Mohon tunggu...
Binti Munir
Binti Munir Mohon Tunggu... Guru - Guru dan penulis 45 antologi dan 3 buku solo

Penulis dengan nama Pena "Atiek Munir", yang memiliki hobi membaca, menulis, traveling dan memotret. Kadang bersemangat bila bertemu dengan orang-orang yg sefrekuensi. Kadang bisa bersemangat pula di saat sendirian.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Krisis Hidup Sesuai Aturan

11 Desember 2024   14:30 Diperbarui: 11 Desember 2024   14:30 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Episode 1

Palang pintu kereta di sebuah stasiun telah tertutup. Bunyi sirene pertanda akan ada kereta yang melintas pun terdengar di telinga. Para pengendara kendaraan bermotor, pejalan kaki yang kebetulan akan melintas di situ pun seketika terhenti.

Namun bagi mereka yang cuek dan seolah tak peduli dengan keselamatan dirinya tetap menerjang pintu kereta yang menyisakan sedikit ruang untuk menyeberang.

Mungkin yang ada di kepala mereka adalah "Ah tak apa keretanya masih lama kok." Ah tidak apa-apa kok orang saya hanya jalan kaki."dan seribu Ah lainnya yang menjadi alasan.

Kita tentu ingat berapa banyak kecelakaan yang terjadi di pintu perlintasan kereta api, akibat kecerobohan si para korban.

Mobil yang berusaha melintasi pintu kereta tetapi saat mau melintas tiba-tiba mengalami gangguan mengemudi alias tidak bisa di starter. 

Atau ada juga yang sudah berhasil melintas tetapi belum dekat dengan badan kereta yang pada akhirnya terkena juga hantamannya.

Episode 2

Seorang pria dengan motornya yang keren yang sepertinya generasi Z terciduk saat membuang sampah di pinggir jalan di tumpukan tong sampah besar depan minimarket. Mungkin ia berpikir "toh nanti juga ada petugas sampah jalanan yang mengambil."

Ternyata saya menemukan banyak orang -orang yang seperti itu. Habis subuh belanja ternyata banyak sebagian orang di pakai untuk sekalian membuang sampah di pinggir jalan atau di pasar. Dengan asumsi nanti akan akan ada yang membuang.

Ketika ditanya kenapa kok buang sampah di pinggir jalan? Jawabnya sayang buang duit lima puluh ribu atau tiga puluh lima ribu untuk buang sampah doang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun