Mohon tunggu...
biiop2000z-mikrobagoogle
biiop2000z-mikrobagoogle Mohon Tunggu... -

sukses 1% bakat , 99% kerja keras

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Stop Impor Beras

24 September 2015   02:32 Diperbarui: 25 November 2015   02:36 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

IMPOR BERAS SESAT... Dasar pedagang cerdas !!! Ali Zum Mashar 22 September pukul 19:55

Beras oplos kedaluwarsa bisa dibuktikan bila dimasak cepat kuning dan jika di simpan 1,5 sd 2bulan kalo dipegang tangan jadi putih seperti bertepung dan kapur karena bahan kimia dan zat polesnya luntur. ....Jadi kalau ada desakan impor dengan dalih beras bulog kosong dan Elnino sebagai solusi itu akal-akalan busuk siapa ya?????
Apakah kebijakan ini cermin upaya mengkebiri TRISAKTI dan NAWACITA agar sekedar slogan kosong dan bohong???

Alasan beras di gudang Bulog kosong dan musim kemarau yg jadi ritme musim di indonesia dimaknai sebagai gejala Elnino...itu lucu!...jangan langsung ingat fee impor beras dong.....Gudang bulog jelas kosong karena memang gagal menyerap gabah petani saat panen karena :

Pertama,
harga beli gabah/beras dengan hpp pemerintah sudah tidak layak untuk kesejahteraan petani dan saat gabah panen raya terjun bebas uang untuk nyerap gabah ga dicairkan jadi angin lewat...

Ke dua...
pedagang dan penggilingan lokal mampu membeli gabah GKP dengan harga yang layak 4.500 - 4.800/kg, (itupun pemerintah tak pernah subsidi di harga panen petani). Harga ini karena BERPIKIR WARAS bahwa biaya produksi petani juga tidak murah :

sewa lahan, pupuk dan obat2an serta tenaga kerja sudah naik semua, sedangkan hpp Bulog sangat murah mana bisa serap panen petani dan isi gudang dengan beras fresh?...apalagi rantai suplay pengadaan di bulog panjang: petani-tengkulak-bandar penghiling besar-gudang bulog dengan fee, mana bisa "BERAS BENAR" sanggup suplai bulog dengan harga hpp yang jauh sangat murah?...

Ketiga...
Harga beras fresh eceran di indonesia masih lebih murah dari harga beras eceran di thailand dan malaysia buktikan aja anda beli beras di supermarket dan koperasi disana lalu kurs-kan ke rupiah. Kalau harga beras di murah murahkan sama artinya meningkatkan kemiskinan di desa yg 80% petani.

Ke empat...
Dengan produksi beras lokal yang katanya 40 jt ton/th dengan konsumsi perkapita 116 kg seharusnya surplus ga perlu impor beras. Buktinya 85% stock beras ada di pedagang dan penggilingan padi, sedangkan target stock di bulog cuma 4 juta ton (10%)...mana bisa mengendalikan harga pasar?...

Kelima....Impor beras akan memiskinkan petani dan membodohi konsumen... contoh misal beras RESIDU (kedaluwarso 2 th lebih) yang sudah kuning dari thailand di jual dengan harga 3.000/kg sampai di indonesia... di indonesia permainan beras impor banyak dimasukan penggiling besar lalu di cuci dengan pemutih tambah esen dan dipoles seperti lapisan plastik kembali penampilan beras baru meskipun tidak sehat...lalu di oplos dengan beras fresh panen yg harganya 11.000/kg perbandingan 3:1 maka harga beras oplosan Rp 5.000/kg bisa masuk Bulog dan dijual di Supermarket2 dengan kemasan baru, dgn harga murah akan menghancurkan beras yang asli fresh sehingga ujungnya mekanisme pasar berimbas ke GKP petani dipaksa untuk murah dan merugi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun