Mohon tunggu...
Birgita Alvina
Birgita Alvina Mohon Tunggu... -

anak pertama perempuan satu-satunya dari dua bersaudara dan sedang berusaha foto pake baju kebesaran topi toga pada waktunya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengebirian Kecemasan dalam Fase Phalic

7 April 2015   22:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:24 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Selamat malam para kompsioner seluruh Indonesia berjumpa lagi bersama saya *tepuk tangan sejuta penonton* hahaha. Kali ini saya akan melanjutkan tentang fase dari Sigmund Freud, telah saya singgung dua fase yaitu Fase Oral dan Fase Anal sekarang saatnya saya membahas tentang Fase Phalic. Fase ini butuh penalaran yang sangat mendalam karena saya sendiri juga sedkit paham tentang Fase ini hehehe

Lanjut ! Fase Phalic ini akan dilamai pada anak usia 3 – 6 tahun yang  mengambil focus utama yaitu libido pada alat kelamin. Anak – anak juga dapat menemukan perbedaan anatar pria dan wanita pada alat kelaminnya. Freud mempercayai bahwa anak laki – laki mulia melihat ayah mereka sebagai saingan untuk memliki kasih sayang ibunya secara utuh. Perasaan ingin memiliki ibunya dan keingginan untuk mengantikan ayah. Namun anak tersebut juga memiliki rasa kekhawatiran bahwa ia akan di hukum oleh ayahnya untuk perasaan tersebut, Freud memberi nama takut itu dengan sebutan pengebirian kecemasan.

Inilah informasi yang saya dapat dari pertemuan minggu lalu. Jujur saya sendiri juga kurang paham dengan fase ini hehehe karena fase ini sedkit mengandung ambiguitas. Sebentar lagi saya dengan teman – teman angkatan saya akan melangsungkan kegiatan ujian tengah semester mohon dukungan para kompasioner ya biar apa yang kita cita – cita kan bisa terwujud *amin* *tepuk tangan sejuta umat* hahaha :D

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun