" Mak tak pernah marah, maklum kami anak-anaknya anak-anak baik, terutama  Abang, " ujarku sambil melempar senyum pada Sherly.
" Kalau kedua kakak perempuan Abang sih aku percaya kalau mereka anak-anak baik. Tapi, kalau Bang Amaatt .... aku kok kurang yakin ya. " Sambil tertawa kecil, Sherly terlihat melempar canda menyanggah kalimat terakhir yang kuucapkan.
" Lho, kok gak percaya sih kalau Abang, anak Mak yang paling baik hati. "
" Iya, iya percaya. Kalau bukan orang baik, tak mungkin aku kan aku memilih Abang sebagai kekasih hati. Iya kan ,Bang? " lanjut Sherly yang masih belum bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa.
" Terus, kalau cinta Abang pada Mak seperti apa ? "
" Yang jelas besar sekali meskipun tak sebesar cinta Mak kepada Abang. Yang jelas, sebagai perwujudannya, Abang berjanji pada diri Abang untuk melaksanakan pesan-pesan cinta yang dulu sering disampaikan beliau. "
" Apa pesan itu ? "
" Mak bilang, ' Jangan sekali-kali menyakiti hati perempuan yang menyayangimu '. "
Matahari tampak semakin condong ke barat. Artinya malam akan segera tiba. Dan aku pun mengajak Sherly untuk beranjak meninggalkan taman dan mengantarnya pulang ke rumahnya.
Malam semakin larut. Terlihat waktu di jam dinding menunjukkan angka jam 11 malam. Aku menyetel lagu Timang-timang sebagai lagu pengantar tidurku. Membayangkan diriku ditimang-timang Mak hingga aku tidur terlelap.
(EL)
Yogyakarta, 25112024