Mohon tunggu...
Binti Munir
Binti Munir Mohon Tunggu... Guru - Guru dan penulis 45 antologi dan 3 buku solo

Penulis dengan nama Pena "Atiek Munir", yang memiliki hobi membaca, menulis, traveling dan memotret. Kadang bersemangat bila bertemu dengan orang-orang yg sefrekuensi. Kadang bisa bersemangat pula di saat sendirian.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perjalanan Panjang Menjadi Penulis

5 November 2024   21:59 Diperbarui: 5 November 2024   22:02 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Menjadi penulis sebenarnya keinginan saya sejak kecil. Bermula dari saya kecil senang membaca buku-buku seperti majalah bobo, majalah ananda. Buku lima sekawan, buku-buku karangan bunga smash dan masih banyak lagi buku-buku lainnya.

Pada waktu saya masih duduk di sekolah dasar saya mendengar kebaikan bapak presiden kala itu. Yang konon katanya suka memberi sepeda kepada anak kecil yang membutuhkan sepeda. Saya mencoba menulis surat kepada beliau. Namun saya tak pernah tahu sampai atau tidaknya surat tersebut.

Keluarga saya terutama ibu memiliki hobby membaca. Entah itu koran, tabloid, majalah-majalah keluarga dan majalah remaja. Oleh karenanya keluarga memilih berlangganan koran dan tabloid kala itu.

Dari berlangganan itulah saya jadi senang menulis ulang dari hal-hal yang saya baca di sebuah buku. Menginjak remaja karena saya sudah terbiasa membaca dan menulis kebetulan ada tugas membuat pidato dalam rangka hari pendidikan Nasional tak disangka pidato saya menjadi pidato yang terbaik dari seluruh kelas. 

Pada saat saya menjadi ABG dan hijrah memakai hijab saya tetap berlangganan majalah-majalah islami pada waktu itu. Dan kebiasaan menulis ulang dari yang telah saya baca tetap berlanjut hingga saya menjadi mahasiswi.

Bahkan saat menjadi mahasiswi saya malahan memiliki buku harian dan buku jadwal kegiatan sehari-hari. Saya tulis kegiatan saya dari awal hingga menjelang tidur. Kemudian jika hari itu ada perasaan tak enak atau perasaan bahagia saya menumpahkannya ke dalam buku harian.

Dikampus saya mulai menulis di majalah dinding dan buletin sederhana. Juga sering menghadiri seminar-seminar di kampus-kampus lain. Seperti biasa hasil dari mengikuti seminar saya tulis ulang dengan kata-kata saya sendiri.

Selepas wisuda saya tetap menulis di buletin sederhana sebuah yayasan dan menjadi salah seorang staf redaksinya. Sayangnya buletinnya tak berlangsung lama. Karena kesibukan masing-masing personilnya akhirnya wassalam dengan sendirinya.

Kemudian saya mencoba mengikuti pelatihan di sebuah komunitas kepenulisan. Tak disangka saya di situ di bully habis-habisan. Saya disitu kena mental dan saya sempat mengalami trauma terhadap menulis. Saya berhenti menulis saat itu. Saya kapok menulis dan itu berlangsung cukup lama.

Hingga akhirnya datang badai Covid 19 yang mengakibatkan semua yang dilakukan harus online. Belajar dan mengajar pun online. 

Kala itu secara tak sengaja saya ditraktir oleh sahabat saya untuk mengikuti pelatihan Shutter stock. Yang ternyata tidak hanya memfoto saja tetapi harus disertai dengan tulisan-tulisan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun