Mohon tunggu...
Armunanto Heri
Armunanto Heri Mohon Tunggu... wiraswasta -

Nasionalis Lahir dan Besar di Temanggung Menetap Di Cimahi dari 1997 hingga sekarang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Adilnya Tuhan Menjadikan Manusia Dengan Kekurangan dan Kelebihan

18 Oktober 2011   14:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:48 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam kitab agama Islam yaitu Al-qur'an disebutkan manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa adalah supaya saling kenal mengenal. Diciptakan berbeda-beda agar saling memanfaatkan satu sama lain, saling meminta dan saling memberi.

Si Kaya pasti butuh makan, dan tidak mungkin dia mencangkul dan menanam sendirian tapi membutuhkan tenaga orang lain demikian sebaliknya. Tidak ada si kaya jika tidak ada si miskin.

Banyak orang merasa Tuhan tidak adil pada dirinya sehingga ia bertanya-tanya kenapa saya miskin? kenapa saya tidak tampan atau cantik?kenapa hal buruk ini terjadi pada diriku? dan segudang pertanyaan pada Tuhan dengan nada protes.

Dalam tulisan ini saya mencoba menjawab atas pertanyaan-pertanyaan itu dengan pertanyaan-pertanyaan juga, mari kita tanyakan pada diri kita.

Kalau saya tidak kaya, saya bertanya apakah saya pantas kaya? apakah saya sudah memantaskan diri menjadi orang kaya?dengan sikap, perbuatan, dan cara berpikir kaya?

Kalau saya tidak cantik seperti artis, apakah saya bisa membeli alat dan perawatan kecantikan seperti para artis yang ratusan juta rupiah itu?apakah kalau saya cantik bisa mempertahankan kebaikan dalam diri saya atas godaan-godaan besar para hidung belang?apakah kecantikan bisa menyelamatkan dunia akherat saya?

Kalau saya tidak bisa menjadi  pejabat tinggi, apakah saya pantas menjadi presiden atau menteri?

Itulah beberapa pertanyaan yang mungkin bisa menjawab, betapa adilnya Tuhan pada diri kita dan kepada semua manusia. Kita tidak menjadi orang lain tapi kita menjadi diri kita.....harapan besar ternyata harus dibayar mahal dengan cara memantaskan diri kita menjadi/ memposisikan menjadi orang lain.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun