Mohon tunggu...
Birgaldo Sinaga
Birgaldo Sinaga Mohon Tunggu... -

Anak bangsa yang ingin setiap anak bangsa maju berkembang tanpa ada intimidasi, perbedaan perlakuan dan ketidak adilan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Narsistik Orientasi Prabowo

4 Juni 2014   00:26 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:44 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14017916181101232169

Beberapa hari lalu kita mendengar  orasi Amin Rais mengajak pemilih untuk memilih calon presiden berdasarkan ukuran ganteng dan kaya. Tentu saja alasan konyol ini terasa aneh kok  bisa keluar dari Profesor Amin Rais, Doktor politik  lulusan Chicago Univeristy USA. Andai Tukul Arwana yang mengatakannya tentu akan berbeda, mungkin kita bisa menangkap itu hanya  guyon ala Tukul. Namun kalau Amin Rais yang berbicara maka ini bisa jadi serius.

Selanjutnya Anis Matta menyambung lagu Amin Rais dengan nada dan syair yang sama. Publik terkejut mendengar Presiden PKS ini yang bahkan menyitir hadits Nabi sebagai pendukung alasannya. Masuk akal memang, bahwa lumrah orang menginginkan pemimpinnya nampak gagah dan berwibawa. Siapa yang tidak bangga memiliki pemimpin yang bisa membuat kaum hawa terpesona. Menjadi pembicaraan khalayak ramai khususnya kaum wanita.
Bak semua saling kompak, kemarin  di acara Rapimnas Keluarga Besar Putra Putri Polri di  Hotel Sultan Jakarta, Prabowo meminta Mabes Polri agar mencari polisi  ganteng dan cantik. Sosok ganteng dan cantik  akan membuat rakyat segan.
Berdirinya saja sudah lemas, bagaimana mau disegani? Masyarakat kita ini masih melihat potongan", ujarnya seolah menembak lawannya di Pilpres Jokowi. Jokowi  memang berwajah ndeso, tidak ganteng, kurus kerempeng. Orang Medan bilang potongannya letoi kali.  Adang Dorojatun mantan Wakapolri nampak tersenyum, semua yang hadir tersenyum mendengar pidato Prabowo yang menyelipkan pujian kepada Adang yang gagah dan ganteng.


Kontan saja isi pidato Prabowo ini memantik pendapat miring dari banyak kalangan. Masak iya menjadi polisi itu harus ganteng dan cantik agar bisa disegani. Disinilah kekeliruan Prabowo. Prabowo selalu mengasosiasikan manusia dengan bentuk fisik semata. Ganteng dan cantik. Prabowo seolah olah mengajak dan mempengaruhi alam bawah sadar publik agar memilih dirinya yang ganteng dan kaya. Asosiasi publik diajak bahwa pemimpin yang bisa menyelesaikan semua persoalan bangsa dan negara itu  harus ganteng dan gagah.  Tidak klemar klemer bak anak kena penyakit lumpuh layu.

Narsistik orientasi ini jelas penyimpangan pikiran. Prabowo gagal dalam memberikan alasan masuk akal tentang sosok pemimpin yang baik itu seperti apa. Prabowo  tidak bisa memilah dan memilih mana fungsi peragawan model pakaian yang memerlukan fisik ganteng dan mana polisi penangkap penjahat yang memerlukan sikap gesit dan jujur. Jangan jangan Prabowo salah mengartikan mana fungsi duta pariwisata yang memang perlu ganteng dan mana fungsi duta pembasmi kejahatan yang memerlukan kesehatan prima dan berani. Prabowo lupa di Republik ini ada satu polisi teladan dan yang paling dihormati oleh seluruh rakyat Indonesia yakni Jenderal Hoegeng Iman Santoso. Mantan Kapolri yang sangat jujur, berintegritas, tegas dan berani. Sosok polisi yang menurut Gus Dur hanya Hoegeng polisi jujur di Indonesia selain patung polisi dan polisi tidur. Fisiknya kurus kerempeng dan jauh dari kesan ganteng seperti yang terus dikoar koarkan Prabowo dan timsesnya.

Bung Karno pendiri bangsa mengatakan kita harus membangun karakter bangsa character national building. Karakter bangsa yang harus memiliki pikiran progresif, ulet, tangguh, jujur, berani, penuh integritas, pantang menyerah, bekerja keras, dan berdisiplin tinggi. Bukan berpikir seperti kuli. Inilah yang seharusnya ditanamkan kepada anak anak bangsa. Mentalitas yang hebat. Ethos kerja yang baik.  Bukan malah memberikan kalimat kosong berlabel sinetron lebay yang menghiasi televisi kita. Pesan Prabowo ini  bisa mempengaruhi  pola pikir anak bangsa untuk operasi plastik agar terlihat ganteng dan cantik. Bukankah kita lebih bangga mendengar bahwa bangsa Indonesia membutuhkan anak anak muda yang cerdas, sehat dan berkarakter kuat. Tidak peduli rupamu jelek atau ganteng. Tidak peduli kulitmu hitam atau putih. Bangsa ini memerlukan pemudah yang cerdas dan berkarakter kuat. Di podium kehormatan itu, Prabowo setali tiga uang dengan Amin Rais dan Anis Matta. Tokoh bangsa ini secara tidak sadar telah menirimkan nasihat kepada anak bangsa agar merawat wajah lebih penting  daripada merawat pikiran. Memberikan pengaruh hedonis agar menghabiskan uang untuk mempermak wajah daripada membeli buku.

Pesan Prabowo ini akan membuat anak bangsa kehilangan jati diri, kehilangan arah tujuan hidup. Pesan Prabowo ini akan membuat anak remaja kehilangan orientasi. Tidak layak dan aneh jika pikiran ini muncul dari calon pemimpin tertinggi Republik Indonesia. Mungkin saja dalam strategi marketing politik konsultan timses Prabowo Hatta ingin membangun branding dan positioning yang berbeda dengan Jokowi - JK. Namun, strategi branding dan positioning yang asal bisa merusak paradigma publik khususnya anak anak remaja yang masih mencari jati diri.  Itulah perlunya kearifan pemimpin untuk memilah dan memilih mana yang perlu dilakukan dan mana yang tidak. Tidak serta merta demi kekuasaan menjual apa saja termasuk kesesatan pikiran.

Apa jadinya republik ini jika semua anak bangsa terlelap dengan cara berpikir ganteng cantik semata? Apa jadinya  jika anak muda generasi penerus bangsa kehilangan orientasi hidup? Saya tidak dapat bayangkan jika ada seorang anak yang baik namun  tidak rupawan  bercita cita mengabdi dikepolisian harus memupus cita citanya hanya karena tidak ganteng. Mungkin kita tidak akan pernah menemukan Jenderal Hoegeng Iman Santoso, sosok polisi sederhana yang berwibawa. Jenderal Hoegeng berwibawa bukan karena gantengnya, berwibawa karena karakter yang utuh. ganteng dan cantik itu karunia Tuhan, jelek rupa itu takdir Ilahi. Namun berkarakter baik itu pilihan hidup.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun