Sebelum saya memberi contoh aplikasi penerapan Etika Utilitarianism dalam bisnis, saya ingin memberi penjelasan terlebih dahulu tentang Etika Utilitarianism, Utilitarianism pertama kali dikembangkan oleh Jeremy Bentham dan muridnya Jhon Mill pada abad ke-19. Utilitarianism disebut sebagai sebagai teori kebahagiaan terbesar (the gretest happines theory).Â
Dalam konsep Bentham kebahagiaan tersebut menjadi landasan utama kaum Utilitarianism, kemudian prinsip Bentham direkonstruksi oleh Mill bukan hanya menjadi kebahagiaan pelaku saja, melainkan demi kebahagiaan orang lain juga.Â
Utilitarianism berasal dari bahasa latin "Utilis" yang berarti useful, bermanfaat, berfaedah dan menguntungkan. Jadi paham ini menilai baik atau tidaknya sesuatu dilihat dari segi kegunaan atau faedah yang didatangkan. Secara terminologi Utilitarianism merupakan suatu paham etis yang baik adalah yang berguna, berfaedah dan menguntungkan.Â
Sebaliknya yang jahat atau buruk adalah yang tidak bermanfaat, berfaedah, dan merugikan. Baik buruknya perilaku dan perbuatan dilihat Utilitarian mengatakan bahwa tindakan yang benar dalam suatu situasi adalah tindakan yang mengandung Utilitas yang lebih besar dibandingkan kemungkinan lainnya, tapi ini bukan berarti tindakan yang benar adalah tindakan yang menghasilkan Utilitas paling besar bagi semua orang yang terpengaruh dalam tindakan tersebut (termasuk orang yang melakukan tindakan).
Contoh kasus aplikasi penerapan Etika Utilitarianism dalam praktik bisnis yaitu, Â pedagang bakso yang mengandung boraks. Bakso adalah makanan favorite bagi masyarakat indonesia, bakso bisa kita temukan dari pedagang kaki lima hingga restaurant. Tapi sayangnya, masih banyak produsen atau pedagang bakso yang tidak memperdulikan kesehatan konsumen.Â
Kita tentu tahu mengenai berita tentang bakso yang mengandung boraks tentu tidak bagus karena boraks sangat berbahaya bagi kesehatan. Berdasarkan teori Utilitarian bahwa sesuatu kegiatan harus bisa memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.Â
Disini saya akan membahasa mengenai produsen atau pedagang bakso yang menggunakan boraks dalam pembuatan baksonya. Boraks adalah zat yang berbahaya bagi kesehatan, biasanya boraks digunakan didalam industri kertas, gelas, pengawet kayu dan keramik.Â
Tentu kita tahu bahwa pemakaian boraks berlebihan pada makanan akan mengakibatkan gejala pusing, muntah, diare, hingga kerusakan ginjal bahkan hilang nafsu makan, sedangkan secara tidak langsung boraks sedikit demi sedikit akan tertimbun di dalam organ hati, otak, dan testis.Â
Banyak produsen atau pedagang bakso yang mereka jual dapat tahan lebih lama. Menurut saya, tidak seharusnya para produsen atau pedagang bakso menggunakan boraks didalam bakso mereka karena itu akan merugikan para konsumen dan tidak sesuai dengan uji kesehatan dan makanan. Dengan penggunaan boraks pada bakso ini akan membuat bakso lebih awet dan tidak basi, ini membat para produsen atau pedagang bakso dapat mengurangi biaya produksi.
Sesuai teori Ultitarianisme yang mengatakan bahwa sesuatu kegiatan harus bisa memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar maka pengguanaan boraks dalam bakso oleh produsen atau pedagang bakso adalah tindakan yang salah dan harus dievaluasi. Sebab disni hanya para produsen atau pedagang bakso saja yang mendapatkan manfaat atau keuntungan tetapi dilain sisi konsumen dirugikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H