Pendidikan orang dewasa lahir sebagai kejenuhan dalam pelaksanan pola pendidikan formal yang berlaku dan tidak sesuai dengan sifat dan karakter orang dewasa, yaitu mengganti kuis dengan wawancara, tanya jawab, dan diskusi-diskusi, yang ternyata lebih disukai oleh para peserta didik. Pendidikan dan kehidupan masyarakat merupakan suatu hal yang saling berkaitan dan berhubungan. Pendidikan sebagai sebuah fungsi dalam hubungan sosial terputus dengan pemahaman pendidikan yang sempit, instrumental dan kejuruan. Ini memperluas persepsi mengenai di mana pembelajaran terjadi dan apa yang dianggap sebagai 'partisipasi'. Juga, menempatkan 'pelajar' dalam konteks sosial daripada sebagai individu yang terisolasi. Yang melibatkan pergeseran register dari individu ke kolektif. Tujuan pendidikan terkait dengan sifat sosial hubungan daripada didefinisikan dalam istilah individu. Selain itu, hubungan sosial tertanam dan dibentuk dalam berbagai wacana – misalnya, kelas sosial, ras, gender dan sebagainya– di mana pengetahuan kekuasaan bersatu dengan cara dan manfaat yang berbeda untuk kepentingan tertentu.
Malcolm Knowles dalam bukunya “The Modern Practice of Adult Education” andragogy atau Pendidikan Orang Dewasa adalah suatu seni dan ilmu dalam membantu orang dewasa belajar.Menurut Boyd (1966), pendidikan orang dewasa dapat didefenisikan sebagai suatu seni dalam membantu orang dewasa belajar melalui suatu proses pendidikan pada diri seseorang yang dilaksanakan secara non formal pada orang yang dianggap dewasa, dimana isi pelajaran ditentukan sendiri oleh orang dewasa tersebut. Bryson (dalam Suprijanto 2007,p.13) menjelaskan bahwa pendidikan orang dewasa merupakan keseluruhan aktivitas yang berkaitan dengan pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam kehidupannya. Dalam proses tersebut, orang dewasa hanya menggunakan sebagian waktu dari kehidupannya, bukan semua waktu dalam kehidupannya. Oleh karena itu, orang dewasa juga hendaknya mampu untuk membagi waktu dengan baik antara aktivitas pembelajaran dengan aktivitas lain dalam kehidupannya.
Sementara dalam pengertian yang lebih luas pendidikan orang dewasa dapat diartikan sebagai satuan pendidikan yang cenderung non formal dengan peserta didiknya adalah orang dewasa dalam masyarakat (bak secara biologis, psikologis, ekonomi, hukum, dan sosial), yang dilaksanakan sedemikian rupa yang bertujuan untuk membantu orang dewasa tersebut belajar dalam rangka menciptakan dan mengembangkan minat baru, pengembangan pengetahuan, peningkatan keterampilan, dan perbaikan sikap mental sesuai dengan keadaan lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya orang dewasa tersebut, dan pada akhirnya dapat membantu orang dewasa tersebut memenuhi kebutuhannya.
Malcolm Knowles (1986), menyebutkan ada 4 (empat) prinsip pembelajaran orang
dewasa, yakni:
1)Orang dewasa perlu terlibat dalam merancang dan membuat tujuan pembelajaran.Mereka mesti memahami sejauh mana pencapaian hasilnya.
2)Pengalaman adalah asas aktivitas pembelajaran. Menjadi tanggung jawab peserta didik menerima pengalaman sebagai suatu yang bermakna.
3)Orang dewasa lebih berminat mempelajari perkara-perkara yang berkaitan secara langsung dengan kerja dan kehidupan mereka.
4)Pembelajaran lebih tertumpu pada masalah (problem-centered) dan membutuhkan dorongan dan motivasi. (Yatimah & Sari, 2022)
Houle (1961) menekankan tujuan pendidikan orang dewasa pada penyesuaian minat dan kebutuhan serta membangun kepemimpinan secara informalitas. Sementara Bergenvin menekankan pada upaya membantu orang dewasa meraih suatu derajat kebahagiaan dan arti kehidupan.
Menurut Lindeman (dalam Karwati 2016,p.19), orang dewasa memiliki lima prinsip pembelajaran, diantaranya yaitu :
•Motivasi belajar. Motivasi belajar orang dewasa berasal dari dalam diri orang dewasa itu sendiri.
•Orientasi Belajar. Orientasi belajar dari orang dewasa yaitu berpusat pada kehidupan (life centered).
•Pengalaman. Orang dewasa memiliki banyak pengalaman dalam kehidupannya
•Pengarahan diri. Orang dewasa memiliki keinginan untuk bisa mengarahkan diri mereka sendiri (self directing).
•Orang dewasa memiliki banyak perbedaan. Mulai dari perbedaan karakter dan perbedaan dalam setiap aspek pembelajarannya seperti gaya belajarnya, waktunya, tempatnya dan kecepatan belajar yang harus disesuaikan.
Secara ilmiah pendidikan orang dewasa diakui keberadaannya setelah Houle pada tahun 1961 melakukan pengamatan dan wawancara mendalam terhadap beberapa orang, dimana ditemukan 3 kelompok orientasi, yaitu :
1)goal oriented group (kelompok yang berorientasi pada tujuan), yang beranggapan pendidikan sebagai sarana mencapai tujuan,
2)activity oriented group ( kelompok berorientasi pada kegiatan), yaitu kelompok yang menemukan manfaat dari situasi belajar,
3)learning oriented group (kelompok yang berorientasi pada ilmu itu sendiri) yaitu untuk pengembangan lmu itu sendiri.
Undang - Undang No. 20 Tahun 2003 mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan orang dewasa di Indonesia juga menggunakan sistem pendidikan nasional untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Hal ini jelas tertulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 yang berbunyi "Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional". Tujuan pendidikan nasional yang dimaksud adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri sendiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
UU No. 20 tahun 2003 juga menyebutkan bahwa pendidikan di Indonesia terbagi atas Pendidikan Formal, Pendidikan Non Formal, dan Pendidikan Informal. Dan Pendidikan orang dewasa terdapat baik dalam Pendidikan formal maupun Pendidikan non formal, namun lebih dikenal dalam Pendidikan non formal. Jika dalam Pendidikan formal, Pendidikan orang dewasa terimplementasi dan dilaksanakan dalam penyelenggaraan Sekolah Menengah Atas /sederajat hingga tingkat Perguruan Tinggi. Sedangkan pada Pendidikan non formal, terimplementasi dalam program-program kursus, pelatihan, PLSM, dsb. Dimana Pendidikan Non Formal sendiri meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Yang sebagian besar peseta didiknya adalah orang dewasa yang datang dengan berbagai latar belakang sosial budaya, minat, serta pengalaman hidup yang berbeda. Dan atas dorongan kebutuhan untuk memperbaiki kualitas diri terutama kebutuhan akan kompetensi tertentu yang data membantu dalam meringankan persoalan hidup sehari-hari, dan diharapkan mampu membantu mereka untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan hidup mereka.
Penerapan Adult Education atau Pendidikan orang dewasa di Indonesia telah megalami perkembangan pesat. Hal ini dibuktikan dengan semakin maraknya program-program kesetaraan paket A, B, dan C di kota – kota besar di Indonesia, seperti Bandung, Jakarta, dan Semarang. Tak hanya itu, program atau kegiatan kursus kini semakin ramai dengan berbagai macam bidang keahlian. Yang mana hal ini menjadi salah satu upaya dalam pengentasan kemiskinan dan pemerataan pendididikan di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa Pendidikan Orang dewasa (Adult Education) menjadi suatu hal yang penting dalam perjalanan dan perkembangan Pendidikan di Indonesia. Karena pada proses pemebelajarannya, Pendidikan orang dewasa lebih mengutamakan dan focus pada pengalaman yang dimiliki, bukan pada bagaimana mendapatkan pengalaman tersebut. Juga karena dalam pelaksanaannya, Pendidikan orang dewasa dilandaskan motivasi dari dalam diri atas kebutuhan, ketidakpuasan, keingintahuan, dan terpecahkannya masalah, sehingga memungkinkan seseorang untuk belajar secara bersungguh-sungguh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H