Mohon tunggu...
Bismo Ariobowo
Bismo Ariobowo Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pebisnis kuliner on line.

Selanjutnya

Tutup

Money

Review Produk Galeri Pos Indonesia

1 Oktober 2014   16:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:49 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Mari kita lihat produk apa saja yang dapat diorder dari toko online Galeripos milik Pos Indonesia ini. Produk dalam Galeripos terdiri dari :

üAnak dan Bayi

üFashion

üElektronik

üSeni dan kerajinan

üHobi dan Edukasi

üKuliner

üTiket

üKesehatan

üOleh-oleh

Menurut kami produk-produk yang dijual Galeripos cukup banyak kategorinya. Namun kategori-kategori itu terasa terlampau luas sehingga tidak diketahui produk ungggulannya yang mana. Apa kira-kira 20 persen produk yang punya kontribusi 80 persen pendapatan bagi Galeripos. Yang agak “kurang pas” tiba-tiba ada produk tiket, sebuah produk jasa layanan di tengah-tengah berbagai produk barang.

Selain itu ada beberapa kategori menu dibuat tetapi tidak terdapat isinya alias kosong. Kondisi kosong seperti ini akan membuat kesal pengunjung. Dan mereka tak akan mau kembali lagi.

Perlu dipikirkan Galeripos cukup fokus kepada beberapa produk unggulan saja yang khas dan menggambarkan kekuatan pos sebagai perusahaan “networking” yang memiliki “trust” di masyarakat sebagaimana ditulis dalam tagline logo Galeripos “easy shopping at trusted place”. Tentu produk-produk itu juga adalah jenis produk yang secara SOP dapat diterima saat dilakukanpengiriman oleh pos. Maklum, karena Galeripos hanya memberi opsi tunggal dalam pengiriman kepada PT Pos Indonesia (Persero).

Saat ini lebih dari 600 merek tersedia di Zalora, sedangkan Lazada menawarkan sekitar 1 juta produk. Kami kurang tahu persis berapa items produk yang dimiliki oleh Galeripos. Dan produk apa saja yang boleh dan tidak boleh dijual melalui Galeripos. Bagaimanapun dengan risiko kerusakan dan proses handling melalui Pos Indonesia akan membuat jenis produk dan kategori produk tertentu sulit dijual di Galeripos.

Sehubungan dengan itu, menurut hemat kami untuk produk ini mungkin perlu lebih faokus kepada produk-produk fashion, aksesoris, sepatu dan produk turunannya yang memang menjadi produk yang paling banyak dibeli melalui toko online.

Hal ini tergambar dari hasil survei Litbang Kompas pertengahan September lalu. Sebanyak 33,5 persen responden pernah berbelanja online. Barang yang mereka beli adalah produk fashion atau pakaian, termasuk aksesori dan sepatu (60,8 persen).

Survai yang sama kami lakukan terhadap toko-toko online di seluruh Indonesia yang selama ini sudah sering mengirimkan barang-barangnya melalui Kantor Pos. Dan survai itu menunjukkan bahwa sebagian besar pengirim toko online mengirimkan produk-produk fahion dan turunannya. Survai memanfaatkan database yang tersedia di i-Pos yang bersumber dari data entry petugas loket. Data base i-Pos ini sebenarnya merupakan “harta karun” bagi Galeripos jika ingin mengembangkan layanan berbasis pada captive market yang sudah terbiasa menggunakan layanan kantor pos.

Kami sempat mengumpulkan data pengusaha onlineshop se Indonesia berbasis i-Pos untuk mengetahui seberapa banyak pengusaha online yang telah menggunakan jasa pos. Ternyata jumlahnya mencengangkan! Hampir di setiap area terdapat pengusaha online shop dengan kategori terbanyak adalah mereka yang menjual produk-produk fashion.

Data base para pengusaha online yang sering menggunakan jas pos adalah potensi merchant yang luar biasa. Tanpa harus mencari merchant baru Galeripos dapat mengajak para pelaku online ini untuk menjual produknya melalui Galeripos atau website mereka link dengan website Galeripos.

Berdasarkan data base itu keberadaan toko online shop itu bisa diverifikasi oleh kantor pos yang berada satu kota dengan online shop bertalian. Pemeliharaan dan pembinaan terhadap captive market yang sudah terbiasa menggunakan jasa pos amat penting untuk menjaga loyalitas dan meningkatkan volume/omzet penjualan dari toko online tersebut. Sebab besar kemungkinan sebagian kiriman yang lain pelaku online shop menggunakan jasa pengiriman dari pihak kompetitor.

Dalam mengelola produk fashion memang sangat memerlukan kreativitas dan inovasi juga pergerakan barang yang cepat sehingga terkesan selalu ada yang baru. Tata cara pemgambilan gambar juga harus dengan teknik fotografi produk sehingga tampilan di website juga nampak menarik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun