Mohon tunggu...
Otto von Bismarck
Otto von Bismarck Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Mantan Kanselir Jerman .... Uber Alles ...

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Apresiasi dan Kritik untuk Kemendag

14 Maret 2018   09:32 Diperbarui: 14 Maret 2018   10:06 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: kemendag.go.id

Hasil ngopi bareng bersama Mendag Enggartiasto Lukita kemarin malam di Auditorium Kemendag kurang menghasikan hasil yang baik dimata penulis. Persoalannya adalah pembicaraan hanya satu arah itu yang menyebabkan kurang maksimal, saya bisa pahami waktu yang terbatas dan peserta juga cukup banyak.

Selama ini kami apresiasikan hasil kerja Kemendag selama 4 tahun terakhir ini, tapi hasil akhir/output yang terjadi adalah pertumbuhan ekonomi yang cukup besar sekitar 5,2% tapi daya beli masyarakat bawah yang tersendat mungkin dibawah normal, ini saya rasakan sendiri. Pak Menteri mengatakan ini adalah efek dari pola hidup masyarakat sekarang yang sudah berubah karena keberadaan  dunia digital yang maju dengan pesat, dimana semua hanya dalam satu genggaman. Ingat Pak Menteri, pertumbuhan yang besar itu baru dinikmati oleh kalangan menengah keatas, sedangkan lapisan bawah baru sebatas penonton saja.

Tapi Pak Menteri lupa bahwa Pemerintah adalah pemegang otoritas pemegang kekuasaaan, jangan menyerah dengan kondisi saat ini. Pemerintah bisa mengeluarkan regulasi regulasi yang memihak kepada rakyat.

Oleh sebab itu kami menanyakan peran Bulog selama ini kemana saja??, kita ketahui bahwa Bulog pada masa Orde baru sebagai penyangga 9 bahan pokok yaitu beras, kedelai, gula pasir, terigu, minyak goreng dll

Peran Bulog tugas nya adalah menstabilkan harga ditingkat petani dan user/pemakai pada masa orba, jika harga jual di pasar sangat tinggi maka Bulog akan melakukan Operasi Pasar di sejumlah daerah, dimana supply dan demand akan menjadi seimbang, tapi saat ini harga dibiarkan mengikuti harga pasar tanpa adanya intervensi Pemerintah dengan Operasi Pasar.

Tapi saat ini peran Bulog sudah tidak ada, yang dikatakan Pak Menteri bahwa BUMN harus selalu untung, ini yang bagi saya tidak sepakat, kita harus lihat BUMN mana yang harus cari untung dan BUMN mana yang bekerja untuk masyarakat. BUMN yang mencari untung adalah PT. PAL, PINDAD, PT. DIRGANTARA, INCA dll boleh itu mencari untung, tapi BUMN seperti  Pertamina, Bulog, PT. KAI dll tidak harus mencari untung karena BUMN tersebut untuk melayani masyarakat, disinilah yang harus dibedakan.

Kembali kemasalah perdagangan dimana salah satu komoditi yang dibutuhkan masyarakat adalah beras, dimana beras medium di tingkat pedagang sudah mencapai antara Rp. 11.000 - 13.000 per Kg, sedangkan Harga Gabah Panen hanya rp. 3700-4000 per Kg, seharusnya harga di tingkat pedagang maksimal adalah Rp. 10.000 per Kg, kemana peran Kemendag dalam mengontrol harga beras.

Ini baru satu produk, bagaimana dengan 8 bahan pokok lainnya., disinilah mengapa tidak menghidupkan kembali peran Bulog sebagai penyangga 9 bahan pokok. Tidak semua produk produk Orba yang buruk, masih banyak produk produk yang bagus dari segi sistem, yang bermasalah selama ini hanya oknum, jangan mencari tikus lumbung padi yang dibakar.

Selama orde reformasi ini Kemendag terlihat tidak banyak melakukan gebrakan yang signifikan yang dapat mensejahterakan masyarakat, masih berputar putar disitu saja, mungkin saya katakan mencari aman. Kemendag bisa mencontoh Kementrian dibawah Bu Susi Pujiastuti yang banyak melakukan gebrakan dan tidak perlu takut akan tekanan lawan politik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun