Mohon tunggu...
Birgaldo Sinaga
Birgaldo Sinaga Mohon Tunggu... -

Anak bangsa yang ingin setiap anak bangsa maju berkembang tanpa ada intimidasi, perbedaan perlakuan dan ketidak adilan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Adian Napitupulu Sang Pengembara Kebangsaan Kita

3 Juni 2014   21:55 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:45 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1401780889378621692

"Dia pengurus kuda yang baik", kalimat penutup  ini langsung menimbulkan kegaduhan distudio Mata Najwa saat Najwa menanyakan hal positif seorang Prabowo. Sontak audience tertawa mendengar jawaban spontan yang sesungguhnya baik namun kurang pas dalam kontestasi Pilpres. Andai Prabowo atlet berkuda yang disiapkan ke Olimpiade tentu pujian Adian menambah hormat dan respek kita. Sayangnya Prabowo bukan atlet olimpiade, namun capres yang notabenenya mengurus kuda dan manusia adalah  dua hal yang berbeda. Kalimat Adian menjadi eufemisme yang menggelitik respon pendengar. Acara Mata Najwa ini menjadi perbincangan hangat dan melambungkan nama Adian sebagai anggota tim sukses yang berkelas dan berani.

Siapakah Adian Napitupulu?
Akhir tahun 2009, tepatnya 8 November 2009, saya bertemu dengan Adian Napitupulu diacara diskusi publik yang digagas KNPI Batam dengan tema Tantangan Pemuda untuk Indonesia Yang Lebih Baik. Panitia diskusi sejatinya hanya mengundang Mantan Menpora DR. Adhyaksa Dault sebagai pembicara tunggal. Entah mengapa sosok Adian muncul disana. Seorang tokoh pemuda Rizky Faisal mendatangi saya. Berbisik agar Adian Napitupulu bisa diikutkan menjadi narasumber. Saya menyambut baik. Adian adalah sohib Rizki Faisal, sesama aktivis Forkot. Jauh sebelumnya, saat awal reformasi, nama Adian Napitupulu sudah moncreng dikalangan aktivis pemuda. Adian adalah dedengkot FORKOT. Kelompok aktivis mahasiswa yang non kooperatif dengan rezim Soeharto. Aksi Forkot saat awal awal reformasi begitu berani, keras, dan tanpa tedeng aling aling. Tidak ada kata mundur bagi Forkot. Beberapa teman Adian hilang ditelan bumi, seperti Suyat yang malam sebelum hilang masih makan bareng dengan Adian. Adian hidup dalam pelarian yang  harus bergerilya bersembunyi dari kota ke kota, rumah ke rumah untuk menghindari kejaran intel yang saat itu menargetkan Adian cs untuk diamankan (diculik).

Tidak sulit bagi saya menjelaskan Adian kepada undangan. Hampir 1000 orang pemuda hadir di Hall Grand Pallace Pacifik Hotel. Saya menjelaskan sosok Adian luar kepala yang memang kadung saya kenal dari liputan media cetak saat aksi membela Megawati pada peristiwa Kudatuli dan Sri Bintang Pamungkas tokoh reformasi yang kini menghilang dari pusaran politik tanah air. Sosok pria ini unik. Perawakannya kurus, berpantat tepos dan bentuk giginya  tak beraturan. Cara berpakaiannya sekedarnya bahkan cenderung lusuh. Memakai jaket kulit coklat belel, jeans hitam lusuh padu kaca mata hitam lengket dikening menjadikan Adian tampak seperti ciri para pemuda anti kemapanan. Klop dengan karakternya yang cuek, tidak peduli atau bahkan bisa disebut apa adanya.

Ada yang menarik dari diskusi tersebut yang masih segar dalam ingatan saya. Adian adalah antitesa orde baru. Adian tanpa segan mengkritik keras organisasi KNPI yang dikatakannya organisasi bentukan rezim ORBA untuk membungkam pemuda kritis. Tekanan suaranya berapi api laksana orator membakar demonstrans. Saya tersenyum. Ketua KNPI Batam Gustian Riau yang duduk didepan nampak mengernyitkan dahi. Sepertinya tidak nyaman dengan kalimat Adian yang menohok langsung kejantung. Bagaimana mungkin dia bisa berbicara seperti itu diacara KNPI? hahahaha...
Dasar aktivis kenyang pengalaman, Adian dengan mimik serius datar  melanjutkan kalimatnya...."kalian jangan mengulangi kesalahan sejarah!!....bisa tidak kalian pemuda batam melakukan revolusi terhadap pemerintahan ini yang penuh topeng dan korupsi?!! Bisa tidak kalian menjadi pemuda berani bukan menjadi pemuda pesolek yang berjas mahal berparfum wangi?
Adhyaksa Dault tertawa lebar. Kumisnya menutup giginya. Dengan lantang Adian menutup kalimatnya  "Jika kalian bisa dan sanggup baru gua  sebut kalian pemuda berani". Plok...plok...plok...para pemuda tepuk tangan

Sebagai moderator, saya bisa memahami seorang Adian yang memang sejak dari orok selalu memberontak terhadap kondisi bangsa yang bobrok. Namun tentu saja penyampaiannya yang berani, lugas, terbuka dan telanjang bisa mengagetkan banyak kalangan.
Menonton mata Najwa kemarin, sesungguhnya saya melihat ada perubahan cara dan sikap Adian dalam berdebat. Lebih tenang, lebih datar, dan lebih fokus. Jauh berbeda dengan 2009 saat saya memandu acara diskusi publik pemuda. Saya melihat kematangan Adian yang jika saya bandingkan tahun 2009 melesat jauh. Bagi saya, Adian adalah penyegar bagi kehausan kita akan bahasa lugas. Kita sering mendengar bahasa umum yang kosong yang selalu diulang ulang politisi kita. Itu sebabnya saat Adian berbicara jantung kita berdetak ...apalagi ya yang akan dikatakannya? Tidak heran kalau Fadli Zon harus memaksa Najwa mengganti lawan debatnya diacara tersebut. Padahal Fadli Zon sudah diatur berdebat dengan Adian Napitupulu, Maruarar dengan Ahmad Yani kader PPP.

Adian adalah pengembara kebangsaan kita. Ia mengembara hingga kadang menyaksikannya tidur dengan tas ransel sebagai bantal beralaskan koran hal yang biasa baginya. Dari kota ke kota dia bersembunyi menghindar aparat menciduknya. Dirumah Rizki Faisal dikawasan Tiban, Adian menginap. Disana, Adian sedikit bicara, saat senggang ia hanya diam dan asik dengan pikirannya. Bajunya masih sama, kaos oblong, lusuh, dan kumal. Dirumah itu, Adian kulihat seperti pendaki gunung tunggal yang fokus menggapai puncak tidak peduli dilereng gunung disekelilingnya penuh taman bunga semerbak mewangi. Ia tidak peduli dengan itu. Baginya perjuangan belum usai. Belum saatnya memakai pewangi yang akan melenakan nafasnya dengan bau keringat rakyat, bau aroma penderitaan rakyat.  Jangan sekali kali anda membandingkan tampilan acak kadutnya dengan nyali dan isi kepalanya. Anda akan salah sangka. Itu sebabnya saya tidak terkejut mendengar Adian berbicara, karena saya sudah pernah berhadapan dengannya. Hehehehe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun