Bela negara merupakan sikap menegakkan kedaulatan negara demi melindungi dan menjaga segenap bangsa dan negara Indonesia. Semakin tinggi rasa bela negara yang kita milik, menunjukkan rasa cinta kita yang besar terhadap cinta tanah air. Sikap bela negara juga tidak harus dengan memegang senjata atau hanya sekedar pihak yang berwajib yang melakukan, namun sebagai warga negara Indonesia yang memiliki sikap bela negara dapat dilakukan sesuai dengan profesi dan kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai dalam membangun kesadaran bela negara yang bisa diterapkan yaitu, cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin pada Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban bagi bangsa dan negara, dan memiliki kemampuan awal bela negara. kelima nilai-nilai tadi dapat kita terapkan dan sangat penting dalam membangun kesadaran bela negara. Termasuk dalam mencapai pertumbuhan ekonomi inklusif dibutuhkan sebuah dedikasi warga negara dalam rela berkorban bagi bangsa dan negara.
Salah satu goals suatu negara yang harus dicapai adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Salah satu indikator keberhasilan suatu negara dilihat dari pendapatan per kapitanya Salah satu Indikator ini mengukur bagaimana kesejahteraan manusia di negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang inklusif wajib diwujudkan oleh suatu negara agar kesejahteraan warga negara dapat terjamin. Namun pertumbuhan ekonomi ini tidak bisa jika hanya dijalankan oleh pemerintah atau kelompok tertentu saja, namun dibutuhkan partisipasi seluruh bangsa Indonesia yang memiliki semangat masyarakat yang kolektif untuk mencapai tujuan bersama yaitu pertumbuhan ekonomi. Hal yang dapat dibangun dalam rencana ini adalah pengorbanan demi bangsa dan bernegara. Rela berkorban ini tidak harus mengenai pengorbanan secara fisik, namun bisa juga bagaimana kita dapat berkontribusi dalam tenaga, waktu, serta support kepada kebijakan dan program yang dirancang untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
PEMBAHASAN
Dalam mencapai sesuatu dengan tujuan yang sama, dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang nantinya akan membuahkan hasil dalam mencapai tujuan tersebut. Pengorbanan yang bisa kita berikan untuk negara tidak juga harus dengan pengorbanan fisik, tetapi bisa dengan kontribusi kita dengan meluangkan waktu, tenaga, dan dukungan yang kita keluarkan demi kemajuan negara Indonesia bersama. Mencapai pertumbuhan ekonomi inklusif tidak hanya membutuhkan kebijakan yang tepat saja, namun dibutuhkan peran aktif warga negara Indonesia. Peran aktif dan rela berkorban ini akan menjadi pondasi utama untuk menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi inklusif.Â
Berikut implementasi rela berkorban bagi bangsa dan negara yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi inklusif :
Kepatuhan dalam Membayar Pajak untuk Keberlangsungan NegaraÂ
Tujuan adanya pajak yaitu mengumpulkan dana dari warga negara yang wajib pajak yang nantinya akan digunakan negara untuk membiayai keperluan negara mulai dari pendanaan program-program dan fasilitas publik. Pada akhir tahun 2023 dari data Direktorat Jenderal Pajak (DJP), tercatat kepatuhan penyampaian SPT mencapai 88%. Ini merupakan peningkatan karena data tahun 2022 kepatuhan penyampaian SPT mencapai 86,8% dari total warga negara Indonesia wajib membayar pajak yang melaporkan SPT mereka. Dengan pentingnya kita sebagai warga negara untuk rela berkorban dengan menyisihkan sebagian pendapatan yang kita punya untuk melaksanakan kewajiban kita sebagai warga negara yang baik dengan pajak yang dibayarkan dengan rutin sesuai dengan perundang-undangan. Sehingga ekonomi inklusif dapat terwujud yang menciptakan pertumbuhan yang merata untuk seluruh masyarakat.
Memakai dan Mendukung Produk LokalÂ
Beberapa tahun ini, industri produk lokal sedang gentar-gentarnya dalam persaingan kualitas. Mulai dari sektor fashion, gaya hidup, hingga elektronik sudah bisa bersaing dengan produk impor. Sekarang mulai banyak dari masyarakat yang sudah beralih menggunakan dan memakai dengan bangga produk lokal. Adanya kontribusi dengan membeli dan memberikan dukungan, maka semakin banyak pula lapangan kerja yang tercipta dan ketergantungan kita dengan barang impor akan berkurang. Sehingga membantu mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Menghilangkan Fenomena Budaya "Uang Pelicin"
Sebagai masyarakat Indonesia kita memiliki dokumen-dokumen yang harus dimiliki sebagai warga negara Indonesia. Seperti KTP, KK, SIM, dan dokumen administrasi lainnya. Di Indonesia sendiri untuk mengurus hal-hal administrasi tadi dapat dilakukan di dinas kependudukan. Biasa saat kita sedang mengurus dokumen tadi dibutuhkan proses yang sedikit kompleks dan menunggu antrian yang panjang. Dalam proses prakteknya, agar mempermudah dalam pemrosesan administrasi dalam waktu singkat. Â Beberapa oknum ada yang menjalankan budaya "uang pelicin". Budaya ini sudah mendarah daging di masyarakat Indonesia. Dengan adanya uang pelicin, semua menjadi cepat selesai. Hal ini sangat bertolak belakang dengan sikap rela berkorban bagi bangsa dan negara, yang menuntut pengorbanan tenaga, dukungan dan waktu. Selain itu, kepentingan pribadi menjadi diutamakan yang merusak semangat gotong royong, menambah biaya yang tidak perlu, menormalisasikan monopoli di masyarakat, dan akar dari korupsi. Sehingga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah melemah dan mengikis semangat masyarakat dalam partisipasi aktif mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif.Â