[caption id="" align="aligncenter" width="250" caption="Sumber : Okezone. "][/caption]
Akhir-akhir ini nama Yuddy Chrisnandi kerap menghiasi layar kaca dan pemberitaan media. khususnya kritik Yuddy Chrisnandi yang meminta Ketua Bapilu Hanura, Hary Tanoesoedibjo keluar dari Partai Hanura karena gagal membawa Hanura memenangi Pileg 2014.
Jika orang berakal sehat, tentu paham bahwa tidak mudah menjadikan Hanura sebagai partai pemenang pemilu, bahkan sebagian lagi beranggapan sudah sangat hebat bila Hanura lolos PT dan mendudukkan kadernya di senayan.
Kritik ini Yuddy terhadap Hary Tanoe ini sangat subjektif, pasalnya Hary Tanoe adalah orang yang ditunjuk oleh Wiranto menggantikan posisi Yuddy sebagai ketua Bapilu. Kebijakan Wiranto ini tentu sangat beralasan, selama Bapilu Hanura dipegang oleh Yuddy Chrisnandi, Suara Hanura berkutat pada angka 0,5 sampai 1 Persen. Bahkan diprediksi tidak lolos PT.
Sejak diarsiteki oleh Hary Tanoe, suara Hanura naik sampai angka 5,2 Persen. Bahkan melebihi raihan suara pada pemilu 2009 lalu.
Cara berpolitik Yuddy ini tentu mendapat kecaman banyak pihak. Yuddy mampu bicara dan menyatakan Hary Tanoe gagal. Sementara Yuddy sendiri tidak mampu bersaing dan gagal ke senayan. Yuddy terdaftar sebagai Caleg DPR RI Hanura Nomor Urut 1 dapil Jabar VIII. Yuddy dikalahkan rekan separtainya Miriam S Haryani.
Seorang sahabat saya menceritakan betapa busuknya cara berpolitik Yuddy Chrisnandi. Sejak awal ada indikasi bahwa Yuddy ingin maju sebagai Ketua Umum Hanura menggantikan Wiranto, untuk memenuhi ambisinya Yuddy maju sebagai Ketua Bapilu Hanura. Di tengah perjalanan Yuddy hanya sibuk mendudukkan orang-orang terdekatnya sebagai caleg. Tentu dengan pesangon uang. sementara kinerja Hanura melempem, dingin dan berakhir pada hasil survey yang menyebut bahwa Hanura tidak akan lolos PT. Suara Hanura bertengger pada angka 0,5 sampai 1 persen.
Gelagat buruk Yuddy ini diketahui oleh Wiranto. Sehingga Wiranto memecat Yuddy menjadi ketua Bapilu dan menggantinya dengan Hary Tanoesoedibjo. sejak ditangani Hary Tanoe semua kader berhak maju sebagi caleg. Tanpa membayar apapun seperti ‘pesangon’ politik yang dilakukan oleh Yuddy.
Tidak hanya berhenti sampai di sana. Yuddy kembali berkonflik soal nomor urut dengan kader Hanura lainnya, Miriam S Haryani di Dapil VIII Jabar. Yuddy bersikeras harus mendapat nomor urut 1. Sementara nomor urut 1 diperuntukkan untuk Miriam S Haryani yang aktiv dan gencar melakukan sosialisasi di lapangan. Untuk meloloskan keinginannya Yuddy Chrisnandi berusaha mendepak Miriam S Haryani dari dapilnya.
Lagi-lagi Wiranto mengetahui hal tersebut, dan akhirnya Wiranto memutuskan nomor urut 1 milik Yuddy dan Miriam jadi nomor urut 2. namun Dapil Miriam S Haryani tetap sama dengan Yuddy. Ternyata upaya Yuddy tidak berhenti menggembosi Miriam. Sampai di tataran elit Yuddy terus menyerang Miriam. Sementara Yuddy sibuk menggembosi, Miriam terus aktif terjun ke lapangan dan melakukan sosialisasi.
Sementara Yuddy Chrisnandi tak sekalipun kelihatan batang hidungnya di dapil. Yuddy sibuk memfitnah Miriam dari Jakarta. mengirim berabagi propaganda agar rakyat Cirebon tidak memilih Miriam.
Ternyata upaya busuk Yuddy Chrisnandi ini diketahui rakyat, rakyat mampu membedakan mana figure yang bekerja keras dan mana figure yang hanya bisa bicara. Hasilnya. Yuddy Kalah telak ke senayan sementara Miriam melenggang maju menjadi wakil rakyat.
Gagal menjadi caleg ternyata tidak menyadarkan Yuddy tentangc ara berpolitiknya yang tidak mendapat restu tersebut. belakangan Yuddy memutar arah serangan dengan mengkambinghitamkan Hary tanoesoedibjo selaku ketua Bapilu Hanura. Lagi-lagi cara busuk Yuddy Chrisnandi ini diketahui oleh elit partai Hanura, hasilnya elit-elit Hanura yang memahami kinerja Hary Tanoe meminta Yuddy Chrisnandi untuk berkaca
“Yuddy tidak memiliki kontribusi apa-apa untuk partai, jangankan untuk partai, untuk dirinya sendiri pun dia gagal.” Ujar Syarifuddin Suding. Ketua Fraksi Hanura di DPR RI.
Upaya memecah belah ini kerap dilakukan oleh Yuddy, sejak ia masih berstatus kader partai Golkar, alhasil Yuddy didepak dari partai Golkar dan ditampung oleh Hanura. Bukannya membawa pembaharuan, Yuddy yang hanya bisa bisa bicara namun tak mampu bekerja lagi-lagi membuat perpecahan di tubuh Partai.
Segala cara dibenarkan oleh Yuddy Chrisnandi, tentu untuk meraih kekuasaan. Perlu diingat Yuddy sebelumnya pernah menjadi anggota DPR RI. Namun hampir tak pernah terdengar satu pun prestasinya. Mungkin benar kata Andi Saiful Haq, Yuddy Chrisnandi sebaiknya berkaca.
Gagal jadi Ketua Umum Golkar, Gagal menjadi Calon Presiden, Gagal menjadi tim sukses Calon Wakil Walikota Cirebon Dewi Yull, Gagal jadi ketua Bapilu Hanura, dan sekarang Gagal pula menjadi Anggota DPR RI. Namun semua kegagalan tersebut tak menjadi pelajaran bagi Yuddy sehingga mulut besarnya bisa berkata bahwa Hary Tanosoedibjo gagal dan harus keluar dari Partai Hanura…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H