BRICS merupakan singkatan dari organisasi internasional yang mencakup lima negara berkembang besar yaitu Brasil, Rusia, India, Tiongkok (China)) dan Afrika Selatan. Organisasi ini dibentuk bagi mempromosikan kerja sama ekonomi, komersial, serta bertindak sebagai tempat dorong pembangunan infrastruktur antara negara anggota yang memiliki pertumbuhan ekonomi pantas dan potensi strategis dalam kerangka tatanan dunia. Sebenarnya wacana Indonesia bergabung dengan BRICS sangat menarik dibahas, karena Indonesia berada pada posisi strategis sebagai negara maju dalam pembangunan yang besar dengan juga mengalami pertumbuhan ekonominya yang pesat.
   Selain itu, keuntungan lain terpenting Indonesia menjadi bagian dari BRICS adalah stokase peningkatan dampak geopolitik dan geoekonomi. Di sisi geopolitiknya Indonesia akan memperoleh posisi yang lebih kuat pada negosiasi antarbangsa khususnya terkait dengan kebijakan perdagangan, pengembangan baku kultur dan isu strategis global lainnya. Merupakan serangkaian negara-negara berkembang, kadang-kadang diperlihatkan sebagai "counterweight" terhadap dominasi negara-negara di luar dunia, Amerika Serikat dan Uni Eropa. Sebagai anggota, Indonesia akan mendapatkan lebih banyak suara untuk berbicara di panggung global.
   Bank pembangunan New Development Bank (NDB), BRICS, bisa dipakai Indonesia sebagai sumber pendanaan proyek proyek infrastruktur. Di tengah kebutuhan Indonesia akan pembangunan infrastruktur dalam mendukung pembangunan ekonomi, akses pendanaan alternatif yang tidak terlalu bergantung pada lembaga-lembaga Barat seperti IMF atau Bank Dunia menjadi sangat relevan.
   Kerja sama perdagangan pun akan meningkat. Dengan basis populasi yang besar (BRICS), Indonesia memiliki peluang untuk memanfaatkan kemampuan tersebut untuk memperluas ekspor produk unggulan Indonesia seperti minyak kelapa sawit, batu bara, produk tekstil and the others. Hal ini juga memicu diversifikasi pasar ekspor, dan Indonesia tidak lagi tergantung pada rerata dagang pada mitra dagang paling baik tradisional, yakni Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Tantangan dan Risiko
   Selain itu, Bali juga merupakan titik tolak bersama bagi Indonesia dalam BRICS dan sejumlah tantangan yang harus berjalan dalam dengkul halus jika dapat disampaikan berkemungkinan ke following 5 tahun (periode ketetapan ideologi yang luas). Perbedaan kepentingan antara kedua negara bagian ini adalah salah satu hal yang membuat salah satu perbedaan. Dengan contoh Iran, permasalahan internal BRICS adalah ketegangan antara India dan Tiongkok. Berdasarkan latar belakang itu maka terdapat perdebatan komunitas diplomatik bagi Indonesia apabila ada konflik kepentingan antara anggota BRICS lainnya.
   Ada kemungkinan Indonesia bisa terpukul berulangulang oleh tekanan politik untuk mendukung suatu kebijakan yang mungkin tidak sejalan dengan kepentingan Indonesia. Berbagai sebuah contoh misalnya dalam deadlock antara Barat dan Rusia tentang perang Ukraina, gaze dari BRICS ada cenderung pro Rusia yang kemudian dapat berdampak pada garis netral Indonesia politik internasional. Itu butuh dipikirkan karena Indonesia sangat bergantung ekonomi dengan negara-negara Barat, seperti sebagai mitra ekspor dan investasi.
   Dari sudut pandang ekonomi, keterlibatan dalam BRICS membutuhkan kontribusi finansial. Misalnya, anggota BRICS diharuskan menjadikan kontribusi Modal Bukaan ke New Development Bank. Bagi Indonesia inilah artinya berarti negara harus menyesuaikan prioritas anggaran, mungkin mengganggu sektor lain seperti pendidikan, kesehatan, atau pembangunan.
Peran Indonesia dalam Meningkatkan Kerja Sama Selatan Selatan
   Indonesia sudah dikenal sebagai negara yang aktif dalam mendukung kerja sama Selatan -- Selatan, sebagai contohnya, peranannya di dunia ASEAN dan Gerakan Non Blok. Bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS dapat memperkuat peran Indonesia di sini mengingat organisasi ini sebenarnya hadir untuk memberikan alternatif terhadap dominasi negara-negara maju.
   Meskipun penerapan BRICS oleh Indonesia dalam mendukung kerja sama Selatan-Selatan sangat bergantung terhadap bagaimana Indonesia memanajemen kesimbangan kepentingan nasional dan solidaritas global. Sebagai salah satu negara di Asia Tenggara dengan ekonomi terbesar, Indonesia memiliki kewajiban moral untuk menjadi suara bagi negara-negara berkembang yang tidak termasuk dalam BRICS.