Mohon tunggu...
el lazuardi daim
el lazuardi daim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis buku SULUH DAMAR

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengubah Persepsi dan Berdamai dengan Minyak Goreng yang Makin Mahal

20 Maret 2022   20:31 Diperbarui: 21 Maret 2022   15:17 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pedagang minyak curah di pasar.Foto:Muchammad Dafi Yusuf/kompas.com

"Bulan lalu minyak goreng langka. Bulan ini minyak goreng mahal harganya. Masyarakat mengeluh. Konsumen menjerit. Banyak orang bersusah hati gara-gara minyak goreng"

Ketergantungan masyarakat Indonesia akan minyak goreng memang cukup tinggi. Maklum hampir semua bahan. makanan dimasak dengan cara digoreng.

Bahan makanan seperti ayam,daging,ikan,telur sampai yang berjenis sayur atau buah seperti terong,pisang, ubi, kol, dan banyak lagi yang lainnya semua dimasak dengan cara digoreng.

Bahkan sepiring nasi yang sudah matang pun masih dimasak lagi dengan cara digoreng. Pokoknya tiada hari tanpa makanan yang digoreng.

Makanya tak heran kalau kebutuhan akan minyak goreng cukup besar. Dan ketika harga minyak goreng melonjak tajam terasa sangat membebani.

Seperti kita ketahui, harga eceran minyak goreng dalam dua tahun terakhir melonjak tajam. Pada awal tahun 2020 lalu, harganya masih berkisar pada angka Rp.11.000 sesuai Harga Ekonomi Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.

Namun seiring dengan meningkatnya harga sawit mentah sebagai bahan baku minyak goreng,otomatis harga minyak goreng tentu saja ikut naik. Tahun lalu angkanya mendekati Rp. 20.000. Sementara bulan ini  baru saja kita saksikan sendiri dimana harganya makin meningkat lagi mendekati 25.000. Naiknya lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun 2020 lalu.

Sebagai konsumen,kita tentu merasa sedih dan kecewa. Tapi kita tak bisa berbuat banyak,kita tak bisa merubah situasi sesuai dengan yang kita inginkan. Bagaimanapun juga kita terpaksa patuh dan pasrah menerima keadaan ini sebagai sebuah kenyataan.

Pasrah bukan berarti menyerah. Tetapi berjuang untuk membuat diri ini tidak merasa kalah. Caranya kita bisa beradaptasi. Berdamai dengan diri kita sendiri.

Tapi untuk berdamai menerima situasi ini juga tidak mudah. Ada kenyataan yang belum bisa kita terima sepenuhnya. Karena itu, perlu diusahakan berbagai cara agar kita bisa berdamai dengan mudah.

Bagaimana caranya? Caranya, ya dengan merubah persepsi dan membentuk pola pikir baru tentang bagaimana kita memandang minyak goreng itu sendiri.

Ada beberapa persepsi yang perlu kita  tanamkan di pikiran agar kita tak merasa stress lagi dengan mahalnya harga minyak goreng ini.

1. Merubah persepsi tentang definisi dari kata " enak ".

Selama ini yang muncul di pikiran bahwa makanan itu akan terasa enak bila digoreng. Apa saja, entah ayam, ikan, telur sampai pisang, ubi, kentang dan lainnya akan terasa lebih enak bila dimasak dengan cara digoreng.

Pendapat ini,tidaklah salah memang. Makanan yang digoreng memang enak dan sangat enak. Ada sensasi rasa gurih yang terasa dimulut yang tidak kita dapatkan bila makanan dimasak dengan cara lain.

Tapi pandangan ini juga tidak seratus persen benar bukan? Karena faktanya makanan yang dimasak dengan cara lainpun seperti dikukus, dibakar, digulai juga enak bukan? Meskipun sensasi rasa yang didapatkan tidak sama.

Jadi, mulai sekarang kita perlu mengatakan pada diri kita sendiri bahwa rasa enak dan lezat itu tak hanya didapatkan dari sesuatu yang digoreng.

Tapi juga bisa diperoleh dari cara-cara lain selain digoreng. Tergantung seberapa pintar kita meracik bumbu dan menerapkan teknik memasak yang tepat.

Dengan pola pikir seperti ini bisa menjadikan konsumsi minyak goreng kita akan makin berkurang dan menghemat pengeluaran,bukan ?

2. Merubah persepsi tentang minyak goreng dari sesuatu yang penting menjadi tidak begitu penting.

Minyak goreng adalah kebutuhan pokok kita.Itu adalah fakta. Ya, minyak goreng satu dari sembilan bahan pokok (sembako) yang wajib ada.

Tapi bila ditelaah lebih lanjut, faktanya kebutuhan akan minyak goreng bukanlah sesuatu yang urgen. Tidak seratus persen wajib. Minyak goreng bukanlah seperti halnya air yang bila tak ada bisa menyebabkan kita mati.

Bukankah ada atau tidak adanya minyak goreng tidaklah berdampak langsung bagi kelangsungan hidup kita. Tanpa kehadiran minyak gorengpun nyatanya kita masih bisa bertahan hidup.

Sehari dua hari tanpa ditemani minyak goreng bukanlah masalah besar. Jadi, mengapa merasa susah ketika sekali-sekali tidak ditemani minyak goreng. Paling-paling efek yang kita rasakan hanyalah berkurangnya sedikit kenikmatan hidup karena tak menikmati makanan yang digoreng.

3. Mencari alasan mengapa kita perlu menghindari minyak goreng.

Di satu sisi, minyak goreng memang amat bermanfaat bagi kita. Tapi disisi lain minyak goreng juga menyebabkan mudarat bagi tubuh kita. Ada sebab-sebab tertentu yang menjadikan kita harus menghindari minyak goreng.

Selain harganya yang merusak kesehatan kantong kita, minyak goreng ternyata juga bisa berdampak buruk bagi kesehatan tubuh kita.

Menurut sejumlah pakar kesehatan,minyak goreng itu mengandung lemak jahat yang ketika masuk ke dalam tubuh akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti gangguan sistim pencernaan, resiko obesitas, gangguan jantung sampai menyebabkan kanker.

Cukup mengerikan bukan efek jangka panjang yang ditimbulkan? Maka dari itu faktor kesehatan bisa kita jadikan alasan untuk membatasi diri dalam memakai minyak goreng. Dari yang biasanya tiap hari menjadi sekali atau dua kali saja dalam seminggu misalnya.

Kenikmatan hidup itu memang perlu, tapi kesehatan tubuh malah lebih penting, bukan ?

Harga minyak goreng boleh saja membumbung tinggi. Dan lama-lama bisa saja tak terbeli. Artinya ketergantungan kita akan minyak goreng harus dikurangi.

Tapi situasi begini bukan berarti bencana. Bukan akhir dari segalanya. Kita tak boleh merasa lemah dan tak berdaya.

Masih banyak hal yang lebih penting dari sekedar persoalan minyak goreng. Karena itu jangan mau dibikin susah gara-gara minyak goreng. Lebih baik berdamai saja dan menikmati hidup apa adanya. Meski tanpa kehadiran minyak goreng.

(EL)

Yogyakarta,20032022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun