Mohon tunggu...
Gst NgrBintang
Gst NgrBintang Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Undiksha

Mahasiswa Undiksha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makan Khas Desa Bondalem yang Dibuat Saat Merayakan Hari Raya Galungan

9 November 2021   09:18 Diperbarui: 9 November 2021   09:20 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari raya Galungan dirayakan oleh Umat Hindu setiap 6 bulan Bali (210 hari) yaitu pada hari Budha Kliwon Dungulan (Rabu Kliwon Wuku Dungulan) sebagai hari kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan). Perayaan ini memiliki perhitungan berdasarkan wuku. Perayaan hari raya galungan identik dengan penjor yang dipasang di tepi jalan atau di samping gerbang rumah menghiasi jalan yang bernuansa alami. Di jaman modern ini, apalagi sebagai tujuan pariwisata, pulau Bali kerap disorot sebagai pulau yan g indah sekaligus religious. (Penjor adalah bambu yang dihias sedemikian rupa sesuai tradisi masyarakat Bali setempat) .

Kata Galungan berasal dari Bahasa Jawa Kuno yang berarti bertarung dan menang, Galungan juga berasal dari Dungulan yang berarti menang. Di kalender Bali wuku kesebelas bernama Dugulan sedangkan di Jawa bernama wuku Galungan, namanya memang berbeda, tetapi memiliki arti sama yaitu Kemenangan.

Tepat didesa Bondalem kecamatan Tejakula kabupaten Buleleng, hampir seluruh warga desa yang merayakan Galungan membuat makan khas desa yaitu tipat/blayag dan kuah nyatnyatan atau lebih dikenal dengan kare ayam.

Nyatnyatn atau yang sering disebut kare ayam dibuat dari ayam kampung atau ayam Bali, kare ayam ini dibuat dengan bumbu cabe, terasi, garam, lengkuas, kunyit, jahe, dan menggunakan tambahan santan kelapa.

Nyatnyatan atau kare ayam bisa dimakan dengan tipat atau boleh juga dengan blayag. Pada saat hari raya tertentu warga desa Bondalem pasti akan membuat makan yang satu ini.

Banyak yang menjual makan ini didesa-desa lain bahkan sampai ke kota tepatnya pada Kota singaraja, tapi rasanya sangat jauh berbeda. didesa Bondalem mepunyai rasa khasnya sendiri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun