannya dengan jelas "made in China". Ternyata pengalamanku di khan khalily mirip dengan di sumur musa ini, produk yang ditawarkan semuanya "made in China", aku heran, kenapa china mampu menguasai pasar dunia hingga barang kecil khas Mesir pun bisa dikuasainya. [caption id="attachment_62791" align="alignleft" width="300" caption="Cewek Mesir Penjaga Toko"][/caption] Sambil melihat dan mencoba perhiasan itu, ada beberapa temanku yang menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Kebetulan hampir semua yang menjaga toko adalah cewek mesir yang aku sendiri mengakui kalau mereka memang cantik. Kecantikan itu didukung dengan hidungnya yang mancung, postur tubuh yang tinggi dan bulu mata yang tebal dan menantang. Satu persatu dari temanku mulai action foto bergaya narsis dengan gadis-gadis itu. Tapi aku gak mengikuti jejak mereka, aku berlalu untuk melihat sisa sejarah nabi musa ini, 12 sumur mata air. Setelah berputar melihat secara langsung sumur-sumur peninggalan nabi musa, aku agak kaget, pasalnya sumur yang ada tidak berjumlah 12 melainkan hanya 6. Aku bertanya pada seorang kawan yang lebih berpengalaman mengunjungi objek wisata ini. Akhirnya dia menjelaskan padaku, "dulu memang ada 12, tapi sekarang tinggal segitu karena tertutup oleh debu dan pasir". Wilayah Mesir yang dipenuhi oleh padang sahara membuat 12 sumur nabi musa ini berkurang. Bahkan dari sisa sumur yang ada, ada beberapa sumur yang kelihatan semakin dangkal seiring debu yang terus tertiup angin dan masuk ke dalamn sumur. Uniknya, walaupun sumur ini berada ditengah-tengah gurun, ada satu sumur yang kelihatan masih ada airnya, tapi aku tidak tahu apakah itu mata air atau sekedar sisa air hujan. Namun besar kemungkinan adalah sisa mata air, karena Mesir menjadi wilayah yang jarang sekali gerimis apalagi hujan. Sewaktu narsis foto-foto di depan sumur nabi musa, aku melihat pemandangan berbeda. Dari arah yang kelihatan dekat tapi juga sepertinya jauh, ada sesuatu bumi yang berwarna biru. Ternyata setelah bertanya lagi kepada temanku, dia menjawab "itu laut merah". Anggapanku keliru, ternyata bukan tanah tapi laut. Dilihat dari sumur musa ini, pemandangan laut itu seperti dekat sekali, mungkin karena pengaruh padang sahara dan tidak ada pohon, sehingga sejauh mata memandang, semuanya terlihat dekat. Padahal katanya dari sumur musa ke laut merah yang aku lihat jaraknya lebih dari satu kilo, tapi seperti seratus meter. Saat kami puas menikmati ke 12 sumur yang sekarang menjadi 6 sumur nabi musa ini dan hendak menuju ke bus kembali, bocah-bocah mesir mendekati kami dan ingin meminta uang. Memang, seringkali ditemui fenomena seperti ini di Mesir, bocah desa dengan penampilan kusut mendekat dan meminta uang pada orang asing. Tapi, akhirnya ada beberapa polisi khusus yang bertugas sebagai penjaga wisata mendatangi kami dan menyuruh bocah Mesir itu pergi. Suasana sangat berbeda sekali ketika memasuki bus kembali, di luar sangat dan sangat panas, masuk ke dalam bus sangat segar. Beruntung sekali kami menyewa armada bus yang dilengkapi dengan AC, karena biasanya kalo yang berwisata teman-teman Mesir, ada (karena tidak banyak) kadang yang berwisata ke tempat-tempat sejarah di Mesir dengan menggunakan bus tanpa AC, padahal kalau musim panas sepeti ini rasanya seperti di masak hidup-hidup, saking panasnya. [caption id="attachment_62793" align="alignright" width="300" caption="Sumur Musa"][/caption] Aku mendapatkan pelajaran baru lagi hari ini. 12 sumur mata air musa yang telah berumur ribuan tahun hingga sekarang masih eksis dan terjaga nilainya, bahkan sama sekali tidak terlihat angker ketika melihat ke dalamnya, tidak seperti sumur-sumur tua yang sering dikonotasikan angker sebagaimana di negeriku. Lagi-lagi aku salut dengan Mesir yang sangat menghargai sejarah. Manusia tidak akan pernah hidup tanpa adanya sejarah. Sejarah adalah cermain untuk kebaikan masa depan. Tanpa sejarah ia ibarat seorang yang berjalan tanpa membawa sebuah peta. ############# Bisyri Ichwan, Dubes NN wilayah Mesir dan seorang yang suka berwisata untuk belajar sejarah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun