" Timang-timang anakku sayang
  Buah hati ayahanda seorang
  Jangan marah dan jangan merajuk    sayang
 Tenanglah dikau dalam buaian "
Suara Bang Amat Amigos terdengar merdu menyanyikan lagu Timang-timang dalam sebuah video youtube di ponselku. Aku pun mengeraskan volume suara ponselku agar bisa mendengarkannya dengan lebih syahdu.
" Â Kenapa Abang amat menyukai lagu ini,?" tanya Sherly yang sejak tadi hanya diam memperhatikanku.
" Karena Mak amat menyukai lagu ini, " jawabku singkat.
Sherly tampak diam, tak bereaksi mendengar jawabanku. Tapi dari raut wajahnya terlihat dirinya belum puas dengan jawabanku dan masih menyimpan banyak pertanyaan yang akan ditanyakan.
" Begini, Sher, " aku melanjutkan cerita.
" Seperti halnya Mak, Abang juga menyukai lagu ini. Namun bagi Abang lagu ini lebih dari sekedar lagu yang terdengar merdu di telinga. Tapi juga sebagai perlambang cinta kasih orang tua, khususnya Mak, pada Bang Amat sebagai anak laki-lakinya."
" Wah, pasti sosok Mak amat spesial bagi Abang, Sherly mencoba menimpali.
" Oh, tentu. Mak adalah sosok wanita yang tak pernah putus memberikan kasih sayangnya. Seperti mata air yang tak pernah kering airnya, Kasih sayang Mak pada anak-anaknya, Abang dan kedua kakak perempuan Abang, selalu dicurahkannya dan tanpa berharap balasan sama sekali. "
" Mak adalah contoh perempuan yang berhati lembut, penuh kasih sayang. Mak tak pernah berkata kasar, suaranya lembut. "
" Mak tak pernah marah, maklum kami anak-anaknya anak-anak baik, terutama  Abang, " ujarku sambil melempar senyum pada Sherly.
" Kalau kedua kakak perempuan Abang sih aku percaya kalau mereka anak-anak baik. Tapi, kalau Bang Amaatt .... aku kok kurang yakin ya. " Sambil tertawa kecil, Sherly terlihat melempar canda menyanggah kalimat terakhir yang kuucapkan.
" Lho, kok gak percaya sih kalau Abang, anak Mak yang paling baik hati. "
" Iya, iya percaya. Kalau bukan orang baik, tak mungkin aku kan aku memilih Abang sebagai kekasih hati. Iya kan ,Bang? " lanjut Sherly yang masih belum bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa.
" Terus, kalau cinta Abang pada Mak seperti apa ? "
" Yang jelas besar sekali meskipun tak sebesar cinta Mak kepada Abang. Yang jelas, sebagai perwujudannya, Abang berjanji pada diri Abang untuk melaksanakan pesan-pesan cinta yang dulu sering disampaikan beliau. "
" Apa pesan itu ? "
" Mak bilang, ' Jangan sekali-kali menyakiti hati perempuan yang menyayangimu '. "
Matahari tampak semakin condong ke barat. Artinya malam akan segera tiba. Dan aku pun mengajak Sherly untuk beranjak meninggalkan taman dan mengantarnya pulang ke rumahnya.
Malam semakin larut. Terlihat waktu di jam dinding menunjukkan angka jam 11 malam. Aku menyetel lagu Timang-timang sebagai lagu pengantar tidurku. Membayangkan diriku ditimang-timang Mak hingga aku tidur terlelap.
(EL)
Yogyakarta, 25112024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H