Pembedahan Rektal dengan Asistensi Robotik versus Laparoskopi pada Pasien Obesitas dan Obesitas Morbid: Analisis ACS-NSQIP
Lidya Nurhapsari Prasetya Ningsih
Artikel ini menyatakan bahwa pembedahan rektal laparoskopik, khususnya pada pelvis yang sempit, dapat berisiko tinggi untuk diubah menjadi pembedahan terbuka. Kompleksitas pembedahan laparoskopi meningkat secara substansial pada pasien obesitas dan obesitas morbid. Teknologi robotik diketahui dapat mengurangi risiko konversi ke pembedahan terbuka, tetapi masih belum jelas apakah dapat mengatasi tantangan teknis yang terkait dengan obesitas.
Studi ini menggunakan database ACS NSQIP untuk mengidentifikasi pasien obesitas yang menjalani reseksi rektal elektif laparoskopik atau dengan asistensi robotik antara tahun 2015 dan 2016. Obesitas didefinisikan dengan indeks massa tubuh (BMI) 30 kg/m dan obesitas morbid dengan BMI 35 kg/m. Hasil utama yang diteliti adalah konversi tidak terencana ke pembedahan terbuka. Hasil lain yang dinilai termasuk kebocoran anastomotik, waktu operasi, infeksi situs operasi, lama tinggal di rumah sakit, readmisi, dan mortalitas.
Robotik vs Laparoskopi dalam Pembedahan Rektal Obesitas
Hasil yang ditemukan menunjukkan bahwa dari total 1490 pasien yang menjalani reseksi rektal dengan asistensi robotik dan 4967 dengan laparoskopi, sebanyak 561 pasien obesitas menjalani reseksi robotik dan 1824 dengan laparoskopi. Studi ini menemukan bahwa tingkat konversi tidak terencana ke operasi terbuka lebih rendah pada kelompok robotik dibandingkan dengan laparoskopi, baik pada pasien obesitas (14% vs. 24%) maupun obesitas morbid (19% vs. 26%). Waktu operasi rata-rata lebih lama pada kelompok robotik. Tidak ada perbedaan signifikan antara kedua kelompok dalam hal kebocoran anastomotik, sepsis sistemik, dan tingkat infeksi situs operasi, meskipun infeksi ruang organ lebih umum pada kelompok robotik. Analisis multivariat menunjukkan bahwa pembedahan dengan asistensi robotik dikaitkan dengan konversi tidak terencana yang lebih sedikit ke operasi terbuka.
Kesimpulan
Dalam diskusinya, artikel tersebut menekankan bahwa laparoskopi bisa menjadi tantangan dalam operasi rektal, terutama pada pelvis yang sempit, dan teknologi robotik menawarkan keuntungan dalam mengatasi tantangan ini pada pasien obesitas. Studi sebelumnya juga telah menunjukkan hasil yang lebih baik dengan pembedahan robotik dibandingkan dengan laparoskopi pada pasien obesitas, termasuk tingkat konversi yang lebih rendah ke operasi terbuka dan waktu rawat inap yang lebih pendek. Kesimpulan dari studi ini menyatakan bahwa pembedahan rektal dengan asistensi robotik terkait dengan risiko konversi yang lebih rendah ke operasi terbuka pada pasien obesitas dan obesitas morbid dibandingkan dengan laparoskopi, meskipun waktu operasi lebih lama dan tanpa perbedaan signifikan dalam tingkat kebocoran anastomotik, sepsis sistemik, infeksi situs operasi, atau lama tinggal di rumah sakit. Penelitian lebih lanjut, terutama studi terkontrol acak berskala besar, diperlukan untuk mengeksplorasi lebih lanjut peran pembedahan rektal robotik pada pasien obesitas, obesitas morbid, dan obesitas ekstrem.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H