“Ma, apa Tuhan telah tak sayang kita, dan umat Ia lagi di bumi Arakan ini?”
“bukan lagi tak sayang, tapi lebih menguji Ia pada kita.”
“lantas, mengapa duka perih, tangis darah, dan reruntuhan puing hunian ibadah kita di Kemboh, Furam, Zailar, Buhor, dan kampung lainnya hanya dianggap sebagai epik dan keluhan luka kaum pendatang? dan, mengapa pula Ia biar mengambangkan puluhan ribu lebih bangkai-bangkai syahid di kampung kita?
“Nak, Maha memahaminya Ia dari kita, Maha mengaturnya Ia dari kita, Maha membuatnya jadi Ia lebih pada kita, agar taatnya kita oleh-Nya.”
“mengapa baru hari-hari ini dilakukan Ia, Ma?”
“agar berlaku membacanya kita!”
Kotabumi, Syawal 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H