"Kita harus menebarkan cinta jika ingin menerima banyak cinta, memberi dengan hati agar diterima oleh hati, menaburkan dengan tangan agar sampai ke tangan, sebab seyogianya kita harus memiliki arti bagi sesama, bermakna untuk semesta".
Jika pertanyaan menggelitiknya dilontarkan kepada anak-anak Nusantara Sehat, seberapa besar rasa cintamu untuk negeri ini ? Jawabannya tidak terwakili dengan seuntai kata atau kalimat yang memiliki batasan makna, mengapa ? Bukankah keikhlasannya berada dan mengabdi di pelosok negeri bisa mewakili jawaban pertanyaan demikian ? Ini tentang panggilan hati, yang tersirat namun memiliki makna mendalam, tentang cinta pada negeri yang tak perlu beri jawaban.
Menulis tentang cerita anak-anak Nusantara Sehat tidak akan habis melalui  pena yang sewaktu-waktu kehabisan tinta, menggunakan kertas yang terbatas halamannya. Dengan sejuta kisah  kompleksitas yang di hadapi oleh teman-teman Nusantara sehat yang tergabung dalam Tim maupun individu selalu memiliki sisi menarik untuk di ulas.
Tentu sudah banyak tulisan-tulisan yang membahas tentang Nusantara Sehat, namun sekali lagi tak akan habis diceritakan kisahnya, selain karena wilayah atau lokasi pengabdian yang berbeda-beda secara geografis (Laut, Gunung, Sungai) juga kisah dan kenyataan dan dinamika yang dihadapi oleh teman-teman Nusantara sehat di puskesmas masing-masing.
Banyak pertanyaan terbesit oleh orang-orang diluar sana, terutama anak-anak muda yang belum pernah bergabung di Nusantara Sehat, bahkan tidak sedikit yang anti bahkan tidak terbesit dipikiran mereka untuk bergabung di Nusantara Sehat, dengan cerita-cerita keluarga mereka, teman mereka, kerabat menjadi sedikit menakutkan, berada di pelosok negeri, jauh dari jangkauan dan akses transportasi, jaringan atau sinyal internet atau sinyal handphone, bahan pokok serba terbatas, tetapi tentu pertanyaan Seberat apa sih mengabdikan diri di Nusantara sehat ? Mungkin tidak bisa terjawab jika belum merasakannya sendiri.
Berat ? Sangat berat ? Sungguh berat ? Apapun bentuk pertanyaannya, tentu jawabnya akan abstrak, karena ini bermuatan rasa, tentu jawabannya tidak baku, semua teman-teman yang sudah bergabung maupun sekarang sedang menjalani pengabdian di Nusantara Sehat memiki pandangan atau perspektif masing-masing.
Namun hakikatnya apakah semua hal yang dijalani dalam hidup ini perlu ada jawabannya ? Tentu tidak, mencintai itu tak perlu jawaban, begitulah anak-anak Nusantara sehat, mengabdi dan mencintai ibu Pertiwi tak perlu alasan, karena negeri ini di perjuangan atas dasar kayakinan dan cinta, nyawa taruhannya bukankah itu terdorong oleh rasa cinta, itulah perasaan terteguhkan dalam lubuk hati para pahlawan kita.
Menjadi bagian dari Nusantara sehat adalah panggilan hati, kenapa ? karena di saat bersamaan ada Jutaan anak muda di luar sana seumuran kami di Nusantara Sehat sedang asyik dan menikmati usia  emas mereka dengan menikmati indahnya dunia, jalan-jalan ke mall, belanja, karaokean, ke bioskop dan sebagainya, sedangkan anak-anak Nusantara sehat terampas hidupnya, terampas usianya dengan hidup serba keterbatasan di pelosok negeri, berteman kesunyian dan gelapnya pekat malam, bernyanyi di iringi bisingan ombak yang memecah pada batu pinggir pantai, mendengar melodi burung berkicau di pagi hari, bisingan angin seakan melengkapi alunan musik dan lagu kami bernyanyi.
Ahhh ....,ini tidak adil, kami tak pernah menggumam demikian, terpikirkan saja tidak, apalagi sampai terlontar keluhan dari bibir yang basah, piknik anak Nusantara Sehat berbeda dengan piknik ala anak muda diluar sana, di kota sana, jika anak-anak muda kebanyakan liburannya ke desa, air terjun, pantai dengan pasir putih, sungai dengan airnya yang jernih, anak-anak Nusantara Sehat justru terbalik, liburannya 1 (satu) kali dalam sebulan, yaitu ke kota kabupaten, ke pasar kota sekaligus belanja bulanan kebutuhan pokok, karena melihat pasir putih di pantai, air terjun, arus sungai dengan airnya yang jernih adalah hal biasa bagi teman-teman Nusantara sehat, itu tempatnya bermain setiap hari.
Namun menjadi bagian dari Nusantara Sehat bukanlah orang biasa, cengeng, sedikit-sedikit menangis panggil nama, panggil bapak, itu tidak berlaku bagi anak-anak Nusantara sehat, justru ada banyak hal dan masalah yang lebih berat dari itu yang dihadapi oleh teman-teman Nusantara sehat di tempat pengabdian, selain dari aspek akses jalan, transportasi, sinyal, kebutuhan pokok, juga masalah di puskesmas.