Ditengah euforia kelolosan timnas senior dan junior ke Piala Asia, sebuah berita menyedihkan hadir menyeruak. Klub papan atas , PSM Makasar diberitakan mengalami krisis finansial yang berakibat tertundanya pembayaran gaji para pemain dan staf.
Disebutkan pula bahwa pelatih mereka, Bernardo Tavares memutuskan melelang sejumlah barang pribadinya seperti kaos polo dan trofi pelatih terbaik Liga 1 untuk membantu tim mengatasi krisis ini.
Berita terbaru menyebutkan bahwa krisis ini sudah diatasi oleh manajemen. Para pemain dan staf sudah menerima haknya masing-masing. Meski demikian, berita ini tentu saja menimbulkan perasaan miris dan mengundang tanda tanya.
Publik tentu bertanya-tanya kenapa krisis ini sampai terjadi. Apalagi kompetisi belum lama dimulai, masih panjang durasi waktu yang harus dilalui. Bila diawal saja sudah timbul masalah, bukan tidak mungkin masalah lebih besar akan kembali timbul di tengah perjalanan kompetisi.
Ada beberapa catatan penting yang perlu menjadi perhatian PSSI agar isu krisis finansial seperti ini tidak terulang lagi di masa mendatang.
1. PSSI harus tegas menegakkan aturan
Sejatinya masalah finansial bukanlah masalah baru dalam persepakbolaan tanah air. Persoalan finansial sudah menjadi masalah menahun dan selalu terjadi pada setiap musim kompetisi. Dan salah satu penyebabnya adalah kurangnya ketegasan PSSI sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam memandang masalah ini.
Ya, masalah gaji pemain dan staf yang tertunda, utang yang belum dilunasi sampai kepada klub yang mundur di tengah kompetisi sudah jamak kita dengar setiap tahunnya. Padahal masalah-masalah seperti ini seharusnya tidak boleh terjadi. Karena bagi setiap klub yang akan mengikuti kompetisi harus memenuhi syarat harus sehat secara finansial.
Namun sepertinya ada yang luput dari pemeriksaan PSSI maupun PT LIB sebagai operator kompetisi. Faktanya, masih saja ditemukan adanya tim yang neraca keuangannya bermasalah namun tetap dinyatakan lolos verifikasi. Maka tak heran kalau ada tim yang kelabakan di tengah perjalanan kompetisi.
Kedepannya, hal-hal seperti ini tak boleh ditolelir lagi. PSSI perlu lebih ketat lagi dalam menentukan kelayakan sebuah tim untuk mengikuti kompetisi. Perlu adanya ketegasan. Dan kompetisi hanya boleh diikuti tim-tim yang sehat secara finansial.