Mohon tunggu...
Hermansyah
Hermansyah Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Kesehatan

Dengan Menulis, kita dapat mengekspresikan dalamnya Rasa_

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjejaki Separuh Negeri

27 Desember 2023   17:47 Diperbarui: 27 Desember 2023   17:51 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Gambaran petualangan (dokpri)

"Muda berkelana, tua bercerita" adalah sebuah frasa yang relevan dengan apa yang dijalani saat ini, berlaku bagi siapa saja, bagi anak-anak muda yang jauh meninggalkan pintu rumah untuk sebuah tujuan dan cita-cita.

Tulisan ini sebenarnya sudah jauh tergambar dalam pikiran, namun karena rasa kemalasan dan sedikit sibuk alias menyibukkan diri, akhirnya baru di tuangkan dalam sebuah narasi singkat yang mungkin saja tidak representatif, tapi setidaknya ini bagian dari mengekspresikan rasa.

Saya mencoba merepresentasikan sebuah rasa yang juga di alami oleh banyak orang di luar sana yang hingga detik ini masih berpijak di belahan bumi lain, di daratan yang tidak familiar dan terasing, daratan yang menuntut untuk terus bertahan dengan segala tantangannya, entah itu karena keadaan atau tuntutan lain yang harus tetap dijalani.

Satu kalimat untuk kalian semua yang masih berjuang di perantauan dimanapun berada, "Anda Luar Biasa".  Namun kembali pada topik tulisan, ini adalah perasaan lain yang coba saya ekspresikan, mungkin tidak menggambarkan spesifik, namun serpihan rasa yang coba saya akumulasikan, dari kisah-kisah lain yang menjadi sebuah pelajaran penting dalam hidup, terutama bagaimana pilihan membawa raga ini sampai berada dan berpijak diseparuh tanah negeri.

Makassar, sebuah kota metropolitan Indonesia timur, yang menjadi kiblat kota-kota lain di Indonesia timur dan tengah, baik dalam aspek pendidikan, ekonomi, kesehatan dan gaya hidup, tidak heran bahwa Makassar menjadi salah satu kota yang populer di Indonesia.

Namun bagi saya Makassar menjadi sebuah kota pencetus dan syarat kenangan setelah rumah dan halamannya, disini semuanya bermula, dimana tekad dan keberanian ditancapkan lebih dalam, melihat lebih jauh tentang dunia dan kehidupan, tempat ditempa dan terdidik dari tetek-bengek dan segala hiruk-pikuknya.

Jadi bukan lagi sekedar kota tempat melanjutkan pendidikan, tempat belajar dan menjalani kehidupan perantauan, tapi tempat dimana bermuaranya mimpi dan angan-angan yang sebelumnya tak pernah dibayangkan, Makassar menjadi kota pembelajar, yang menampakkan wajah asli kerasnya kehidupan.

Foto : Di pulau Morotai - Maluku Utara (dokpri)
Foto : Di pulau Morotai - Maluku Utara (dokpri)
Yaa, mungkin penjabaran singkat saya tentang kota Makassar bagi sebagian orang agak berlebihan, tapi ini kenyataan yang saya rekam dari pengalaman delapan tahun di Makassar, datang dari sebuah kota kecil di selatan pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat (NTB), tepatnya kabupaten Dompu, menjalani kehidupan sebagai anak petani yang setiap hari hanya sibuk dengan urusan sawah dan ternak.

Namun dari Makassar-lah yang membawa raga ini terbang dan berkelana hampir di separuh negeri, berpijak diberbagai pulau dan daratan, meyebrangi lautan dan sungai, dan kehidupan seperti ini masih dijalani hingga detik ini, sebuah kehidupan yang tak pernah dibayangkan, apalagi direncanakan, tapi ini adalah jalan lain yang tuhan berikan yang sejauh ini saya menikmatinya.

Pulau Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Maluku dengan puluhan kota atau kabupaten didalamnya telah dijejaki sejauh ini, dengan berbagai khas dan keragamannya, mulai dari kultur dan budaya, wisata sampai kuliner atau masakan khas diberbagai kota sudah pernah dirasakan dan cicipi, dan ini secara pribadi pengalaman yang sangat luar biasa.

Ungkapan "Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung" menjadi landasan lain hingga kaki belum berhenti melangkah sejauh ini, menikmati setiap moment, merangkai cerita  dan membingkai kenangan, melihat matahari terbit dan terbenam dari arah yang berbeda.

Dan ini bukan lagi sekedar mengabdi karena tugas, bukan lagi sekedar merantau karena tuntutan hidup, tapi tentang proses mengenal dan memahami, tentang memaknai proses (hidup), tentang belajar dari apa yang di lihat, didengar, dirasakan dan dijejaki, melihat hal-hal baru sebagai modal pengalaman berharga untuk hari yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun