Penulis Archam Zahidin
Dalam dunia pengembangan perangkat lunak yang dinamis, akurasi dan efisiensi dalam estimasi proyek menjadi kunci kesuksesan. Salah satu metodologi yang semakin mendapatkan perhatian adalah penggunaan Unadjusted Function Points (UFP). Artikel ini akan menggali lebih dalam tentang apa itu UFP, keunggulannya dibandingkan metode lain, dan bagaimana penelitian terbaru oleh T.W. Koh, M.H. Selamat, dan A.A.A. Ghani dari University Putra Malaysia membawa pemahaman baru tentang penerapannya.
Apa itu UFP?
UFP merupakan bagian dari Function Point Analysis, metodologi yang dirancang untuk mengukur ukuran fungsional perangkat lunak berdasarkan perspektif pengguna. Uniknya, UFP independen dari bahasa pemrograman atau teknologi yang digunakan, membuatnya menjadi alat pengukuran yang objektif dan standar.
Keunggulan UFP:
- Independensi Teknologi. Memungkinkan perbandingan antar proyek yang menggunakan teknologi berbeda.
- Perspektif Pengguna. Mengukur fungsionalitas yang diterima pengguna, bukan upaya pengembangan.
- Standarisasi dan Konsistensi. Memberikan kerangka kerja yang objektif untuk pengukuran.
- Kemudahan Implementasi. Relatif mudah dipahami dan diimplementasikan.
- Pengendalian Biaya. Membantu dalam manajemen proyek, terutama dalam hal pengendalian biaya
Hasil penelitian yang diuraikan dalam artikel "Exponential Effort Estimation Model Using Unadjusted Function Points" oleh T.W. Koh, M.H. Selamat, dan A.A.A. Ghani menunjukkan pencapaian signifikan dalam estimasi usaha proyek perangkat lunak. Studi ini berhasil mengembangkan model estimasi usaha berbasis eksponensial yang menggunakan Unadjusted Function Points (UFP) sebagai alat ukur utama. Kunci dari model ini adalah eliminasi penggunaan General Systems Characteristics (GSCs), yang sering menambah subjektivitas dalam estimasi Function Points. Melalui analisis statistik yang komprehensif dari 450 proyek dalam database International Software Benchmarking Standard Group (ISBSG) Release 9, peneliti mengidentifikasi hubungan yang kuat antara UFP dan upaya yang diperlukan, diukur dalam hari manusia. Lebih lanjut, ketika diuji pada 135 proyek nyata, model ini menunjukkan akurasi 100% dalam memprediksi upaya akhir, menandai kemajuan besar dalam akurasi dan keandalan estimasi upaya untuk proyek pengembangan perangkat lunak. Temuan ini tidak hanya menegaskan pentingnya UFP sebagai alat ukur yang objektif dan efektif, tetapi juga membuka jalan untuk penerapan metode ini dalam praktik industri yang lebih luas.
Kesimpulan
Unadjusted Function Points (UFP) merupakan alat penting dan efektif dalam manajemen proyek perangkat lunak. Dengan keunggulan seperti independensi dari teknologi, fokus pada perspektif pengguna, standarisasi, dan kemudahan implementasi, UFP memungkinkan estimasi yang lebih objektif dan konsisten untuk ukuran dan kompleksitas proyek. Penelitian terbaru oleh T.W. Koh, M.H. Selamat, dan A.A.A. Ghani, yang mengembangkan model estimasi usaha eksponensial berbasis UFP, menegaskan keefektifan UFP. Model ini, terbukti melalui analisis statistik dan pengujian pada proyek nyata dengan akurasi 100%, menunjukkan potensi besar UFP dalam meningkatkan akurasi dan objektivitas dalam estimasi upaya proyek. Hasil ini menggarisbawahi pentingnya UFP dalam memajukan praktik industri pengembangan perangkat lunak menuju efisiensi yang lebih tinggi, perencanaan yang lebih baik, dan pengendalian biaya yang lebih efektif, sembari membuka jalan bagi pendekatan yang lebih data-driven dan objektif dalam estimasi dan manajemen proyek.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H