Lagi enak-enaknya berjalan bersama menyusuri pantai sambil berfoto-foto dan bergurau-gurau tiba-tiba ketiga teman saya yang laki-laki menghilang. Loh mereka kemana ya?masak kebawa ombak?heheh.wiih bercandaannya keterlaluan nih. Ah mungkin berbelok di salah satu  warung makan yang banyak berjajar di sepanjang pantai. Pantai Tambak Rejo ini memang sudah cukup terekspose. Terbukti banyaknya warung, toko souvenir dan fasilitas seperti toilet dan kamar mandi yang berjajar di sepanjang jalan dekat pantai. Namun Pantai ini masih terkesan bersih dan terjaga kealamiannya, semoga bisa terus terjaga sampai anak cucu kita deh.Heheh amiin.
Setelah membersihkan diri dan sholat dzuhur di sebuah mosholla kecil tapi bersih di dekat pantai saya menelpon teman laki-laki kami yang tiba-tiba menghilang untuk menanyakan posisinya karena kita harus segera bersiap pulang agar tidak terlalu malam di perjalanan. Dan benar saja ternyata mereka berbelok di salah satu warung karena tergoda dengan ikan bakar yang banyak dijual disana. Dasar tukang makan..heheh. Tapi gapapa mereka kan sopir-sopir tangguh kita jadi butuh asupan gizi lebih untuk perjalanan pulang yang masih panjang dan lama. Dengan harga Rp 15.000/porsi info dari teman saya kita sudah bisa menikmati ikan laut bakar yang ukurannya cukup besar dilengkapi dengan pemandangan lepas pantai yang memukau. Buat kompasianer yang hobi makan ikan laut, kalau suatu saat ke pantai ini perlu dicobain tuh.
Jam menunjukkan pukul 14.30 WIB kami pun mulai bersiap-siap meninggalkan pantai. Untuk rute pulang kali ini kita mengambil arah Blitar--Pare (Kediri)--Jombang--Mojokerto--Sidoarjo. Kita tidak melalui rute berangkat karena terlalu mengkhawatirkan kalau harus melewati jalanan yang ekstrim dan hutan-hutan pada malam hari. Baru sekitar satu setengah jam bersepeda hujan mulai turun ketika kita memasuki kawasan Blitar Kota, sehingga kita harus berkali-kali berteduh karena hujan yang tidak merata dan salah satu teman tidak membawa jas hujan sehingga kasihan apabila harus berhujan-hujan. Belum lama kami melanjutkan perjalanan seusai berteduh dari hujan yang cukup deras tiba-tiba salah satu ban motor teman ada yang bocor. Kami pun segera mencari tukang tambal ban terdekat. Untunglah kita segera menemukan tukang tambal ban yang meskipun sedang tutup tapi Bapaknya mau buka untuk menambal ban motor teman kami. Hujan turun lagi jadi kami berteduh sambil menunggu tambal ban selesai.
Kira-kira 30 menit kemudian kita bisa melanjutkan perjalanan. Dua jam kemudian kita sudah memasuki kota Kediri. Rencana nya kita akan melewati Simpang Lima Gumul yang terkenal dengan bangunan monumen yang mirip dengan Arc D'Triomphe yang ada di Paris itu, dan memang kita benar-benar cuma lewat tidak berhenti karena hari memang sudah malam dan harus segera sampai dirumah. Mungkin lain kali kita bisa diberi kesempatan untuk mampir berfoto-foto di Arc D'Triomphe nya Pare ini. Kota Jombang kami masuki sekitar 2 jam kemudian. Karena sudah jam makan malam maka kami pun mencari warung untuk makan. Akhirnya kita berhenti di sebuah warung lesehan yang menjual bermacam-macam makanan. Perut sudah kenyang tapi mata harus tetap fokus, ga boleh ngantuk, karena masih ada beberapa kota lagi yang harus kita tahlukkan. Cieelllah lebbay...heheh.
Kondisi jalan yang cukup ramai namun tidak ada kemacetan yang berarti sesuai dengan harapan kita untuk segera sampai dirumah. Karena punggung sudah mulai berasa bengkok, kaki berasa pegal-pegal minta diluruskan. Jombang terlewati, Mojokerto terlewati akhirnya kurang lebih pukul 22.00 sampailah kami dirumah masing-masing dalam keadaan tidak kurang suatu apapun. Kita pulang membawa oleh-oleh banyak foto-foto, banyak cerita dan banyak pegal-pegal. heheheh. Tapi oleh-oleh yang paling berharga dari sebuah perjalanan tentu saja sebuah pengalaman.
Perjalanan panjang mbolang kita kali ini memang cukup melelahkan. Tapi semua itu selalu membahagikan untuk dijalani dan dikenang. Saya jadi teringat kata-kata salah seorang blogger traveler terkenal Indonesia, Trinity, kira-kira kayak gini kata-kata nya " Travelling lah selagi muda, saat kenyamanan bukanlah segalanya". Yah kita memang para pemuda pas-pas an yang berusaha travelling tanpa menguras kantong sendiri apalagi kantong orang tua. Sekali dua kali mungkin kita bisa bepergian dengan nyaman karena bisa menyewa kendaraan yang lebih nyaman. tapi sering-sering nya kita memanfaatkan fasilitas yang kita punya yaitu sepeda motor untuk bepergian. Memang lebih melelahkan dan penuh tantangan, tapi tidak harus menunggu kaya untuk bisa travelling, karena itu sama saja menunggu kaya untuk bahagia. padahal menjadi bahagia itu sederhana.
Selanjutnya biarkan foto-foto yang bercerita...here we are...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H