Kasus disfungsi ereksi, ditambahkan oleh Herdinan, dapat diobati dengan berbagai cara. Keberhasilan pengobatan DE dapat ditandai dengan perbaikan pada fungsi ereksi dan fungsi seksual yang kemudian akan menghasilkan perubahan positif pada hubungan emosional maupun seksual dengan pasangan.
“Salah satu upaya pengobatan pada pria penderita DE ialah terapi oral yang telah ditemukan pada tahun 1990-an. Oral seks yang dilakukan dengan pasangan dapat menjadi bagian dari foreplay atau afterplay dan variasi dalam beraktivitas seks. Namun, dalam penerapannya kembali lagi pada kesepakan pasangan masing-masing dan memiliki dasar saling suka,” bebernya.
Selain itu, penghambat PDE5 (Phosphodiesterase-5) merupakan golongan obat vasoaktif yang secara khusus dikembangkan untuk pengobatan DE. Mekanisme kerja obat ini adalah dengan aktif menghambat enzim PDE5 yang menyebabkan naiknya kadar clynic guanosine monophostate (cGMP) hingga menimbulkan relaksasi pada otot polos di penis.
“Saat ini, telah dikembangkan pula metode penyembuhan baru untuk kasus DE yaitu Erection Hardness Score (EHS). Metode ini merupakan pengukuran tingkat kekerasan ereksi yang dapat dilakukan sendiri dengan menggunakan empat skala pengukuran yang sederhana,” tukasnya.
Jadi jangan takut, DE adalah penyakit yang bisa disembuhkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H