Mohon tunggu...
Agung Bismoko
Agung Bismoko Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pendiri UKM Pankreas Politeknik Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kematian

2 Januari 2015   18:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:58 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kematian bukan lagi menjadi barang komoditas yang sakral, namun sekedar tempat untuk melepas lelah ketika seluruh hawa nafsu telah ditunaikan di dunia.  Tempat ketika kita kembali ke Akhirat dimana Dunia telah memuaskan segala dahaga kita.  Kematian bukan seperti Itu...!

Kematian Bukan serendah itu, Kematian bukanlah bancakan para petugas TPU dan Petugas penguburan yang ingin mendapatkan rupiah dari kematian seseorang.  Ketika kematian Tiba, yang ditinggalkan selalu dihadapkan berapa besar rupiah yang harus dikeluarkan agar almarhum dapat tempat di TPU terdekat.  Itulah kematian.  Bahkan setelah kematian pun kita juga harus berhadapan dengan berapa rupiah yang harus kita bayarkan setiap 3 tahun untuk memperpanjang hak dikubur disitu.  Bahkan setelah Matipun, Jenasah kita ditolak oleh yang Hidup kalau kita tidak bisa membayar biaya Administrasi sewa lahan.  Bahkan Kematian menjadi sumber PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak)

Kalaupun Alarhum ini kaya raya dan bisa di kubur di San Diego Hills atau TPU Swasta mewah lainnya mereka tetap harus membayar PBB setiap tahun.  Biarpun tanah kuburan mereka ini sudah di sertifikat SHM, tetap saja pembayaran PBB jalan terus sampai hari kiamat.  Apakah ini artinya Kematian bisa menjadi sumber kehidupan buat negara atau orang-orang yang terlibat di bisnis penguburan ini ?  Aha.....bisa jadi.

Saya kadang bingung, kalau gembel-gembel dan orang yang tinggal dipinggir kali meninggal, siapakah yang akan mengurus jenasah mereka ?  Duitpun mereka belum tentu punya.  Saya pernah nonton film di Amerika Ketika Gembel meninggal, mereka dikubur begitu saja tanpa nisan tanpa ahli waris tahu kemana harus berziarah.

Mungkin ini kebenaran dari Taman Pemakaman Umum di Arab yang tanpa nisan dan tanpa perlu membayar biaya bulanan.  Orang yang berziarah pun cukup dari luar makam untuk mendoakan.  Kematian harusnya gratis bukan membayar.  Penting mana memberi makan orang hidup yang kelaparan, memberikan pendidikan bagi kaum yatim piatu daripada  membayar iuran 3- tahunan makam di TPU atau membayar PBB di pemakaman mewah ?

Manusia kehilangan logika ketika menghadapi kematian.  Kematian pun dipelihara agar yang hidup merasa almarhum masih ada disisi-nya, Ketimbang melanjutkan hidup.

Sudahkah kita siap dengan kematian.  Ketika saya tanya ke beberapa orang, sudah kah anda siap untuk mati ?  Mereka hanya tertawa-tawa saja.  Ketika saya tanya kembali, bekal apa yang sudah anda siapkan, mereka bilang "Santai Bro....!, masih muda kita , mari kita puaskan saja syahwat kita dulu "

Sesungguhnya yang paling dekat dengan Manusia adalah Kematian (Al-Ghazali)

Sudahkan anda hafal Juz Amma untuk modal menghadapi kematian ?

Sudahkan anda sholat 5 waktu di mesjid untuk modal menghadapi kematian ?

Sudahkah anda Berpuasa untuk modal menghadapi kematian ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun