Mohon tunggu...
Bikurmatin
Bikurmatin Mohon Tunggu... Administrasi - Jangan Mempermasalahkan Masalah Yang Belum Terjadi

Facebook: Biqe purpleloverz Instagram: Bikurmatin888 Find my others article on www.asalnulis.xyz/biqe

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Yang Kurang untuk Anak-anak Masa Kini

23 Juli 2016   13:37 Diperbarui: 23 Juli 2016   16:17 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Pixdaus.com

Selamat Hari Anak Nasional, Buat seluruh anak-anak nusantara, Buat seluruh anak-anak kompasianer di manapun berada. Tanggal 23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional (HAN). Dari beberapa berita yang saya lihat pagi ini banyak kegiatan-kegiatan di beberapa instansi dalam rangka memperingati HAN. 

Tapi saya rasa peringatan HAN ini masih kurang heboh dibanding dengan peringatan-peringatan lainnya semisal Hari Kartini, pergantian tahun, dsb. Padahal anak-anak adalah makhluk unik yang merupakan aset berharga untuk masa depan bangsa. Saya memang bukan pemerhati anak, psikolog anak bahkan saya juga belum ber anak. heheh. Tapi saya pasti pernah menjadi anak-anak dan mengalami masa anak-anak yang menurut saya begitu berkesan dan membahagiakan. 

Mungkin ada beberapa pengalaman yang bisa saya share di artikel saya kali ini agar anak-anak masa kini juga mengalami masa anak-anak yang "seharusnya", tidak terkontaminasi oleh modernisasi yang menurut saya malah membuat mereka tidak tumbuh sepenuhnya sebagai anak-anak.

Indahnya Masa Kecil Tanpa Gadget

"Mah, di tablet nya Alia tadi loh ada video orang menari--menari kayak ga pake baju, adek diajak ngelihat, yaudah adek lihat"

"Waduh adek ga boleh lihat yang gitu-gitu, nanti dosa. lain kali kalau diajak ngelihat jangan mau ya. wah mama nya Alia harus dibilangin ini"

Terdengar percakapan keponakan saya yang masih berumur 5 tahun sore itu dengan mamanya. Yah begitulah kalau anak-anak diberikan gadget tanpa pengawasan. karena semua sekarang tinggal sentuh dan apapun bisa didownload.

Semasa saya menjadi anak-anak memang gadget belum semenjamur sekarang ini. Kalau anak sekarang mustahil rasanya kalau tidak mengetahui gadget bahkan memilikinya. Gadget yang disini umumnya adalah ponsel memang penting apabila digunakan seperlunya yaitu sebagai alat komunikasi, khususnya antara orang tua dengan anak dan sebagai bahan mencari informasi terkait pelajaran anak. Dan setahu saya guru juga seringkali memberikan tugas yang mengharuskan anak-anak mengumpulkan informasi dari internet.

Kita memang tidak bisa melarang penggunaan gadget pada anak-anak di era yang semakin kekinian ini, tapi penggunaannya tentu bisa dibatasi. Dan menurut saya seharusnya ponsel janganlah diberikan kepada anak, tapi statusnya adalah dipinjamkan. sehingga mungkin anak-anak tidak bisa seenaknya mendownload aplikasi-aplikasi yang kurang bermanfaat. Dan sebagai orang tua atau kakak seperti saya harus rajin melakukan pengecekan terhadap gadget yang dipinjamkan kepada anak-anak. 

Indahnya Masa Kecil Bermain-main di Halaman

"Saya itu Buk sekarang khawatir kalau Alim keluar rumah, lebih suka Alim dirumah saja mainan tablet. Bukannya apa-apa ya buk, takut nanti kalau main di jalan terus keserempet mobil gimana? atau jatuh ke paving gimana?"

Terdengar keluh kesah teman sekantor saya siang itu. Hemm berarti dapat saya simpulkan ruang terbuka yang ramah anak memang tidak banyak di sini. Kalau kita tinggal di desa mungkin masih banyak halaman luas yang bisa dijadikan tempat bermain bersama di luar rumah. 

Tapi semakin kesini lahan kosong semakin terbatas keberadaannya. Bahkan ada salah satu lapangan sepak bola di daerah tempat tinggal saya yang disulap jadi pasar malam, akibatnya lapangan tersebut rusak dan tidak bisa digunakan bermain sepak bola lagi.

Padahal zaman saya kecil dulu, ga peduli kulit gosong karena berpanas-panasan, atau lecet sana sini gara-gara jatuh saat bermain, bermain diluar rumah sudah menjadi semacam ritual keseharian. Kalau sakit baru ga bermain keluar. Saya mulai berpikir, alangkah indahnya misal di setiap blok perumahan disisihkan satu lahan untuk taman bermain, taman bacaan atau tempat olahraga. Sehingga anak-anak itu tidak bermain di jalanan yang bisa membahayakan keselamatannya. Dan anak-anak pun tidak melulu terkurung dirumah dalam dunia maya dan game yang bisa menyebabkan kecanduan, semangat belajar menurun dan pastinya interaksi sosialnya jadi kurang bagus. 

Bermain di luar selain membuat fisik lebih sehat karena banyak bergerak juga menjadikan interaksi anak dengan lingkungan sekitarnya lebih baik. Asal orang tua tetap tau dimana dan bersama siapa anak bermain sebenarnya tidak perlu terlalu khawatir anak bermain di luar rumah. Dan sekaligus kita bisa memperkenalkan permainan-permainan tradisional yang bisa dimainkan di dalam maupun di luar ruangan. Dengan modal sederhana permainan tradisional biasanya lebih mengasyikan dan sarat akan filosofi kehidupan.

Indahnya Masa Kecil Memiliki Idola yang juga Masih Kecil

Iseng saya membuka-buka playlist musik di tablet keponakan saya yang masih 8 tahun.

"Kak lagu mu kog lagunya orang-orang dewasa semua, playlistnya kayak punyae tante aja"

"Biarin, sukanya sama lagu-lagu itu, apalagi yang judulnya "Kesempurnaan Cinta" itu loh te"

Waduh kasian amat yak anak zaman sekarang ga punya lagu anak-anak. hehehe

Kalau Kompasianer terlahir antara tahun '87-'93 an pasti mengenal deretan seabrek selebriti-selebriti cilik seperti Joshoa, Meissy, Agnes Monica, Dhea Ananda, Eno Lerian dll. Beranjak dewasa label mereka sebagai idola cilik pun beranjak. 

Dan generasi setelahnya tidak ada idola cilik yang sampe booming di kalangan anak-anak. entah karena tidak ada yang mengorbitkan karena dianggap kurang komersial, atau tidak ada anak-anak yang mau jadi idola cilik lagi? 

Dulu di televisi selalu ada acara khusus anak-anak yang selalu ditunggu-tunggu karena di situ mengupas tentang kehidupan artis cilik, ada nasehat-nasehat dan lagu-lagu serta video klip yang menarik untuk anak-anak. Anak-anak jadi benar-benar di dunia anak-anak, fikiran kita ga disesaki sama sinetron-sinetron yang seharusnya menjadi konsumsi orang dewasa. 

Berharapnya sih ke depan media-media terutama televisi swasta yang banyak digandrungi mulai meprioritas kan acara untuk anak-anak. Dan lebih banyak lagi musik dan lagu untuk anak-anak. Kan negara kita tidak kekurangan musisi dan komponis handal. 

Ayo kita beri lebih banyak ruang untuk anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun