Mohon tunggu...
Bismar Yogara
Bismar Yogara Mohon Tunggu... Jurnalis - penulis

Saat ini menjadi jurnalis lepas.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cerdas Memilih Kemasan Makanan dan Minuman Bebas BPA

23 April 2022   11:08 Diperbarui: 23 April 2022   11:10 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wanita Indonesia harus menjadi wanita yang cerdas. Hal itu digaungkan oleh Komnas PA saat memperingati hari Kartini, pada 22 April lalu, dalam acara bertajuk "Dialog Ilmiah Demi Anak-anak Indonesia Bebas Dari Kemasan BPA" di kantor Komnas PA, Pasar Rebo, Jakarta.

Dialog tersebut selain di hadiri Arist Merdeka Sirait juga dihadiri oleh Arzeti Bilbina (Anggota Komisi IX DPR RI), Nia Umar (Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia), dan dr. Hartati B. Bangsa -- via zoom (Wakil ketua pengurus pusat Persatuan Dokter Umum Indonesia).

Salah satu masalah yang menjadi fokus Komnas PA belakangan ini adalah Anak-anak Indonesia terbebas dari BPA yang terdapat pada kemasan makanan dan minuman. Landasan kampanye tersebut adalah berbagai penelitian ilmiah yang menyebutkan BPA sangat berbahaya bagi manusia terlebih anak-anak balita, janin dan ibu menyusui. Arist Merdeka Sirait menyebutkan hasil penelitian ilmiah tentang bahaya BPA antara lain, kanker, impotensi, syaraf, kelahiran bayi prematur, dan autisme.

Arist juga mengatakan pihaknya juga beberapa kali berdiskusi dengan BPOM selaku badan yang mengatur regulasi makanan, obat serta kemasannya. "Karena sikap responsif BPOM yang positif, setelah melakukan penelitian kemudian segera mengubah Perka No. 31 tahun 2018 tentang label pangan olahan, Komisi Nasional Perlindungan Anak sangat mengapresiasi".

Arist juga menegaskan, perjuangan pelabelan kemasan yang mengandung BPA saat ini tidak ada kaitannya dengan persaingan usaha dan semacamnya. Ini adalah murni sebuah tindakan moral untuk melindungi kesehatan anak-anak Indonesia sesuai dengan tujuan Komnas PA.

Dukungan penuh akan terus dilakukan Komnas PA hingga rancangan perubahan Perka No. 31 tahun 2018 resmi disahkan dan ditanda tangani Presiden. Bentuk dukungan lain dari Arzeti adalah membawa masalah BPA ini untuk didiskusikan di Komisi IX DPR RI.

Sementara Nia Umar pernah menjuluki BPA sebagai polusi yang tidak terlihat. Kata tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Dan bahaya sesuatu yang tidak terlihat adalah sering kali terabaikan. Apalagi masih banyak orang yang belum terlalu aware tentang label pada kemasan makanan dan minuman, termasuk ibu-ibu yang memberi makan dan minum bayinya.

Migrasi BPA dapat terjadi melalui pemanasan dan luka akibat disikat. Banyak para ibu yang mensterilkan alat makan dan minum bayi dengan cara direndam air panas atau bahkan direbus. Padahal peluruhan BPA dengan suhu panas tinggi 50 kali lebih cepat dibanding suhu ruang. Nia berharap para ibu bisa lebih cerdas menyikapi persoalan BPA ini sehingga bisa menghindari kemasan makanan dan minuman yang mengandung BPA. 

"Lebih baik menggunakan kemasan makanan dan minuman free BPA," ujar Nia. Untuk menghindari BPA maka kita harus lebih mengenal tentang zat dan sifatnya. Dan diharapkan pelabelan kemasan yang dilakukan pemerintah dalam hal ini BPOM akan sangat membantu dalam memilih kemasan makanan dan minuman yang jauh lebih sehat.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun