Duet Jokowi-JK akhirnya tampaknya akan di deklarasikan tidak lama lagi oleh PDIP. Duet ini tampaknya mengakomodasi berbagai survey yakni dari tingginya elektabilitas JK sebagai cawapres, menggenapi pemilihan Jokowi sebagai capres setelah berbagai survey juga menempatkannya sebagai capres tertinggi elektabilitasnya.
Peluang duet Jokowi JK sebagai pemenang pilpres 2014 memang sangat besar sekali karena kuatnya dukungan terhadap JK di Indonesia timur, selain dukungan terhadap Jokowi yang jelas dari PDIP. Maka keberadaan JK akan melengkapi basis suara yang selama ini di miliki oleh PDIP.
Tidak bisa di pungkiri bahwa pemilihan JK di maksudkan untuk memback up Jokowi di parlemen kelak dengan harapan JK akan membawa gerbong Golkar dalam pemerintahannya dan pada akhirnya di parlemen pun akan tercipta sinergi dan menjadi kekuatan besar dan hampir mayoritas di parlemen, misal PDIP mendapatkan 109 kursi, Golkar mendapat 89 kursi dan nasdem 39 kursi di parlemen maka hanya dengan di tambah satu partai misal Hanura yang mendapat sekitar 30 kursi sudah cukup untuk membuat koalisi Jokowi JK menjadi kekuatan Mayoritas di Parlemen dari 550 kursi di parlemen.
Namun tampaknya PDIP harus pula secara aktif merangkul PKB dalam koalisi yang akan di buat untuk pilpres mengingat besarnya suara PKB dan kuatnya dukungan warga NU terhadap tokoh PKB semisal mahfud. Maka tetap harus ada upaya dari duet Jokowi JK untuk menarik suara PKB/NU, mengingat besarnya suara yang di di perebutkan di Jatim dan Jateng yakni sekitar 80 an juta suara, sementara suara seluruh Indonesia Timur termasuk Sulawesi di kumpulkan tidak melebihi dari separuh suara dua propinsi tersebut.
Akan halnya jika koalisi jokowi-JK benar benar di deklarasikan maka membuka peluang Prabowo untuk merangkul suara PKB dan NU dengan memilih calon dari kalangan PKB/NU yakni Mahfud MD. Mahfud memang salah satu calon yang di sorong oleh PKB dan tokoh tokoh NU untuk menjadi cawapres, sekali pun sebenarnya yang di maksud adalah menjadi cawapres bagi Jokowi dan bukannya bagi Prabowo karena memang secara kultur sudah ada kedekatan PDIP dan PKB sejak jaman Gus Dur. Namun jika Prabowo merangkul Mahfud peluang berkoalisi dengan Demokrat dan mendapatkan dukungan incumbent SBY akan menjadi menipis dan bisa berimplikasi pembentukan poros baru oleh Demokrat dan bahkan bisa berakibat kegagalan pencapresan Prabowo karena dengan pidatonya di Pepabri menjadi sangat tidak mungkin bisa tercipta koalisi dengan Golkar.
Maka nampaknya sebagai jalan tengah yang akan terjadi adalah duet Prabowo-Hatta, mengingat factor kekeluargaan Hatta dan SBY dan mungkin juga adalah Prabowo-Dahlan sebagai calon dari Gerindra dan Demokrat, sebelum kasus rencana akuisis BTN oleh Mandiri yang di suarakan Dahlan ternyata kemudian ditolak SBY sehingga kemungkinan besar Duet yang akan bersaing dalam pilpres 2014 adalah Jokowi JK vs Prabowo Hatta, dan kemungkinan besar Golkar tidak akan dapat mencalonkan capresnya tanpa penggantian ARB karena kurangnya suara dukungan 20 % dan kemudian akan mendukung pasangan Jokowi-JK. Atau bisa juga terbentuk duet ketiga yakni Aburizal-Mahfud jika kemudian PKB dan Mahfud membatalkan penolakannya terhadap Ical
Namanya juga analisa, bisa benar bisa juga salah..........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H