Pada akhir tahun 2019 lalu, Shin Tae yong resmi ditunjuk sebagai pelatih timnas Indonesia. Kehadirannya diharapkan mampu membawa perubahan bagi persepakbolaan tanah air yang terus terpuruk akhir-akhir ini. Sebuah harapan yang tak berlebihan mengingat statusnya sebagai pelatih yang pernah tampil di Piala Dunia 2018 lalu.
Tahun ini artinya sudah lebih tiga tahun lamanya Shin Tae yong menangani timnas Indonesia. Bagaimana perjalanan kepelatihannya ? Apakah sudah memenuhi harapan ?
Secara statistik hasiknya belum menggembirakan. Pelatih asal negeri ginseng ini belum mampu menghadirkan trofi. Prestasi terbaik barulah sebatas runner up pada Piala AFF.
Meski demikian, ada hal yang lebih dari sekedar trofi yang telah diberikannya. Sesuatu yang hilang dari tubuh timnas kita selama ini. Â Yakni mengubah rasa pesimis menjadi optimis.
Rasa optimis, ya rasa optimis sepertinya hilang dari genggaman timnas kita belakangan ini. Ada banyak hal yang menjadi penyebabnya.
Iklim persepakbolaan tanah air yang terus dirundung masalah, performa yang makin menurun yang ditandai dengan peringkat FIFA yang melorot hingga posisi 191 serta konflik diantara pengurus dan pemerintah yang berujung pada sanksi FIFA adalah beberapa diantaranya. Situasi ini membuat Indonesia makin tenggelam dan seperti kehilangan harapan.
Di tengah berbagai keputusasaan itu, kehadiran sosok Shin Tae-yong sebagai pelatih kepala timnas seolah menjadi jawaban atas berbagai persoalan ini. Perlahan namun pasti, pelatih berusia 52 tahun ini mulai membawa persepakbolaan tanah air ke arah yang lebih baik.
Keberhasilan Shin Tae-yong membawa anak-anak asuhannya ke final piala AFF u23 tahun ini menjadi salah satu hasil dari reformasi sepak bola yang telah dilakukan Shin Tae-yong sekaligus membuktikan kepiawaiannya mengubah rasa pesimis menjadi optimis.
Apa resep dibalik keberhasilan Shin Tae yong ini ?
Salah satunya adalah dengan membentuk mental pemenang.