Pemanasan global sejak 1990 telah berhasil didefinisikan sebagai masalah sosial. Namun, statusnya sebagai ‘masalah’ cepat mendapat perlawanan. Tulisan McCright dan Dunlap membahas “klaim kontra” yang digunakan oleh gerakan konservatif di Amerika Serikat dalam upaya untuk menolak legitimasi bahwa pemanasan global merupakan masalah dan ancaman serius yang layak mendapat tindakan dari pemerintah.
Definisi pemanasan global tersebut menciptakan pergeseran di mana berita tentang pemanasan global yang awalnya hanya dapat diperoleh dari para ilmuwan sebagai sumber, menjadi dapat diperoleh lewat spesialis ekonomi dan politik. Pergeseran sumber membuat media mengubah fokus beritanya dari cerita tentang ilmu pemanasan global menjadi cerita tentang perdebatan kebijakan mengenai peraturan dan perjanjian. Sehingga “kontra klaim” yang muncul berfokus ke biaya ekonomi dan kenaikan pemerintahan George Walker Bush. Para pembuat klaim kontra mampu menarik perhatian media. Hal ini karena mereka tepat waktu dalam membahas isu-isu yang populer seperti penipisan ozon, kekeringan ekstrim selama musim panas tahun 1988, dan kesaksian dramatis senat James Hansen pada Juni 1988 yang mengatakan bahwa cuaca panas yang abnormal mengarahkan pada pemanasan global.
McCright dan Dunlap meyakini jika penelitian sosiologis tentang pemanasan global dalam literatur masalah sosial memberikan pemahaman yang tidak memadai terhadap kontroversi pemanasan global. Berakhirnya studi tentang pemanasan global pada awal 1990-an membuktikan bahwa pemanasan global tidak dapat menyelesaikan tahap yang diperlukan dari model arena publik (public arenas model) dan siklus perhatian masalah (issue-attention cycle), yaitu menjelaskan perkembangan terbaru. Mereka gagal mengatasi konteks historis dari aktor sosial yang terlibat dalam proses definisi Pemanasan Global sebagai masalah.
Kegagalan di atas terjadi karena mengabaikan apa yang Freudenburg (McCright dan Dunlap, 2000: 501) sebut sebagai konstruksi sosial dari "non-problematicity”-nya. Isu yang didefinisikan sebagai tidak problematis akan memberi wawasan tentang adanya penggunaan kekuasaan oleh kepentingan dominan.
Masalah Sosial dan Gerakan Sosial
Bash (dalam McCright dan Dunlap, 2000: 501) membedakan antara orientasi Masalah sosial dan orientasi Gerakan sosial. Orientasi gerakan sosial diadopsi oleh sosiologi Benua Eropa. Orientasi tersebut mampu mengakomodasi fokus level makro dan mikro pada proses sosial. Historisitas dan analisis kontekstual yang luas adalah integral pada orientasi ini. Di sisi lain, Bash melihat sosiologi di Amerika Serikat mendefinisikan fokusnya pada masalah sosial yang menuntut resolusi kasus demi kasus dengan cepat. Hal ini menyebabkan pendekatan yang relatif ahistoris yang mengarah ke analisis situasional tingkat mikro.
Mauss menjembatani dua literatur tersebut dengan menyarankan agar pendekatan penuntut klaim dari teori masalah sosial dipahami dari perspektif gerakan sosial. Jadi ketika perilaku penuntut klaim mencerminkan aksi dari gerakan sosial, maka masalah sosial harus dilihat sebagai keragaman gerakan sosial.
Troyer mempertimbangkan jika kedua literatur yang berbeda tersebut dipelajari dalam fenomena yang sama. Dia menemukan tumpang tindih antara gerakan sosial dan konstruksi sosial dalam literatur masalah sosial. Ia menunjukkan bahwa keduanya sama-sama memberikan perhatian teoritis pada proses konstruksi makna dan sama-sama berfokus pada interaksi antara penuntut dan target mereka. Namun, Troyer keliru dalam memperingatkan bahwa satu pendekatan yang meliputi pandangan lainnya tampaknya belum matang dan picik.
Konsep "klaim" adalah pusat karya terbaru dalam orientasi masalah sosial, sedangkan konsep "frame" adalah pusat karya terbaru dalam orientasi gerakan sosial. Konsep klaim diperoleh dari pertunjukan klasik Spector dan Kitsuse dari pendekatan konstruksionis terhadap masalah sosial. Konsep klaim dan pembuatan klaim sekarang digunakan untuk penelitian masalah sosial. Konsep frame dibangun oleh Snow, dkk. Konsep frame dan proses framing sekarang populer dalam penelitian gerakan sosial.
Konsep klaim dan frame memiliki persamaan.
1. Keduanya dilihat sebagai alat logis bagi aktor sosial. Karena itu, mereka sering ditafsirkan sebagai teks dan dianalisis secara metodologis sebagai argumentasi retoris.