Mohon tunggu...
Bintang Muslimah
Bintang Muslimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menilai Karakter Seseorang dari Cara Mereka Memperlakukan Hewan: Pro dan Kontra

10 Juni 2024   23:03 Diperbarui: 10 Juni 2024   23:16 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Immanuel Kant, seorang filsuf Jerman, pernah berkata, "Dia yang kejam terhadap hewan, akan menjadi kejam pula ketika berhubungan dengan manusia. Kita bisa menilai hati seseorang dari perlakuannya terhadap hewan."

Pernyataan ini menuai pandangan bahwa cara seseorang memperlakukan hewan mencerminkan karakter dan integritas moral mereka. Namun, terdapat pro dan kontra terhadap gagasan ini yang layak dipertimbangkan.

Di satu sisi, memperlakukan hewan dengan baik sering dianggap sebagai indikator empati dan moralitas. Orang yang memperlakukan hewan dengan kasih sayang biasanya menunjukkan empati yang sama terhadap manusia.

Berdasarkan jurnal yang berjudul "Relationship between emotional intelligence and empathy towards humans and animals" dapat diketahui bahwa mereka yang peduli terhadap hewan cenderung memiliki tingkat empati yang lebih tinggi secara umum. 

Selain itu, memperlakukan hewan dengan baik juga mencerminkan kesadaran etis dan penghargaan terhadap makhluk hidup. Orang yang memiliki etika yang baik terhadap hewan cenderung juga memperlakukan manusia lain dengan hormat dan adil. Orang yang baik terhadap hewan menunjukkan bahwa mereka tidak menyalahgunakan kekuasaan mereka atas makhluk lain. Hal itu mencerminkan kemampuan untuk menggunakan kekuasaan dengan bijaksana dan penuh tanggung jawab.

Namun, di sisi lain, terdapat argumen yang menyatakan bahwa perilaku terhadap hewan tidak selalu mencerminkan karakter seseorang secara keseluruhan. Perlakuan terhadap hewan sering dipengaruhi oleh konteks budaya dan ekonomi. 

Di beberapa budaya, hewan tidak selalu dianggap memiliki status yang sama seperti di budaya lain. Misalnya, di Spanyol, tradisi matador dan adu banteng adalah bagian dari budaya dan sejarah yang dihormati. Sebaliknya, di negara lain, praktik ini mungkin dianggap kejam dan tidak berperikemanusiaan terhadap hewan.

Kondisi ekonomi juga memainkan peran penting. Orang yang hidup dalam kondisi ekonomi sulit mungkin tidak memiliki sumber daya untuk memperlakukan hewan dengan standar kesejahteraan tinggi, meskipun mereka memiliki niat baik.

Empati tidak selalu bersifat universal dan bisa bervariasi berdasarkan individu dan konteks. Seseorang bisa menunjukkan empati yang besar terhadap manusia tetapi tidak terhadap hewan, atau sebaliknya.

Pengalaman pribadi juga dapat mempengaruhi perlakuan manusia terhadap hewan. Misalnya, seseorang yang pernah diserang oleh anjing mungkin memiliki ketakutan atau ketidaknyamanan terhadap hewan tertentu, yang bisa mempengaruhi cara mereka memperlakukan hewan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun