Pengembangan perangkat lunak adalah proses yang kompleks dan membutuhkan banyak sumber daya. Salah satu tantangan utama dalam pengembangan perangkat lunak adalah memperkirakan biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Estimasi yang akurat penting untuk keberhasilan proyek perangkat lunak.
Metode baru
Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim peneliti dari Korea Selatan telah mengembangkan metode baru untuk estimasi biaya perangkat lunak agile. Metode ini disebut dengan hybrid intelligent effort estimation (HEE) protocol.
HEE protocol menggabungkan dua teknik estimasi yang berbeda: case-based reasoning (CBR) dan fuzzy logic (FL). CBR digunakan untuk mengidentifikasi proyek serupa dari database historis dan memperkirakan upaya yang dibutuhkan untuk proyek saat ini berdasarkan upaya yang dibutuhkan untuk proyek serupa di masa lalu. FL digunakan untuk menangani ketidakpastian dan ketidaktepatan yang melekat dalam estimasi upaya perangkat lunak.
Evaluasi
Tim peneliti melakukan studi empiris untuk mengevaluasi kinerja HEE protocol. Hasil studi menunjukkan bahwa HEE protocol lebih akurat daripada CBR atau FL saja. Tim peneliti juga menemukan bahwa HEE protocol lebih tangguh terhadap perubahan persyaratan proyek daripada CBR atau FL saja.
Penerapan di Indonesia
Metode HEE protocol ini merupakan pendekatan baru yang menjanjikan untuk estimasi upaya perangkat lunak. Metode ini sangat cocok untuk proyek pengembangan perangkat lunak agile, di mana persyaratan kemungkinan besar akan berubah secara sering. HEE protocol dapat membantu mengurangi risiko overrun biaya proyek dan penundaan jadwal.
Di Indonesia, metode estimasi biaya perangkat lunak agile masih banyak menggunakan metode konvensional, seperti top-down estimation atau bottom-up estimation. Metode-metode ini sering kali tidak akurat karena tidak memperhitungkan ketidakpastian dan ketidaktepatan yang melekat dalam estimasi upaya perangkat lunak.