Mohon tunggu...
Birgita Olimphia Nelsye
Birgita Olimphia Nelsye Mohon Tunggu... Desainer - Sambangi isi pikiranku.

Hakikat hidup adalah belajar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kelangkaan Harimau Sumatera

6 April 2017   18:28 Diperbarui: 10 April 2017   20:00 3865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Tentu akan sangat disayangkan jika si belang (Harimau Sumatera) yang banyak muncul di cerita anak-anak menjadi dongeng belaka bagi generasi di masa depan. Satwa kharismatik ini kini sedang berada dalam ambang kepunahan. Mereka kehilangan habitatnya dan terancam oleh perburuan liar.

            Jika Darwin mengatakan dengan frasa “the survival of the fittest” bahwa alam adalah penyeleksi makhluk yang dapat tinggal di bumi, namun faktanya berbagai kasus menunjukkan bahwa kepunahan terjadi karena ulah manusia. Perkembangan ekonomi dan teknologi perburuan nampaknya berkorelasi positif terhadap kelangkaan Harimau Sumatera. Maka, berbagai upaya mencegah kepunahan hewan mulai bermunculan. Berbagai organisasi lingkungan pun tampil dengan program-program konservasinya.

Mengapa Harimau Sumatera?

            Indonesia dengan kekayaan alamnya yang melimpah memuat beraneka ragam fauna unik hingga endemik (hanya ada di Indonesia). Salah satunya adalah Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae). Hewan ini termasuk ke dalam hewan yang dilindungi karena jumlahnya yang semakin menipis. Kepunahan mengancam spesies ini karena mereka menghadapi dua jenis ancaman untuk bertahan hidup, yaitu:

  • Mereka kehilangan habitat karena tingginya laju deforestasi dan konversi / alih fungsi hutan.
  • Merekaterancam oleh perdagangan ilegal. Perdagangan illegal membuat bagian-bagian tubuhnya diperjualbelikan dengan harga tinggi di pasar gelap untuk obat-obatan tradisional, perhiasan, jimat dan dekorasi. Setiap bagian tubuh Harimau Sumatera memiliki nilai tinggi di pasar, seperti bola mata, bulu, otak, lemak, kuku, ekor, organ, bahkan kelaminnya. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2016, populasi harimau Sumatera hanya tinggal 371 ekor.

            Harimau Sumatera sebagai pemangsa puncak dalam rantai makanan memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Satwa ini membutuhkan habitat yang khas untuk tempat hidupnya, yaitu hutan tertutup yang luas untuk memudahkan mencari mangsa dan berteduh; ketersediaan air yang memadai untuk minum, mandi, dan berenang; serta ketersediaan mangsa (pakan) yang cukup.

Organisasi Penyelamat Lingkungan

            World Wildlife Fund (WWF) adalah organisasi pelestarian global yang bekerja di 100 negara di dunia. WWF Indonesia merupakan salah satu organisasi konservasi independen terbesar di Indonesia yang telah memulai kegiatannya sejak tahun 1962 (www.wwf.or.id). Misi utama WWF Indonesia adalah melestarikan, merestorasi serta mengelola ekosistem dan keanekaragaman hayati secara berkeadilan, demi keberlanjutan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

WWF memfokuskan upayanya pada dua aspek utama yaitu (www.wwf.or.id):

  • Keanekaragaman hayati atau Biodiversity, yaitu upaya untuk memastikan bahwa jaring-jaring kehidupan di Planet Bumi – yaitu keanekaragaman hayati–tetap dalam kondisi sehat dan bertahan hidup. Untuk itu WWF memfokuskan upaya konservasi pada lokasi-lokasi penting dan spesies kritis yang strategis untuk diprioritaskan demi keragaman hayati di bumi.
  • Jejak ekologis manusia atau Footprintadalah upaya untuk mengurangi dampak negatif dari aktivitas manusia – yaitu jejak ekologis kita terhadap bumi. WWF berupaya memastikan bahwa sumber daya alam yang dibutuhkan bagi hidup manusia seperti lahan, air, dan udara, serta ekosistem penting dikelola secara berkelanjutan dan berkeadilan.

            Berkaitan dengan kedua aspek di atas, maka WWF meluncurkan kampanye Double Tiger dengan tujuan untuk menggandakan jumlah harimau. Kampanye ini dilakukan selama seminggu mulai tanggal 29 Juli 2016 lalu saat bertepatan dengan Global Tiger Day. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan ancaman terhadap populasi harimau. Perlu diketahui bahwa dari tiga jenis Harimau yang ada di Indonesia, saat ini hanya Harimau Sumatera yang tersisa. Sementara Harimau Jawa dan Harimau Bali sudah mengalami kepunahan. Untuk mencegah terjadinya kepunahan, maka harus ada upaya untuk melindunginya dari aktivitas perburuan dan melindungi habitatnya.

Perburuan Liar: Tragedi Kepemilikan Bersama

            Banyak orang masih belum sadar akan pentingnya menjaga kekayaan alam di Indonesia agar tetap lestari. Mereka hanya berpikir sempit tentang pemenuhan kebutuhan manusia untuk saat ini dan tidak memikirkan kelangsungannya bagi anak cucu. Padahal alam yang terbatas tidak akan mampu memenuhi keinginan manusia jika tidak dilestarikan. Persoalan ini dapat dilihat sebagai tragedi kepemilikan bersama (tragedy of commons). Kekayaan alam seperti hutan liar dan sumber daya yang terkandung di dalamnya dilihat sebagai milik umum atau milik bersama. Sehingga, setiap orang merasa boleh mengambil kemanfaatannya secara cuma-cuma / gratis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun