Mohon tunggu...
Bintang Muda Revolusi
Bintang Muda Revolusi Mohon Tunggu... wiraswasta -

Sebuah kesadaran adalah perjuangan untuk melawan penindasan atas diri dan prilaku yang tidak beradab. Jiwa-jiwa revolusioner sejati dalam idelisme ideologi menentang jati diri mencari kemapanan dan kemunafikan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Parpol dan Kubangan Babi Mana yang Diharamkan ?

18 Januari 2014   23:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:42 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seekor Babi tak akan pernah tau kalau jati dirinya diharamkan untuk dimakan apalagi merasa dirinya bersih ketika sedang mandi dalam kubangan yang penuh dengan kotoran.

Sementara Partai Politik selalu meyerukan Partai yang bersih berlaku adil dan mengedepankan prinsip kebenaran atas persepsi yang dianut. Jati diri yang lahir dari nilai-nilai konstitusi mejadi pilhan wakil rakyat yang dipilih oleh konstituent adalah dasar aspirasi dari wakil mereka sebagai anggota DPR.

Alhasil Parpol menjadi "kubangan" legitimasi kekuasaan rakyat karena anggota mereka duduk dalam Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), segala bentuk kebijakan publik menjadi nilai tawar untuk untuk mendapatkan project-project infrastruktur kesejahteraan rakyat.

Partai Politik tempat mereka mendapatkan hak finansial untuk mencukupi dirinya sendiri melakukan tindakan korupsi atas pekerjaan yang dibiayai oleh hasil-hasil yang diperoleh dari rakyat dan kekayaan negara.

Partai Politik menjadi sebuah "kubangan" untuk meligitimasi setiap individu untuk merampas harta kekayaan negara karena menganggap dirinya adalah orang yang bersih tak ubahnya dengan seekor Babi.

Lalu bagaimana negara ini mendapatkankan kebenaran atas nilai-nilai dasar konstitusi parlementer yang dilandasi partai politik ?  Kejenuhan publik atas Parpol sudah semakin tinggi apalagi tingkat kepercayaan -pun semakin menurun.

Orang-orang yang dianggap bersih tentunya tidak berdosa tetapi system negara ini yang membuat mereka harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan finansial. Mereka bukanlah abdi dalem kerajaan atau relawan-relawan yang berharap upah minim tapi standard gaji yang sangat besar tidak menjadi jaminan untuk menjaga tidak terjun dalam "kubangan politik".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun