Mohon tunggu...
MUNIF
MUNIF Mohon Tunggu... Freelancer - MENYUKAI WARNA LANGIT

NTAR AJA DULU BELUM KEPIKIRAN MAU NULIS APAAN

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Review Buku "Saddha" Karya Syahid Muhammad

20 Desember 2019   07:16 Diperbarui: 14 April 2021   10:45 1306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  • Review buku Saddha
  • Judul buku: Saddha
  • Penggarang: Syahid Muhammad
  • Penerbit: Gradien Mediatama
  • Tahun terbit: Februari 2019
  • Jumlah halaman: 272
  • No ISBN: 978-602-208-174-6

Saddha merupakan buku ke lima karya Syahid Muhammad. Sebelumnya dia juga menulis beberapa buku, beberapa sekuel diantaranya merupakan kolaborasi dengan beberapa penulis. Buku hasil kolaborasi diantaranya yaitu KALA dan AMOR FATI. Tidak sampai disitu saja, dia juga menerbitkan novel tunggal dengan judul EGOSENTRIS dan PARADIGMA.

Saddha sendiri bercerita tentang perjalanan cinta dari sang penulis. Bukan perjalanan cinta yang biasa tentunya. Namun, perjalaan cinta yang penuh dengan konflik. Di dalam buku ini penulis menceritakan bagaimana dia bertemu dengan kekasihnya, kemudian menjalin sebuah hubungan. Namun, sayangnya hubungan tersebut harus usai dikarenakan perbedaaan pandangan dari keduanya.

Di buku ini penulis tidak hanya menceritakan tentang kisah cintanya saja. Tetepi penulis juga menceritakan bagaimana hubungan dia dengan sang pencipta. Meskipun pada buku ini tidak banyak membahas tentang hal tersebut. Namun, tetap porsi yang dia taruh di dalam buku ini cukup menjelaskan jika tokoh utama di dalam cerita ini cukup religious.

Yang saya suka dari buku ini adalah penulis benar-benar menggunakan diksi-diksi yang sangat indah dan menarik, sehingga mampu membuat para pembaca masuk dan terlibat di dalam cerita tersebut. Di beberapa bagian cerita tersebut penulis juga menggunakan kata-kata yang memiliki rima yang sama, sehingga menambah apik cerita dari buku ini.

dokpri
dokpri
Bagian yang saya suka dari buku ini adalah pemikirannya tentang kesendirian yang penulis kaitkan dengan aktivitas membaca. Menurutnya alasan seseorang butuh kesendirian dalam membaca sebuah buku adalah dalam memahami perasaan yang sampai dalam sebuah cerita, kita perlu kehadiran yang penuh dalam ditraksi. Maksudnya kita butuh kesendirian untuk benar-benar masuk kedalam dunia si penulis, agar kita benar-benar dapat memahami bagaimana perasaan penulis yang ia sampaikan di dalam sebuah tulisan. 

dokpri
dokpri
Namun, tetap di dalam buku ini menurut saya masih ada sedikit kekurangan. Di beberapa bagian penulis kadang menggunakan diksi yang cukup sulit untuk dipahami bagi pemula. Kita sebagai pembaca benar-benar harus fokus ketika membaca buku ini. Jika tidak maka kita sebagai pembaca akan kurang mendapatkan rasa atau isi yang dimaksud di dalam cerita tersebut.

Buku ini sangat saya rekomendasikkan bagi kalian yang benar-benar menyukai dunia kesastraan. Tentunya kalian akan dibuat kagum dengan diksi-diksi yang penulis gunakan dan bagaimana penulis meramu diksi-diksi tadi menjadi sebuah kalimat atau cerita yang apik untuk dibaca. Di dalam cerita ini juga kalian akan mendapati momen-momen yang sangat mengejutkan yang pastinya sangat jarang kalian temuakan di buku manapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun