"Perbedaan adalah kenyataan yang harus diterima di alam Demokrasi, berbeda pilihan politik sah adanya, namun menjelekkan, memfitnah yang lain berarti belum dewasa dan memahami substantsi Demokrasi".
Pertarungan pilpres 2019 begitu menggema, semakin hari semakin ramai dan panas dibahas dan diperdebatkan, siapa yang lebih baik antara kedua pasangan calon presiden nomor urut 01 Jokowi-KH.Ma'ruf Amin dan pasangan nomor urut 02 Prabowo-Sandi, terutama oleh para pendukung dan simpatisan.
Media elektronik Televisi tidak pernah sepi, hampir semua media televisi swasta maupun nasional tidak pernah henti memberitakan gerak-gerik kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden, setiap tutur kata dan prilakunya menjadi headline di media televisi, dalam hal ini Jokowi-KH. Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandi, setiap segmennya mengulas dan membahas tentang pilpres, mungkin jika tidak ada jedah iklan, bisa saja full membahas tentang pilpres, Kedua kubu dalam hal ini tim kampanye masing-masing pasangan calon tidak pernah kehabisan cerita untuk berargumen menyudutkan lawan politik dan menyanjung setinggi langit pasangan yang di dukung.
Yang tidak kalah ramai adalah di media  sosial, lebih panas lagi berdebat dan meng-share informasi dan berita yang menyudutkan pasangan calon yang tidak di dukung atau tidak di sukai, sekalipun itu berita Hoax, begitupun sebaliknya, berita tentang hal-hal baik pasangan calon yang didukung di sanjung dan di puja-puja, seakan-akan tidak ada kelemahan sedikitpun, dan justru yang paling gencar dan menjadi bagian politik praktis ini adalah anak-anak muda, menyebarkan berita Hoax dan kebencian.
Harusnya anak-anak muda atau kaum milenial tentu tidak boleh terjebak dalam politik praktis yang sengaja dimainkan secara terstruktur oleh kelompok-kelompok tertentu, anak-anak muda harus menjadi pelopor dalam mendorong demokrasi yang sehat, mengajarkan kepada masyarakat untuk berpolitik santun tanpa harus saling menghina dan menjelekkan satu sama lain, yang berujung pada perpecahan akibat siklus politik 5 tahunan.
Maka dalam menghadapi pemilu tanggal 17 April 2019 yang tinggal menghitung hari, anak-anak muda tentu sudah memiliki referensi siapa yang harus dipilih, yang layak memimpin negeri ini dalam 5 tahun kedepan, "Memilih pemimpin bukan di lihat dari bentuk fisik dan rupanya, tetapi melihat REKAM JEJAKNYA" (Prof.Wim Poli), sebuah kalimat yang jelas memiliki makna dimana pemimpin harus dilihat dari rekam jejak dan masa lalunya yang jelas dan bersih.
Dalam konteks pilpres 2019 ini, dari kedua pasangan calon nomor urut 01 Jokowi-KH.Ma'aruf Amin dan pasangan calon nomor urut 02 Prabowo-Sandi kita sudah melihat dan menilai, bahkan secara dangkal oleh orang awam, siapa yang lebih layak memimpin negeri ini, maka tentu Jokowi dan KH. Ma'ruf Amin lah yang paling layak dan memiliki representasi rakyat Indonesia yang heterogen ini dalam memimpin bangsa. Kenapa ?
JOKOWI HARUSÂ 1Â KALI LAGI (2 PERIODE)
Ada banyak alasan kenapa anak-anak muda (milenial) harus mendukung dan memilih pasangan calon nomor urut 01 Jokowi-KH.Ma'ruf Amin sebagai presiden  Indonesia lagi, mungkin saja tidak akan selasai dibahas dalam kilas catatan singkat ini jika harus membahas alasan dan prestasi-prestasi Jokowi dalam 4 tahun memimpin negeri ini.