"Risaukan dirimu, akhlak mu sekarang, agar Allah SWT mendekatkan mu dengan kebaikan, bukankah Allah SWT menjanjikan kebaikan bagi hambanya yang bertakwa".
Dewasa ini, Media masa dihiasi oleh postingan-postingan muda-mudi tentang cinta dan jodoh, hampir memenuhi setiap postingan dan kolom Facebook, Instagram, WhatsApp, pergeseran stigma berpikir anak-anak muda di modernisasi sedikit terpengaruh oleh laju zaman, dimana informasi bertebaran tak pernah henti.
Menarik, dimana kencenderungan ini bisa di maklumi, pola kehidupan sosial akan berpengaruh tak sekedar pada pola pikir, namun pada tingkah laku masyarakat modern, terutama anak-anak muda pegiat media sosial. Khusus masalah jodoh jadi topik pembahasan menarik dikalangan anak-anak muda saat ini.
Tidak sedikit anak-anak muda sangat risau dengan masalah jodoh, karena dengan kultur masyarakat timur, tentu ini sedikit serius, dimana anggapan yang kental di masyarakat, anak-anak muda sudah menginjak usia 25 tahun, lalu belum menikah menjadi bahan omongan di kehidupan sosial sekarang, tidak laku, mau jadi perawan tua adalah beberapa kalimat yang terbiasa didengar, terlontar dari mulut tetangga, keluarga bahkan teman dekat, tentu ini akan berdampak pada psikologi anak-anak muda itu sendiri.
Selain dilingkungan masyarakat umum, di ruang pergaulanpun hal ini tidak dapat ditepis, teman-teman dekat sering bertanya kapan menikah, dan ini di anggap candaan di setiap pembicaraan dan candaan, bahkan sekalipun membahas hal serius bisa saja diselipkan tentang jodoh, sekali lagi menjadi hal lumrah, karena memang budaya masyarakat timur (Indonesia), umur 20 an - 25 tahun adalah umur ideal untuk menikah  (berumah tangga).
Baca juga : Benarkah Jodoh Cerminan Diri?
Tahun 1980-an, negeri di resahkan dengan kecenderungan sebagian masyarakat di berbagai daerah yang angka pernikahan dini yang sangat tinggi, dan di era milenial sekarang justru asumsi itu sedikit mulai terbantahkan, walaupun tidak dinampikan juga, pernikahan dini masih berlaku di beberapa daerah di Indonesia, karena dipengaruhi oleh kultur atau budaya wilayah setempat.
Dalam perspektif lain, Jodoh tak bisa di anggap remeh, meyakini sepenuhnya adalah keputusan Tuhan, yang diberikan oleh Tuhan, dalam arti menganggap kita tidur dan menunggu dirumah, menuggu tuhan yang mengantar kan jodoh, padahal sejatinya jodoh juga itu harus di usahakan, setelahnya tuhan yang menggerakkan pemilik hati untuk saling mencintai.
Banyak anggapan umum, berusaha atau tidak berusaha, jodoh sudah ditetapkan, tetapi asumsinya tidak sedangkal itu, Allah SWT hanya menetapkannya, setelahnya kitalah yang harus menjemput untuk mendapatkannya, yaitu melalui usaha, ikhtiar dan niat baik, melalui tindakan dan perilaku kita sehari-hari.
Baca juga : Dinamika Jodoh Terhalang Weton
Jodoh bisa kita prediksi, tentang siapa yang akan menjadi jodoh dan mendampingi hidup kita nanti, karena Tuhan telah menjanjikan kualitas rezeki maupun jodoh diukur dengan kualitas diri kita, ibadah dan amal kita. Perihal jodoh ini sudah jelas diuraikan dalam Al-Qur'an QS. An NurÂ