Lagi, lagi, dan lagi. Menyaksikan penampilan Inggris di Euro 2024 selalu bikin senam jantung. Dua laga fase knock out Inggris hingga lolos semifinal gagal diselesaikan dalam waktu pertandingan normal 245 menit.Â
Dalam babak 16 besar melawan Slovakia di AufSchalke Arena, pada Minggu (30/6), Harry Kane dkk baru bisa menang 2-1 saat memasuki tambahan waktu 215 menit.
Yang terbaru di perempatfinal melawan Swiss pada Minggu (7/7), Inggris harus kembali bersusah payah memastikan tiket ke semifinal hingga babak adu penalti. Kedua kemenangan yang dilalui Inggris dalam kondisi kecolongan gol terlebih dulu.
Ekspetasi jauh panggang dari api tampaknya juga menimpa Belanda. Lawan Inggris pada semifinal Euro 2024 di BVB Stadion Dortmund, Kamis (11/7) mendatang ini juga dianggap bermain biasa-biasa saja.Â
Bahkan Belanda lolos ke babak 16 besar melalui jalur peringkat tiga terbaik Grup D dengan hasil sekali menang, sekali kalah dan sekali imbang.Â
Bedanya, Belanda unggul hampir 50 persen soal mencetak gol ketimbang Inggris seperti yang saya tulis dalam artikel "Gakpo Tersubur, Spanyol Tertajam, Perancis Tersolid, Inggris?"Â ini.
Hampir empat dekade terakhir, bentrok negara pelopor filosofi permainan sepak bola "Kick and Rush" versus "Totaal Voetbal" ini ibarat pertarungan dua raja tanpa mahkota.
Piala Eropa 1988 yang saat itu tuan rumahnya Jerman menjadi satu-satunya trofi Belanda meraih gelar juara. Tak berbeda jauh, koleksi trofi Inggris juga hanya sekali, yakni juara Piala Dunia 1966 di kandangnya sendiri.
Kembali ke pesta bola Eropa 2024, pangkal performa Inggris dan Perancis tersebut tentu tak bisa dilepaskan dari figur kedua juru taktik, Gareth Southgate dan Ronald Koeman.Â
Lucunya, jika Anda mengetik "Southgate vs Koeman" di platform X akan muncul sejumlah unggahan meme bergambar Stalin vs Hittler.Â