Saat itu Umat Islam di India mengalami kerusakan akidah dan moral yang sangat dahsyat. Mereka hidup jauh dari syariat Islam. Di mana-mana terjadi kebatilan, dan perilaku bid'ah. Lebih daripada itu, juga telah terjadi gerakan kemusyrikan dan kemurtadan oleh para misionaris Kristen yang berasal dari Inggris sebagai penjajah India saat itu. Gerakan misionaris Kristen tersebut didukung oleh kerajaan Inggris dengan dana yang sangat besar telah berhasil membolak-balikkan kebenaran syariat Islam, menghujat serta menyudutkan Rasulullah saw. Karena fenomena itu timbul kegelisahan di dalam jiwa Muhammad Ilyas untuk membangun sistem dakwah yang mampu mengembalikan umat Islam di India khususnya kepada syariat- Nya.
Jama'ah Tabligh didirikan oleh Muhammad Ilyas bin Muhammad Ismail al-Kandahlawi al-Deoband al- Jisti. Pada tahun 1303 H Muhammad Ilyas dilahirkan. Muhammad Ilyas menghabiskan masa kecilnya di Kandahla. Kemudian bersama kedua orang tua dan saudaranya, mereka tinggal di Nizamuddin, New Delhi, India yang pada akhirnya menjadi markas besar Jama'ah Tabligh Ketika ia pergi ke Hijaz dan Saudi Arabia dalam rangka menunaikan ibadah haji, Muhammad Ilyas menyempatkan diri untuk bertemu dengan berbagai kalangan ulama guna membicarakan cara terbaik pelaksanaan dakwah Islam di India. Bahkan sewaktu berada di Madinah Muhammad Ilyas menyengaja tidur di masjid Nabawi selama tiga malam berturut-turut. Berpuasa, shalat dan berdoa khusus meminta petunjuk kepada Allah swt akan sebuah jalan terbaik demi menegakkan syariat Islam.
Akhirnya Muhammad Ilyas berkesimpulan bahwa kelangsungan sebuah dakwah dan penyebarannya tidak akan pernah terwujud kecuali apabila dakwah itu berada di tangan orang yang benar-benar rela dan ikhlas berkorban demi kepentingan dakwah. Hanya mengharapkan ridha Allah swt semata tanpa menggantungkan diri kepada pihak manapun. Ia menyerukan sebuah slogan, Aye Musalmano! Musalman bano. Perkataan berbahasa Arab yang artinya: Wahai umat muslim! Jadilah yang kaffah. Ini merupakan seruan dakwah seorang Muhammad Ilyas yang mengawali kiprah dari sebuah gerakan yang kemudian dikenal dengan sebutan Jama'ah Tabligh.
Ada beberapa ciri khas yang menjadi identitas Jamaah Tabligh, mulai dari penampilan, pakaian, jamuan makan bersama, cara berdakwah, hingga kebiasaan keluar rumah berhari-hari untuk berdakwah. Ciri yang membedakan penampilannya adalah pakaiannya. Anggota Jamaah Tabligh biasanya mengenakan pakaian Afghan dengan warna putih atau abu-abu. Tersedia juga warna lain seperti coklat, biru, hitam, dan hijau tua. Pakaian afganistan berbeda dengan pakaian gamis yang biasa dikenakan oleh orang arab. Baju afgan ini berlengan panjang sampai ke lutut, ada belahan di kiri bawah dan kanan bawah, serta dipadukan dengan celana panjang yang menjuntai sampai mata kaki. Sambil memegang tasbih atau tongkat di tangan, dahi hitam tanda sujud, dan aroma minyak cendana khas jamaah haji asal Asia Timur, sosok bersorban dan berjenggot melengkapi penampilannya.Â
Jamaah Tabligh selalu menghindari pembahasan masalah politik. Anggota masyarakat juga dilarang keras tampil di panggung politik. Siapapun yang terjun ke dunia politik pasti akan terkena kritik. Mereka lebih memilih dakwah dengan berjuang melalui jalan keilmuan guna memperbaiki akhlak ketimbang melalui perang secara fisik. Selain tidak melibatkan diri dalam politik praktis Jama'ah Tabligh tidak membahas masalah keagamaan yang bersifat khilafiyah. Metode dakwah yang mereka gunakan adalah dengan cara damai, sekedar mengingatkan umat Islam yang lalai untuk kembali melaksanakan ajaran agamanya. Mereka tidak menjadikan orang non muslim sebagai sasaran dakwahnya. Demi menjalankan misi dakwahnya itu mereka melakukan khuruj (menyengaja keluar meninggalkan rumah dan keluarga untuk berdakwah selama berhari-hari) secara teratur.
Secara administratif, tidak ada tanggal atau catatan khusus untuk menjadi anggota Jamaah Tabligh. Berbeda dengan praktek organisasi lain, anggota Jamaah Tabligh tidak memiliki nomor anggota dan KTP. Mereka tidak pernah mengisi formulir keanggotaan saat bergabung atau setelahnya. Keanggotaan dalam Jamaah Tabligh lebih ditentukan oleh keterikatan emosional. Di antara mereka biasanya mereka bisa saling mengenal dan memahami keanggotaannya masing-masing. Di luar kepentingan Ikhwanul Muslimin, mereka tidak pernah mengetahui identitas sesama anggotanya. Keanggotaan diperiksa mingguan, bulanan selama acara seremonial atau selama periode Fulju. Namun, anggota Jamaah Tabligh dapat dibagi menjadi tiga kategori.
Pertama: Anggota aktif. Anggota aktif adalah mereka yang senantiasa berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dakwah masyarakat. Saat shalat Dzuhur atau Ashar di berbagai masjid, biasanya mereka membaca buku-buku Riyadhus Shalihin atau Jamaah Tabligh yang dijadikan referensi. Jangan lupa untuk bergabung dengan kami untuk bacaan mingguan kami setiap Jumat malam. Mereka juga selalu mengenakan pakaian yang dianggap Sunnah, seperti jubah putih, sorban, dan jenggot.
Kedua adalah anggota aktif asosiasi. Mereka adalah anggota Jamaah Tabligh dan tidak terlalu aktif dalam kegiatan dakwah masyarakat. Pekerjaan anggota semi-aktif biasanya bersifat kerah putih, artinya mereka mempunyai waktu terbatas untuk tetap aktif. Saya tidak mampu membaca Riyadhus Shalihin dan buku referensi lainnya secara rutin. Ia juga tidak aktif mengikuti bacaan Jumat malam. Jarang memakai pakaian putih dan sorban.
Ketiga adalah anggota tidak aktif, simpatisan atau masih pada tahap belajar. Karakter anggota ketiga ini tidak ikut berdakwah kecuali apabila diajak oleh para anggota yang aktif. Pada umumnya mereka belum begitu paham dasar-dasar Islam. Tidak pernah mengenakan gamis putih. Tidak bersorban dan masih merasa enggan menyatakan diri sebagai bagian dari Jama'ah Tabligh. Keterkaitannya dengan Jama'ah Tabligh hanya sebatas apabila diajak khuruj dan bertepatan dengan adanya waktu luang mereka.
Sebagian besar anggota Jamaah Tabligh berprofesi sebagai pedagang atau wirausaha. Pekerjaan ini sangat cocok dengan sistem dan metode dakwah komunal, apalagi tidak ada batasan waktu. Jamaah Tabligh telah berhasil menjelajahi Asia Selatan kurang dari 20 tahun. Selanjutnya pada tahun 1946, gerakan Jamaah Tabligh dibawah pimpinan Muhammad Yusuf semakin mengembangkan kegiatannya. Penyebarannya meluas ke Asia Barat Daya, Asia Tenggara, Afrika, Eropa, dan Amerika Utara. Negara-negara dengan jumlah penganut terbesar antara lain Mesir, Sudan, Irak, Bangladesh, Pakistan, Suriah, Yordania, Palestina, dan Lebanon.Â
Terdapat 22 Jamaah Tabligh yang tersebar di lima benua. Anggota komunitasnya adalah sekitar 10.000 Muslim dari seluruh dunia. Jumlah ini tidak sebanyak India, Pakistan atau Bangladesh. Jamaah Tabligh mempunyai beberapa kantor perwakilan yang berperan sebagai koordinator pelaksanaan kegiatan dakwah di setiap daerah dalam pengelolaan organisasinya. Markas besar Jamaah Tabligh berpusat di Nizamuddin, New Delhi, India. Kantor utama Jama'ah Tabligh di Eropa adalah berada di Dewsbury, Inggris.Kantor utama di wilayah Afrika berpusat di Durban, Afrika Selatan.Sedangkan kantor pusat untuk wilayah Asia Timur berada di Jakarta, Indonesia. Pusat markas Jamaah Tabligh di Indonesia tepatnya berada di Masjid Kebon Jeruk Jl Hayam Wuruk, Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H