Jadi sebaiknya pilih yang mana, LDR atau resign? Tak mudah menjawabnya. Semua tergantung skala prioritas pribadi masing-masing. Kalau yang memprioritaskan materi silakan jalani LDR. Sebaliknya kalau lebih mementingkan keluarga maka pilihlah jalan resign.
Dalam prakteknya lebih banyak yang memilih untuk resign. Ada beberapa pasangan yang mencoba untuk LDR pada awalnya. Tapi akhirnya banyak yang menyerah.
Alasan kesepian dan perasaan lebih tenang bila hidup bersama jadi alasan. Hanya segelintir saja yang tetap bertahan menjalani LDR.
Penulis pernah mendengarkan penuturan seorang kerabat yang menjalani hubungan jarak jauh sejak awal menikah. Sang suami berada di Jawa Tengah sedangkan istrinya di Jakarta.Mereka sepakat LDR karena karir mereka berdua lagi bagus-bagusnys kala itu. Jadi sayang sekali untuk ditinggalkan.
Mereka biasanya bertemu saat weekend.. Biasanya sang suami mengunjungi sang istri ke Jakarta tiap Jum'at sore.Dan pulang pada hari Minggu.Artinya sang suami termasuk anggota "pjka" (pulang jum'at kembali ahad).
Seiring berjalannya waktu mereka tak lama menjalani LDR ini. Rasa rindu dan kangen yang selalu bergelayut di pikiran memaksa mereka mengakhiri semua itu. "Lebih baik disayat sembilu,daripada disiksa rindu" begitu kira-kira yang dialami mereka.Hingga akhirnya sang istri memilih resign dan ikut suami ke Jawa Tengah.
Tak ada yang salah ketika LDR setelah menikah atau harus resign. Semua punya sisi positif dan negatifnya. Tinggal bagaimana tiap individu menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing.
Yang penting sudah dibicarakan sejak awal. Dan tiap individu punya tujuan yang jelas serta tahu apa di konsekuensi dibalik keputusannya. Serta berusaha menjalankan keputusannya itu dengan ikhlas dan penerimaan secara sepenuhnya.
Yogyakarta, 12032021