Shin Tae yong, nama pelatih asal Korea Selatan ini menjadi harapan besar akan perbaikan nasib sepak bola Indonesia saat kedatangannya empat tahun lalu. Reputasinya sebagai pelatih kelas dunia menjadi alasan PSSI memilihnya waktu itu.
Ya, Shin Tae yong atau STY resmi ditunjuk sebagai pelatih timnas Indonesia sejak tahun 2020 lalu. Tugas utamanya adalah memperbaiki dunia persepakbolaan tanah air yang tengah terpuruk serta menjadikan Indonesia mampu terus bersaing, baik di tingkat Asia Tenggara maupun level Asia.
Bagai mengurai benang kusut, STY harus menghadapi kompleksnya persoalan persepakbolaan tanah air waktu itu. Namun sebagai seorang pelatih kelas dunia, STY tentu punya seribu cara guna mengurainya.
Lantas, cara seperti apa yang dipilih STY ? Potong generasi jawabannya.
Potong generasi, ya potong generasi menjadi jalan pintas yang diambil STY dalam mendongkrak prestasi sepakbola Indonesia . Secara bertahap, pelatih timnas Korea Selatan pada Piala Dunia 2018 ini mengganti sejumlah nama-nama pemain senior warisan pelatih sebelumnya, Simon Mc Menemy, dan menggantinya dengan muka-muka baru yang usianya masih sangat muda.
Ya, nama-nama pemain senior seperti Hansamu Yama, Andik Vermansyah, Irfan Bachdim, Evan Dimas dan sejumlah nama lainnya yang seangkatan perlahan hilang dari skuad timnas. Mereka digantikan pemain-pemain muda yang usianya dibawah 25 tahun. Sebut saja beberapa nama diantaranya seperti Asnawi, Pratama Arhan, Marselino, Witan Sulaeman dan sebagainya.
Apa yang dilakukan STY ini terbilang cukup berani. Menaikkan banyak pemain muda yang masih minim pengalaman ke level senior pastinya beresiko. Namun, STY tentu punya alasan dibalik keputusannya ini.
Tak sulit sebenarnya menebak jalan pikiran STY terkait dengan langkah yang ditempuhnya ini. STY hanya ingin membangun fondasi yang kokoh terlebih dahulu sebelum memolesnya di fase berikutnya.
Ya, STY sepertinya paham sekali bahwa kemunduran sepak bola Indonesia belakangan ini disebabkan fondasinya yang rapuh. Akibatnya tentu saja bangunan tim yang hendak dibentuk tak pernah kokoh dan gampang ambruk. Outputnya bisa kita lihat dari penurunan prestasi timnas yang sangat tajam waktu itu.
Sementara, dengan membangun fondasi yang kuat seperti yang dilakukan STY ini tentunya akan memberi pijakan yang kuat untuk melanjutkan langkah dan menentukan arah pada tahap pembangunan berikutnya.