[caption id="" align="aligncenter" width="544" caption="sumber :Tribunnews"][/caption]
Pertanyaan di atas tiba-tiba terlintas di benak saya, perhelatan yang katanya pesta demokrasi yang menghabiskan uang rakyat puluhan triliun rupiah ini ternyata tidak semanis yang dibayangkan dalam iklan kampanye dan promosi pemilu. Hampir di tiap TPS, fakta kecurangan pemilu ditemukan.
Pemilu yang curang mungkinkah menghasilkan Caleg yang sesuai aspirasi?
Akan sangat sulit rasanya pemilu yang dilakukan dengan cara-cara tidak bermartabat bisa menghasilkan wakil rakyat yang bermartabat pula. Bagaimana nasib bangsa 5 tahun ke depan bila mereka yang akan menjadi wakil rakyat telah melakukan praktek curang sejak dari pemilu.
Banyak komentar bernada sinis yang menyalahkan rakyat, terutama soal politik uang. sederhana bagi saya, salah satu tugas partai politik adalah melakukan pendidikan politik dengan cara yang lebih bermartabat. Jika para kader parpol ini tetap mempraktekan cara-cara tak berkebudayaan seperti menyuap konstituen lantas pendidikan politik apa yang sedang ajarkan?
Sesungguhnya ada keramahtamahan terhadap prilaku politik uang ini, padahal bila dikaitkan dengan beragam tuntutan di KPK saat ini, sesungguhnya istilah politik uang bisa dikatakan pada prilaku suap. Namun sayang, belum ada ketegasan yang tampak sungguh-sungguh diterapkan mengenai masalah ini.
Selain politik uang, adapula yang lebih mengenaskan, yakni penggelumbangan suara, bayangkan caleg apa yang akan kita dapati jika untuk menang mereka harus berlaku curang seperti ini?
Modus penggelembungan suara ini beragam, yang pasti ini hanya bisa dilakukan atas kordinasi penyelenggara pemilu mulai dari TPS sampai PPK. Dan mungkin juga dengan skandal lebih besar di tingkat Pusat.
Coba kita nikmati sejenak kebodohan pelaksanaan demokrasi kita di bawah ini.
1.Anggaran Pelaksanaan Pemilu kerap dipotongpangkas (korup) oleh penyelenggara pemilu, hal ini terbukti dengan palaksanaan pemilu 2009 lalu. Padahal puluhan triliunan rakyat mengucur agar pesta demokrasi ini berjalan baik
2.Politik uang mewabah hampir di setiap TPS, sialnya banyak caleg mengeluh karena uang suap yang ia siapkan lebih rendah dari caleg lain, sehingga ia kalah. Perhatikan betapa bobroknya mental calon wakil rakyat ini.
3.Banyak caleg yang disajikan adalah caleg tambalan, tidak mengerti tupoksi bila kelak ia terpilih, terbukti dengan banyak wakil rakyat periode 2009-2014 yang tak berprestasi bahkan mencemarkan gedung aspirasi, tidak paham tupoksi, tak pernah terlihat saat sidang, bagi-bagi lahan proyek sampai dengan menjadi pecandu narkoba
4.Penggelembungan suara di berbagai TPS. Ini juga menunjukkan betapa bobrokan mental calon wakil rakyat ini. curang sejak dari TPS, lalu apa yang bisa kita dapatkan?
Ke empat point di atas tentu kita akan tuai 5 tahun mendatang, kita akan melihat perjuangan aspirasi yang tumpul, prilaku tidak normal para wakil rakyat yang pada akhirnya menumpuk kekesalan dan kesedihan yang harus kita pendam sampai 5 tahun berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H